Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Penjualan Lesu! Analis: Saham Otomotif Berpotensi Terkoreksi

Rubrik: Otomotif | Diterbitkan: 08 May 2025 | Penulis: Harun Rasyid | Editor: Citra Dara Vresti Trisna
Penjualan Lesu! Analis: Saham Otomotif Berpotensi Terkoreksi Ilustrasi penurunan penjualan kendaraan di Indonesia yang berdampak kepada saham otomotif. Ilustrasi dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM - Beberapa saham di industri otomotif seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) sampai PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) harus menghadapi tantangan besar pada tahun 2025.

Pasalnya penjualan mobil baru pada tahun ini masih lesu. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) periode Maret 2025, distribusi wholesales (dari pabrik ke dealer) membukukan angka 70.892 unit atau turun 5,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu atau sebesar 74.720 unit. 

Penjualan mobil baru secara wholesales Maret 2025 juga merosot sebesar 2 persen ketimbang Februari 2025 yang mampu meraup angka 72.336 unit.

Penurunan produktivitas penjualan mobil baru terjadi sebagai imbas guncangan ekonomi domestik seperti turunnya daya beli, penurunan jumlah kelas menengah sebagai kontributor utama produk otomotif, hingga badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belakangan ini.

Analis Pasar Uang Lukman Leong mengatakan, kinerja saham otomotif di Indonesia ke depannya terbilang berat. Sebab pasar otomotif dunia juga sedang mengalami guncangan.   

“Berat, saya melihat bukan hanya Indonesia, namun perusahaan otomotif dunia tertekan oleh ekspansi otomotif terutama EV (Electric Vehicle)," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Selasa, 6 Mei 2025.

Lukman menilai, perusahaan otomotif di bidang roda empat jelas sangat terdampak kondisi tersebut. Namun, ia memperkirakan, bisnis kendaraan roda dua di Tanah Air masih memiliki peluang.

“Prospek ekonomi yang lebih suram tahun ini dapat dipastikan akan semakin menurunkan daya beli masyarakat. Sektor otomotif roda empat ke atas akan sangat terbebani, namun uniknya roda dua mungkin lebih aman karna produk China belum mengganggu sama sekali, dan malah bisa diuntungkan apabila pengguna roda empat beralih ke roda dua karena tekanan ekonomi,” jelasnya.

Selain itu Lukman menyatakan, perusahaan-perusahaan lokal yang bergerak di sektor industri otomotif nasional akan bangkit apabila perang dagang Amerika Serikat - China telah mereda.

“Tentunya semuanya bisa pulih apabila perang tarif dapat dihindari atau paling tidak mereda,” sebutnya. 

Persaingan Produk Otomotif Jepang dan China

Lukman menilai, merek-merek mobil China yang terus hadir lewat produk EV, belum mampu menggeser dominasi merek Jepang yang telah puluhan tahun berbisnis di Indonesia.

Meski demikian, merek mobil China memiliki keunggulan yang cukup mengancam pasar mobil Jepang di Indonesia. Keunggulannya mulai dari harga yang terjangkau di kelasnya, hingga teknologi canggih yang diusungnya. 

“Walau trend EV di Indonesia tidak akan melejit secara parabolic, namun produsen China sedang menancapkan akar untuk menjadi pionir di Indonesia. Namun brand image mobil-mobil Jepang masih sangat kuat, walau demikian, masih sangat susah bersaing dengan teknologi, efisiensi dan harga EV China,” terangnya.

Proyeksi Saham Otomotif ASII, AUTO, MPMX, dan IMAS

Menurut Lukman, harga saham otomotif ke depannya diproyeksikan bakal terkoreksi berdasarkan situasi ekonomi dalam negeri yang tengah terjadi.

“Untuk ASII ditargetkan di harga 4000, AUTO 1800, MPMX 1200, dan IMAS 700. Dari keempat perusahaan itu, MPMX yang paling bisa bertahan," ujarnya.

Selama sepekan ini saham-saham sektor otomotif dalam tekanan ringan sepanjang pekan pertama Mei 2025. Saham-saham pemain utama seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) menunjukkan performa yang variatif.

1. ASII

ASII mencatatkan koreksi sebesar 3,26 persen dalam sepekan ke level Rp4.750. Sebagai perusahaan dengan portofolio bisnis yang mencakup otomotif, agribisnis, infrastruktur, hingga jasa keuangan. Performa keuangannya pun mencerminkan stabilitas tinggi.

