Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

MUI: Literasi Ekonomi Syariah Masyarakat Masih Rendah

Rubrik: Syariah | Diterbitkan: 17 December 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
MUI: Literasi Ekonomi Syariah Masyarakat Masih Rendah

KABARBURSA.COM - Ekonomi syariah di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya sistem keuangan berbasis prinsip-prinsip syariah.

Namun, menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Ekonomi Syariah dan Halal, KH Sholahuddin Al Aiyub, potensi keuangan syariah dan halal di Indonesia masih belum optimal.

Menurut Kiai Aiyub, hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat literasi ekonomi syariah di masyarakat.

Berdasarkan indeks literasi ekonomi syariah 2023, pemahaman masyarakat terhadap keuangan syariah mengalami penurunan sekitar 8,01 persen.

“Pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan syariah masih perlu ditingkatkan. Belum lagi jika kita berbicara tentang hasil indeks tersebut terkait inklusinya,” kata Kiai Aiyub yang dikutip dari website MUI, Selasa, 17 Desember 2024.

KH Sholahuddin menyampaikan itu dalam kegiatan Sosialisasi Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Ekonomi dan Keuangan Syariah (SNLIEKSI) yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di Gedung Djuanda, Kompleks Kementerian Keuangan, Jumat, 13 Desember 2024.

Sebagai Direktur Eksekutif KNEKS, Kiai Aiyub menjelaskan bahwa pengembangan literasi ekonomi syariah saat ini perlu menargetkan angka sekitar 20 persen. Ia juga menekankan perlunya pedoman yang jelas terkait literasi dan inklusi ekonomi syariah di masa depan.

Saat ini, KNEKS telah merumuskan strategi literasi ekonomi syariah sebagai panduan kerja bagi kementerian, lembaga, perkumpulan, dan stakeholder terkait dalam mengembangkan literasi ekonomi umat.

Menurut Kiai Aiyub, strategi ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi kebijakan ekonomi ke depan. Setiap kebijakan, menurutnya, sebaiknya tidak hanya berdasarkan data yang akurat, tetapi juga mempertimbangkan interaksi kompleks perkembangan keuangan syariah.

“Sistem ini merupakan pendekatan inovatif yang ilmiah, di mana kebijakan yang diambil tidak hanya berbasis pada data akurat, tetapi juga menghitung interaksi kompleks di antara variabel yang mempengaruhi perkembangan ekonomi syariah,” ujarnya.

Kiai Aiyub berharap strategi ini dapat menjadi langkah komprehensif untuk mempercepat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

“Pendekatan ini memungkinkan kita untuk menyusun dan mengimplementasikan aksi strategis dengan lebih akademis, tepat sasaran, dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Kondisi Industri Keuangan Syariah

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa industri keuangan syariah Indonesia terus mengalami pertumbuhan positif. Salah satu indikatornya terlihat dari penguatan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang naik sebesar 2,26 persen year to date (YtD).

“Pada industri keuangan syariah, ISSI melanjutkan penguatan sebesar 2,26 persen YtD,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK yang digelar di Jakarta, Minggu kemarin.

Kinerja sektor jasa keuangan syariah juga menunjukkan hasil positif. Pembiayaan perbankan syariah tercatat tumbuh 11,94 persen secara tahunan (year on year/YoY), sementara kontribusi asuransi syariah mengalami peningkatan sebesar 7,25 persen, dan piutang pembiayaan syariah tumbuh 17,24 persen.

Dalam upaya mendorong pengembangan dan penguatan sektor jasa keuangan syariah, OJK telah menerbitkan sejumlah peraturan (POJK) yang relevan. Salah satu peraturan terbaru adalah POJK Nomor 24 Tahun 2024 tentang Kualitas Aset Bank Perekonomian Rakyat Syariah (POJK Kualitas Aset BPRS). Selain itu, terdapat pula POJK Nomor 25 Tahun 2024 mengenai Penerapan Tata Kelola Syariah bagi Bank Perekonomian Rakyat Syariah (POJK Tata Kelola Syariah BPRS).

