KABARBURSA.COM - Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) tengah berada dalam fase koreksi, namun terdapat beberapa indikator yang mengisyaratkan potensi pembalikan arah dalam waktu dekat.
Saat ini, harga BRIS mendekati area support kuat di kisaran Rp2.400–2.450. Level ini sebelumnya telah menjadi titik demand yang signifikan, sehingga ada kemungkinan besar menjadi area pantulan bagi harga saham. Jika level support ini mampu bertahan, peluang untuk rebound ke area resistance berikutnya semakin terbuka.
Menurut Rita Efendy dari Indonesia Investment Education (IIE), Dari sisi volume perdagangan, tekanan jual dalam beberapa hari terakhir tidak disertai dengan lonjakan volume yang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa minat jual mulai melemah, yang dapat membuka peluang bagi pergerakan harga untuk kembali menguat.
Selain itu, indikator teknikal seperti MACD menunjukkan bahwa saham BRIS berada dalam kondisi oversold. Histogram merah yang mulai berkurang dapat menjadi tanda awal pergerakan bullish, terutama jika terjadi golden cross, yang sering kali menjadi sinyal kuat pembalikan tren.
Jika skenario rebound terjadi, target harga terdekat berada di kisaran Rp2.600, dengan potensi kenaikan lebih lanjut menuju Rp2.750. Namun, untuk mengantisipasi risiko yang ada, investor sebaiknya menetapkan level stop loss di Rp2.350 dan Rp2.300.
Secara keseluruhan, saham BRIS masih menarik untuk dicermati, terutama bagi investor yang memiliki keyakinan terhadap prospek perbankan syariah di Indonesia. Dengan potensi teknikal yang menjanjikan dan sentimen positif terhadap sektor ini, BRIS memiliki peluang untuk kembali menguat dalam waktu dekat.
Meskipun demikian, tetap diperlukan strategi manajemen risiko yang baik dalam mengambil keputusan investasi.
Sinyal Optimisme
Sinyal optimisme rebound nya saham BRIS juga tampak dari aksi korporasi yangbdilakukan petingginya.
Direktur PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Harry Gusti Utama, mengambil langkah berani dengan membeli 20.000 lembar saham perseroan. Transaksi ini dilakukan pada 4 Maret 2025 dengan harga pembelian Rp2.500 per lembar, sehingga total investasi yang dikeluarkan mencapai Rp50 juta.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 18 Maret 2025, Harry menegaskan bahwa aksi pembelian saham ini dilakukan dengan tujuan investasi jangka panjang. Ini merupakan pertama kalinya ia membeli saham BRIS, dan dengan transaksi tersebut, kepemilikannya kini tercatat sebanyak 20.000 lembar.
Namun, sejak transaksi dilakukan, harga saham BRIS justru mengalami tekanan. Hingga Selasa sore, sahamnya turun 2,39 persen ke level Rp2.450 per lembar. Jika melihat pergerakan sejak awal tahun, saham BRIS telah terkoreksi sekitar 11,87 persen.
Meski harga saham masih bergerak dalam tren menurun, aksi beli oleh seorang direktur bisa menjadi sinyal positif bagi investor. Langkah ini menunjukkan keyakinan terhadap prospek jangka panjang perusahaan, terutama di tengah tantangan pasar saat ini.
Investor kerap mencermati aksi korporasi seperti ini sebagai indikasi bahwa manajemen memiliki optimisme terhadap fundamental bisnis dan potensi pertumbuhan ke depan.
Ke depan, menarik untuk melihat apakah keputusan ini akan menjadi langkah strategis yang menguntungkan atau justru menambah tantangan di tengah fluktuasi pasar. Yang jelas, pergerakan saham BRIS kini semakin menarik perhatian para pelaku pasar yang mengikuti perkembangan sektor perbankan syariah di Indonesia.
Volatilitas Tinggi di Tengah Tekanan Pasar
Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami fluktuasi harga yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Dengan level tertinggi mencapai Rp3.130 dan level terendah di Rp2.330, pergerakan harga menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi.
Rata-rata harga saham BRIS tercatat di kisaran Rp2.670, sementara selisih antara harga tertinggi dan terendah mencapai 800 poin, mencerminkan dinamika pasar yang cukup tajam.
Di tengah gejolak ini, saham BRIS mengalami koreksi sebesar 21 persen, sebuah penurunan yang cukup dalam bagi emiten di sektor perbankan syariah. Tekanan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari sentimen pasar secara keseluruhan, kondisi ekonomi makro, hingga faktor spesifik yang berkaitan dengan kinerja dan strategi bisnis perusahaan.
Namun, di sisi lain, volatilitas seperti ini sering kali membuka peluang bagi investor yang memiliki strategi jangka panjang. Dengan harga saham yang telah terkoreksi cukup dalam, potensi teknikal untuk rebound bisa saja terjadi, terutama jika saham ini berhasil mempertahankan level support terendahnya.
Dalam konteks fundamental, prospek perbankan syariah di Indonesia masih cukup menarik, mengingat pertumbuhan industri ini terus meningkat dan didukung oleh kebijakan pemerintah serta permintaan yang terus berkembang.
Oleh karena itu, meskipun harga saham BRIS saat ini dalam tekanan, investor akan tetap mencermati pergerakan harga berikutnya untuk mencari peluang terbaik dalam mengambil keputusan investasi.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.