Dengan rasio price to earnings (PE) hanya 5,88 — jauh lebih murah dibandingkan median IHSG yang berada di kisaran 7,92 — saham ASII dinilai undervalued. Return on equity (ROE) mencapai 15,14 persen dan return on asset (ROA) 6,78 persen, mencerminkan efisiensi tinggi dalam mengelola modal dan aset.

Posisi keuangan juga solid, dengan debt to equity ratio hanya 0,47, menunjukkan struktur permodalan yang sehat. Altman Z-Score berada di level 1,60 — belum sepenuhnya aman, namun menunjukkan arah perbaikan.

Tak kalah penting, Astra mencatat free cash flow positif sebesar Rp27,49 triliun, serta menawarkan dividen yield sebesar 10,66 persen — sangat menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif. Dengan gaya investasi seperti Warren Buffett, ASII masuk kategori "perusahaan hebat di harga wajar", layak dikoleksi untuk jangka panjang.

2. IMAS

IMAS dari Indomobil Group sukses menutup pekan dengan penguatan 1,72 persen ke level Rp885. Berlainan dengan ASII, saham Indomobil Sukses Internasional masih menyimpan banyak catatan. Rasio PE yang cukup tinggi di 16,29 menunjukkan valuasi mahal, tidak sebanding dengan performa fundamental yang masih lemah.

Struktur keuangan terbilang rentan, dengan debt to equity ratio mencapai 3,34 — menunjukkan ketergantungan besar terhadap utang. Altman Z-Score bahkan hanya 0,36, masuk dalam zona distress atau risiko kebangkrutan.

Free cash flow tercatat negatif, dan laba bersih perusahaan masih kecil, hanya Rp224 miliar. Yang lebih mengkhawatirkan, payout ratio dividen mencapai 189 persen — artinya perusahaan membayar dividen bukan dari laba bersih, melainkan dari utang atau cadangan.

Investor ala Warren Buffett dan Lo Kheng Hong kemungkinan besar akan menghindari saham ini untuk saat ini. IMAS hanya cocok untuk trader spekulatif jangka pendek yang siap menanggung risiko tinggi, jika — dan hanya jika — ada sinyal pemulihan yang kuat.

3. MPMX

MPMX yang bergerak di bidang distribusi sepeda motor dan mobil, distribusi suku cadang, rental mobil, hingga pembiayaan multi guna ini tidak mengalami perubahan harga selama sepekan terakhir atau stabil di Rp1.035. 

Meski begitu, dividen yield-nya tertinggi di antara rekan seindustri yakni 11,11 persen dengan P/E rasional di 7,80. Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp4,62 triliun, MPMX cocok untuk investor yang mengutamakan pendapatan pasif.

Sebagai pemain di sektor otomotif konsumen, terutama dalam distribusi motor dan pembiayaan. Kinerja keuangannya terbilang solid, dengan PE ratio di 8,08 — cukup wajar untuk sektor ini.

Menariknya, perusahaan memiliki net debt negatif sebesar Rp1,91 triliun, yang berarti MPMX memiliki lebih banyak kas dibanding total utangnya. Altman Z-Score berada di angka 4,95, mengindikasikan kondisi keuangan yang sangat aman.

Free cash flow tercatat positif Rp279 miliar, dan dividen yield tinggi sebesar 11,11 persen menjadikan saham ini favorit bagi investor yang mencari pendapatan rutin. Dengan kekuatan neraca keuangan dan posisi bisnis yang relatif stabil, MPMX layak dikoleksi untuk jangka menengah hingga panjang.

4. AUTO

Saham AUTO yang bergerak di bidang manufaktur suku cadang besutan Astra Group tercatat melemah 0,90 persen ke level Rp2.200. 

Anak usaha dari Astra Group, adalah pemasok komponen otomotif terbesar di Indonesia. Dengan PE ratio hanya 5,21, saham AUTO tergolong sangat murah untuk ukuran emiten besar dan sehat.

ROE mencapai 13,86 persen dan ROA 9,37 persen — menunjukkan efisiensi tinggi dalam mencetak laba. Struktur keuangan sangat konservatif, dengan debt to equity ratio hanya 0,04. Altman Z-Score menyentuh 6,02, mengonfirmasi kondisi keuangan yang sangat kuat.

Free cash flow AUTO juga mencolok, mencapai Rp1,03 triliun. Dividen yield sebesar 8,52 persen, dengan payout ratio yang sehat di angka 45 persen, membuat AUTO ideal bagi investor yang mengutamakan stabilitas dan pendapatan pasif.

Saham ini sangat cocok untuk strategi investasi jangka panjang ala Buffett atau Lo Kheng Hong. AUTO masuk kategori perusahaan "cash machine" — kuat, murah, dan terus mencetak keuntungan.(*)