OJK juga menerbitkan dua Surat Edaran OJK (SEOJK) yang relevan, yaitu SEOJK Nomor 15/SEOJK.03/2024 tentang Penerapan Tata Kelola Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (SEOJK Tata Kelola Syariah BUS UUS), serta SEOJK Nomor 17/SEOJK.03/2024 tentang Pelaporan Melalui Sistem Pelaporan OJK dan Transparansi Kondisi Keuangan bagi BPRS (SEOJK Pelaporan dan TKK BPRS).

Upaya pengembangan sektor keuangan syariah juga melibatkan kolaborasi antara OJK dan Bank Indonesia. Salah satunya adalah penyelenggaraan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) pada 30 Oktober-3 November 2024.

Selain itu, OJK akan menggelar pertemuan Semester II Tahun 2024 Kelompok Kerja Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (POKJA LIKS) pada 15 November 2024.

Pertemuan tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama yang diadakan pada 24 Juni 2024 dan akan membahas pelaksanaan kegiatan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (LIKS) tahun 2024 serta penyusunan rekomendasi untuk pengembangan LIKS di tahun-tahun mendatang.

Tantangan Literasi Investasi Syariah

Sementara itu, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Irwan Abdalloh mengatakan, ternyata tidak mudah mengembangkan pasar modal dan investasi syariah di Indonesia.

Menurut Irwan, ada tantangan dalam mengembangkan pasar modal syariah Indonesia, salah satunya adalah literasi.

Untuk diketahui, literasi dan inklusi pasar modal di Indonesia masih rendah. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh hasil survey literasi dan inklusi keuangan 2022 oleh OJK.

Rendahnya literasi dan inklusi ini tidak terlepas dari luasnya wilayah di Indonesia, hingga jaringan literasi menjadi terbatas.

Tantangan yang kedua terkait dengan teknologi. Irwan menuturkan, penggunaan teknologi di industri keuangan syariah, termasuk pasar modal syariah, masih tertinggal jauh dibanding dengan konvensional.

“Bank Syariah terbesar saja begitu kena crash, recovery-nya bisa berbulan-bulan” kata Irwan di Jakarta, Jumat, 29 November 2024.

Dan, rintangan ketiga adalah ekosistem. Disampaikannya, ekosistem pasar modal syariah belum terbentuk lengkap, baik dari sisi lembaga keuangan syariah hingga emiten syariah.

“Jadi, ekosistem kita itu masih lemah, apalagi kalau bicara tentang pasar modal syariah itu. Perusahaan sekuritas syariah itu nggak ada,” tegasnya.

Peluang Pasar Modal Syariah di RI

Kendati terdapat rintangan, Irwan tetap optimistis pasar modal di Indonesia memiliki peluang untuk berkembang. Ia menyebut, ada tiga peluang untuk mengembangkan pasar modal di Indonesia. Yang pertama, terkait dengan demografi penduduk.

Berdasarkan data sensus penduduk pada 2020, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,2 juta.

Peluang kedua ialah informasi dan teknologi. Merujuk data Bank Dunia pada 2020, pengguna internet individu di Indonesia mencapai 54 persen dari total penduduk.

“Pengguna internet individu kita sebanyak 54 persen dari total penduduk. Pelanggan mobile phone kita jauh lebih banyak daripada penduduk, yakni 355,6 juta,” tutur Irwan.

Adapun peluang terakhir ialah dukungan pemerintah, yang dinilai bisa menjadi penggerak pasar modal syariah dengan berbagai cara. Seperti penerbitan produk investasi berbasis ritel, serta pendirian lembaga pemerintah yang berpotensi menjadi liquidity provider.

BEI mencatat, jumlah investor saham syariah di Indonesia mencapai 164.115 orang hingga Oktober 2024. Namun, dari angka tersebut, hanya sekitar 16 persen yang aktif berinvestasi.

Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh menjelaskan bahwa pola ini serupa dengan total investor saham di Indonesia, di mana dari 4 juta investor saham, kurang dari 20 persen yang aktif melakukan transaksi.

Meski tingkat aktivitas rendah, jumlah investor syariah menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 31.891 persen sejak 2012 hingga 2024.

Sebagian besar investor syariah, yaitu 58 persen, berada di Pulau Jawa. Provinsi Jakarta menyumbang 15 persen dari total investor syariah, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 19 persen dan Jawa Timur sebesar 11 persen.

