KABARBURSA.COM - PT AKR Corporindo Tbk atau AKRA menunjukkan dinamika menarik dalam pergerakan sahamnya menjelang Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan berlangsung pada Senin, 28 April 2025. Di tengah tren konsolidasi harga yang cenderung menguat dalam kanal downtrend jangka panjang, saham syariah ini bergerak secara relatif stabil.
Berdasarkan analisis teknikal Mirae Asset, pergerakan harga saham menunjukkan kekuatan dengan koefisien determinasi sebesar 0,8221, yang mencerminkan kestabilan tren selama 250 hari perdagangan terakhir.
Pergerakan harga juga tetap berada dalam rentang normal, yakni ±1,35 deviasi standar dari garis tengah (centerline), kecuali pada satu periode tertentu di mana harga keluar dari batas tersebut sekitar 11,79 persen selama 29 hari perdagangan. Volume transaksi juga tercatat lebih tinggi dari rata-rata, mengindikasikan minat beli yang cukup solid di pasar.
Sejumlah indikator teknikal seperti MFI Optimized, RSI Optimized, W%R Optimized, dan CMO Optimized menunjukkan posisi saham AKRA berada di area jenuh jual (oversold). Kondisi ini bisa menjadi sinyal menarik bagi investor untuk mempertimbangkan strategi buy on weakness, terutama dengan mempertimbangkan kisaran harga support di Rp935 dan resistance di level Rp1.000.
Dari sisi fundamental, AKRA merencanakan pembagian dividen untuk tahun fiskal 2024 senilai total Rp1,98 triliun atau Rp100 per saham. Angka tersebut mencakup dividen interim sebesar Rp50 per saham yang telah dibayarkan pada Juli 2024.
Apabila disetujui dalam RUPST, maka dividen final yang akan diterima pemegang saham adalah Rp50 per saham. Dividen ini mencerminkan rasio pembayaran sebesar 88,8 persen dari laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yang tercatat sebesar Rp2,23 triliun.
Menariknya, meskipun rasio pembayaran dividen tahun ini mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir, total nilai dividen yang dibagikan justru mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun fiskal 2023, AKRA membagikan dividen senilai Rp 2,47 triliun dengan rasio pembayaran 88,7 persen, sementara pada 2022 rasio tersebut berada di angka 61,5 persen. Penurunan nilai dividen meski dengan peningkatan rasio pembayaran menandakan adanya penyesuaian terhadap total laba yang diterima perusahaan sepanjang tahun.
RUPST mendatang tak hanya akan membahas pembagian dividen, tetapi juga mengagendakan persetujuan dan pengesahan laporan keuangan perusahaan, penunjukan Kantor Akuntan Publik yang akan mengaudit laporan tahun berjalan, serta kemungkinan perubahan susunan pengurus perseroan. Rangkaian agenda ini menjadi perhatian penting bagi investor, terutama bagi mereka yang menjadikan dividen sebagai sumber pendapatan atau indikator kinerja perusahaan.
Kondisi Keuangan Mulai Pulih
Jika melihat dari catatan kinerja AKRA, ada suatu dinamika pemulihan yang menarik pada kuartal keempat 2024, meski masih diwarnai tekanan dari sisi tahunan. Laba bersih pada periode ini mencapai Rp756 miliar, mengalami pemulihan signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya sebesar Rp566 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka ini masih lebih rendah dari Rp1,07 triliun.
Secara keseluruhan, AKRA membukukan laba bersih senilai Rp2,2 triliun untuk tahun fiskal 2024, mencatat penurunan sebesar 20 persen dibanding tahun sebelumnya, dan sedikit meleset dari ekspektasi konsensus analis yang memperkirakan Rp2,3 triliun.
Salah satu pendorong utama pemulihan laba pada kuartal keempat berasal dari segmen perdagangan dan distribusi yang menjadi tulang punggung profitabilitas AKRA, menyumbang sekitar 65 hingga 75 persen dari total laba sebelum pajak. Segmen ini mengalami peningkatan laba sebesar 51 persen secara kuartalan.
Meski begitu, secara tahunan masih menunjukkan penurunan sebesar 14 persen karena adanya normalisasi harga jual rata-rata dan gangguan volume penjualan, khususnya dari sektor pertambangan yang terdampak kondisi cuaca. Volume tetap relatif stabil, namun harga yang lebih rendah menjadi hambatan utama.
Untuk tahun 2025, manajemen AKRA menargetkan pertumbuhan laba kotor di segmen ini pada kisaran 5 hingga 7 persen, seiring dengan harapan stabilisasi harga dan pulihnya aktivitas pertambangan.
Sementara itu, segmen kawasan industri JIIPE menunjukkan performa yang kurang memuaskan. Sepanjang tahun 2024, AKRA hanya berhasil menjual 38 hektare lahan, jauh di bawah realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 90 hektare, dan belum memenuhi target awal 100 hektare yang kemudian direvisi turun.
Dampaknya, laba sebelum pajak dari segmen ini merosot hingga 41 persen menjadi Rp525 miliar. Namun, outlook untuk tahun 2025 lebih optimistis, dengan target penjualan lahan kembali dipatok pada 100 hektare, didorong oleh potensi realisasi kontrak tertunda dari tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, AKRA melihat peluang pertumbuhan yang lebih stabil dari pendapatan utilitas, seperti listrik, air, dan pengolahan limbah. Hal ini dikaitkan dengan peningkatan aktivitas operasional tenant-tenant di kawasan industri JIIPE yang mulai beroperasi secara penuh. Sumber pendapatan ini dinilai dapat menjadi penyeimbang dalam menghadapi fluktuasi di segmen perdagangan.
Dengan rasio pembayaran dividen yang tinggi dan fokus strategis pada penguatan sektor industri serta perdagangan, AKRA masih menunjukkan daya tarik sebagai saham dengan prospek jangka menengah yang menjanjikan. Namun, investor tetap perlu mencermati risiko yang berkaitan dengan harga komoditas, kondisi cuaca, dan realisasi penjualan lahan yang sangat menentukan kinerja keuangan perusahaan ke depan.
Earnings call yang dijadwalkan pada 20 Maret 2025 diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai arah strategi AKRA pada tahun berjalan, terutama dalam memperkuat posisi di tengah dinamika pasar yang terus berubah.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.