Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Menag Rintis Ekonomi Berbasis Masjid

Indonesia memiliki sekitar 800.000 masjid yang umumnya berada di tengah pemukiman.

Rubrik: Syariah | Diterbitkan: 28 February 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Pramirvan Datu
Menag Rintis Ekonomi Berbasis Masjid Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar dalam acara Press Conference Masjid Istiqlal Menyambut Bulan Ramadhan 1446 H, Jumat 28 Februari 2025. Foto: Ayyubi/Kabarbursa.com

KABARBURSA.COM - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menggagas konsep ekonomi berbasis masjid dengan harapan dapat menjadi pusat kekuatan ekonomi umat. Menurutnya, sistem ini memungkinkan masyarakat berbelanja kebutuhan pokok di masjid sambil beramal, tanpa harus bergantung pada pusat perbelanjaan lain.

"Kami sedang merintis sekarang ini, ekonomi berbasis masjid," ujar Nasaruddin dalam acara Press Conference Masjid Istiqlal Menyambut Bulan Ramadhan 1446 H, Jumat 28 Februari 2025.

Ia mencontohkan Sistem Istiqlal yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh seluruh masjid di Indonesia.

Indonesia memiliki sekitar 800.000 masjid yang umumnya berada di tengah pemukiman. Nasaruddin menilai potensi ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat ekonomi umat. 

"Bayangkan kalau masjid-masjid ini menggunakan Sistem Istiqlal, masyarakat tidak perlu belanja di tempat lain. Masjid bisa menjadi pusat ekonomi," ujarnya.

Sistem ini, kata Nasaruddin, bukan berarti masjid harus memiliki stok barang, melainkan bekerja sama dengan gudang dan lembaga lain yang menyediakan kebutuhan pokok. Pemesanan bisa dilakukan secara daring, dan pengiriman akan ditangani oleh mitra seperti PT Pos atau layanan transportasi daring seperti Gojek.

"Semua kebutuhan masyarakat seperti air minum, beras, bahkan ikan nanti bisa dipesan di masjid. Tidak ada barang haram dijual di sini. Membeli sambil beramal," katanya.

Meski begitu, Nasaruddin menegaskan bahwa aktivitas ekonomi ini tidak akan mengganggu fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah. 

"Tentu bukan ruang utama masjidnya yang harus sakral itu ya, tapi di halaman masjid. Banyak space yang bisa dimanfaatkan," jelasnya.

Menurut Nasaruddin, konsep ini membalik paradigma lama di mana umat yang memberdayakan masjid, menjadi masjid yang kini bisa memberdayakan umat. Ia optimistis jika model ini bisa diterapkan secara luas, masjid akan menjadi salah satu tempat belanja paling efektif bagi umat Islam di Indonesia.

"Jadi kalau dulu kita bicara tentang umat memperdayakan masjid, nah sekarang masjid yang akan memperdayakan umat. Di balik. Nah inilah harapan kami," tutupnya.

Berbelanja Kebutuhan Pokok

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menggagas konsep ekonomi berbasis masjid dengan harapan dapat menjadi pusat kekuatan ekonomi umat. Menurutnya, sistem ini memungkinkan masyarakat berbelanja kebutuhan pokok di masjid sambil beramal, tanpa harus bergantung pada pusat perbelanjaan lain.

"Kami sedang merintis sekarang ini, ekonomi berbasis masjid," ujar Nasaruddin dalam konferensi pers di Istiqlal, Jumat 28 Februari 2025.

Ia mencontohkan Sistem Istiqlal yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh seluruh masjid di Indonesia.

Indonesia memiliki sekitar 800.000 masjid yang umumnya berada di tengah pemukiman. Nasaruddin menilai potensi ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat ekonomi umat. 

"Bayangkan kalau masjid-masjid ini menggunakan Sistem Istiqlal, masyarakat tidak perlu belanja di tempat lain. Masjid bisa menjadi pusat ekonomi," ujarnya.

Sistem ini, kata Nasaruddin, bukan berarti masjid harus memiliki stok barang, melainkan bekerja sama dengan gudang dan lembaga lain yang menyediakan kebutuhan pokok. Pemesanan bisa dilakukan secara daring, dan pengiriman akan ditangani oleh mitra seperti PT Pos atau layanan transportasi daring seperti Gojek.

"Semua kebutuhan masyarakat seperti air minum, beras, bahkan ikan nanti bisa dipesan di masjid. Tidak ada barang haram dijual di sini. Membeli sambil beramal," katanya.

Meski begitu, Nasaruddin menegaskan bahwa aktivitas ekonomi ini tidak akan mengganggu fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah. 

"Tentu bukan ruang utama masjidnya yang harus sakral itu ya, tapi di halaman masjid. Banyak space yang bisa dimanfaatkan," jelasnya.

Menurut Nasaruddin, konsep ini membalik paradigma lama di mana umat yang memberdayakan masjid, menjadi masjid yang kini bisa memberdayakan umat. Ia optimistis jika model ini bisa diterapkan secara luas, masjid akan menjadi salah satu tempat belanja paling efektif bagi umat Islam di Indonesia.

"Jadi kalau dulu kita bicara tentang umat memperdayakan masjid, nah sekarang masjid yang akan memperdayakan umat. Di balik. Nah inilah harapan kami," tutupnya.(*)