Dari sisi transaksi, Pulau Jawa juga mendominasi dengan kontribusi 81 persen. Jakarta mencatatkan kontribusi terbesar dengan 32 persen, diikuti oleh Jawa Barat (19 persen) dan Jawa Timur (11 persen).

Di luar Jawa, Kalimantan Timur menarik perhatian karena mencatatkan nilai transaksi saham syariah sebesar 3 persen, meskipun jumlah investornya tidak masuk 10 besar secara nasional.

Irwan juga menyoroti posisi Asia Tenggara sebagai kiblat pasar modal syariah global, dengan Indonesia dan Malaysia sebagai pemain utama.

“Jika bicara pasar modal syariah, kiblatnya adalah Asia Tenggara secara global,” tuturnya dalam acara edukasi wartawan di Jakarta, Jumat, 29 November 2024.

Pasar modal syariah Indonesia menunjukkan pertumbuhan pesat dalam jumlah investor, namun tantangan masih ada dalam meningkatkan partisipasi aktif.

Dengan dominasi transaksi di Pulau Jawa dan potensi besar di wilayah lain, upaya edukasi dan promosi menjadi kunci untuk mendorong lebih banyak aktivitas di sektor ini.

Keuntungan Berinvestasi di Pasar Modal Syariah

Investasi di pasar modal syariah semakin diminati di Indonesia karena dinilai memiliki sejumlah manfaat yang banyak.

Ketua Pembina Galeri Investasi Syariah, Roikhan mengatakan, sebelumnya mengatakan keuntungan berinvestasi di Pasar Modal Syariah adalah kepatuhan terhadap hukum dan prinsip- prinsip Islam yang menciptakan rasa aman bagi investor Muslim.

“Sesuai dengan Jakarta Islamic Index (JII) yang berusaha mencapai pergerakan lebih tinggi,” ujarnya kepada Kabar Bursa beberapa waktu lalu.

Roikhan bilang, studi menunjukkan volatilitas pasar modal syariah cenderung lebih rendah dibandingkan pasar konvensional sehingga risiko investasi menjadi lebih terukur. Pasar modal syariah juga memiliki return yang konsisten. Roikhan menyebut meskipun tidak selalu lebih tinggi, return investasi di pasar modal syariah cenderung lebih konsisten dalam jangka panjang.

“Dari segi imbal hasil, meski tidak selalu sekompetitif saham konvensional, pasar modal syariah menunjukkan performa yang stabil dalam beberapa tahun terakhir,” ungkapnya.

Selain itu, investasi di pasar modal syariah juga memberikan nilai tambah berupa kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang  berkelanjutan dan etis.

“Bagi investor muslim, investasi di pasar modal syariah merupakan cara yang baik untuk menyelaraskan portofolio investasi dengan nilai-nilai agama,” terang dia.

Dengan perhatian lebih kepada investasi yang bersih dari riba, gharar (ketidakpastian), dan maisir (perjudian), pasar modal syariah menghadirkan opsi yang lebih etis dan sosial. Roikhan menyampaikan minat berinvestasi dalam pasar modal syariah di Indonesia semakin meningkat seiring dengan peningkatan literasi keuangan dan kesadaran tentang keuntungan investasi syariah.

Program edukasi dan kampanye yang dilakukan oleh otoritas seperti OJK dan BEI dinilai memainkan peran penting. Roikhan menjelaskan, edukasi mengenai pentingnya investasi sebagai bagian dari perencanaan keuangan masa depan, serta pemahaman bahwa pasar modal syariah dapat menjadi alat efektif untuk merealisasikan tujuan tersebut, semakin diterima oleh masyarakat Indonesia.

Menurut dia, Semakin banyak masyarakat Indonesia yang memahami  pentingnya investasi dan manfaat berinvestasi di pasar modal syariah. Selain itu, munculnya berbagai produk investasi syariah yang inovatif, seperti sukuk, reksa dana syariah, dan saham syariah, semakin menarik minat investor.

“Pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan pasar modal syariah melalui berbagai kebijakan dan regulasi yang mendukung,” katanya. (*)