KABARBURSA.COM – Harga emas di pasaran yang terus meroket memberikan peluang investor untuk berinvestasi. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melihat kenaikan harga logam mulia sebagai peluang untuk memberikan keuntungan bagi nasabah.
Direktur Sales & Distribution PT BSI Anton Sukarna menilai emas masih menjadi pilihan utama investor di tengah ketidakpastian ekonomi. Hal ini mendorong BSI menawarkan solusi investasi Syariah yang tahan inflasi, mudah, aman dan memberi kepastian jangka menengah dan panjang.
“Kami selalu berkomitmen menghadirkan layanan yang terbaik dan produk-produk yang akan memberikan manfaat positif untuk nasabah. Salah satunya yakni BSI Gold yang merupakan produk dari layanan bank emas atau bullion bank BSI. Apalagi bila melihat tren harga emas dunia yang cenderung meningkat, investasi emas merupakan langkah yang tepat,” ujar Anton dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 24 Maret 2025.
Berdasarkan catatan BSI, harga emas terus meningkat sebesar Rp263.360 atau 18,33 persen sejak awal tahun 2025 (year-to-date/ytd) dan naik sebesar 55,52 persen atau Rp618.360 secara tahunan (year-to-year/yoy). Sementara untuk harga emas di platform BYOND by BSI mencapai Rp1.732.000 per gram pada 20 Maret 2025.
Dalam enam bulan terakhir, harga emas mengalami kenaikan sekitar 22 persen, dari Rp1,45 juta menjadi Rp1,77 juta per gram. Kenaikan ini turut memengaruhi pertumbuhan bisnis emas BSI, terutama dalam penjualan emas melalui platform digital BYOND.
Hingga 19 Maret 2025, penjualan BSI Emas Digital tumbuh secara tahunan (YoY) sebesar 240 persen dan secara bulanan (MtD) hampir 70 persen. Sementara itu, saldo BSI Emas Digital per 19 Maret 2025 mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 99 persen dan meningkat secara tahun berjalan (YtD) sebesar 28 persen.
“Saat ini jumlah nasabah BSI Emas Digital hampir mencapai 200ribu nasabah. Dengan kondisi harga emas yang terus meningkat dan mendorong masyarakat untuk membeli emas, kami berekspektasi pertumbuhan nasabah BSI Emas Digital akan mencapai peningkatan 2 sampai 3 kali,” papar Anton.
Kenaikan harga emas ini, kata Anton, mencerminkan peningkatan minat investor terhadap aset safe haven. Karena, menurutnya, emas merupakan instrumen investasi yang tahan inflasi. Oleh karena itu, BSI menyebut bisnis emas punya masa depan yang baik dan potensial karena dapat dimiliki semua nasabah.
Potensi Binsis Emas
Sebelumnya, BSI resmi memperoleh izin untuk menjalankan bank emas, yang menjadi game changer baru bagi bisnis perseroan tahun ini. Izin tersebut mencakup layanan penitipan dan perdagangan emas.
"BSI kini memiliki izin sebagai bank emas, memungkinkan nasabah membeli emas dengan harga terjangkau dan penyimpanan yang aman secara digital. Emas tersebut juga dapat ditarik dalam bentuk emas batangan dengan cara yang mudah," ujarnya.
Lebih lanjut, Anton menegaskan bahwa perseroan telah menyediakan layanan bank emas melalui BSI Emas Digital, yang dapat diakses dengan mudah melalui BYOND by BSI. Nasabah juga memiliki opsi untuk menarik atau mencetak emasnya melalui kantor cabang.
BSI Gold menawarkan harga yang kompetitif, dengan pembelian mulai dari 5 gram atau setara Rp8.617.300 yang dapat dilakukan melalui mekanisme cicil emas. Emas yang dijual memiliki standar 99,99 persen, serta harga jual dan beli yang lebih kompetitif.
"Total omzet bisnis emas BSI saat ini mencapai Rp28,7 triliun. Kami optimistis kehadiran BSI sebagai bank emas pertama di Indonesia akan menjadi game changer baru, memberikan diversifikasi instrumen investasi syariah yang aman, mudah, serta dapat diakses kapan saja dan di mana saja," tutupnya.
Diminati Anak Muda
Sebelumnya, BSI melaporkan kinerja positif bisnis emas miliknya sepanjang tahun 2024. Kinerja positif di sektor ini didukung oleh antusiasme nasabah dari generasi muda yang mulai tertarik berinvestasi logam mulia.
Sepanjang tahun 2024, kinerja bisnis emas BSI naik 78,18 persen (year-on-year/yoy). Pembiayaan cicil emas BSI melonjak sebesar 177,42 persen yoy atau sebesar Rp6,4 triliun.
Bank berkonsep syariah ini juga melaporkan peningkatan konsumen emas sebesar 81,8 atau sebanyak 336.000 nasabah.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna menyebut, demografi nasabah bisnis emas BSI, khususnya cicil emas, didominasi oleh gen Z dan gen Y (millenial) yang mencapai sekitar 50 persen dari total nasabah bisnis emas.
“Artinya, emas saat ini menjadi salah satu investasi yang dilirik oleh anak muda karena ketahanannya terhadap inflasi dan sangat likuid sehingga sangat cocok untuk menjadi alternatif investasi jangka menengah,” kata Anton.
Sementara untuk bisnis gadai emas BSI juga naik secara signifikan. Ia menjelaskan, pertumbuhan bisnis di Industri mencapai sekitar 31,3 persen yoy ke angka Rp6,4 triliun pada 2024.
“Selain itu dari sisi bank, kualitas pembiayaan bisnis emas ini sangat sehat dengan NPF nyaris 0 persen. Bisnis emas memang merupakan unique produk dari BSI yang memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar lagi seiring meningkatnya tren investasi emas sebagai aset safe haven, ditengah kenaikan harga emas yang signifikan pada tahun 2024, yakni sebesar 32,4 persen,” ujarnya.(*)