KABARBURSA.COM - PT JBA Indonesia, salah satu balai lelang mobil di Tanah Air, mencatatkan pertumbuhan positif dalam penjualan mobil bekas sepanjang tahun ini.
JBA mencatat, penjualan mobil bekas pada kuartal I tahun 2025 tumbuh sebesar 13 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Capaian ini mendorong JBA bersiap melakukan ekspansi di sektor baru dengan meluncurkan balai lelang pada 5 Mei 2025.
Lelang produk elektronik akan digelar secara daring melalui laman resminya di lelang.jba.co.id. Pada tahap awal, lebih dari 75 unit laptop dari berbagai merek seperti Lenovo, HP (Hewlett-Packard), dan Dell akan dilelang untuk menyasar konsumen di segmen end user.
CEO PT JBA Indonesia Kazuhiro Shioyama mengatakan, pihaknya cukup optimistis dengan ekspansi layanan lelang perangkat elektronik.
“Melihat performa positif di kuartal pertama tahun ini, kami optimis pasar mobil bekas di lelang masih menjanjikan. Bahkan, hingga akhir Maret 2025, kami sudah membukukan lebih dari 27 persen dari target penjualan tahun ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 16 April 2025.
Shioyama melanjutkan, ekspansi ini diharapkan dapat melayani kebutuhan konsumen sekaligus memperluas lini bisnis JBA. “Ekspansi ke lelang elektronik adalah upaya kami memperluas cakupan bisnis dan menjangkau konsumen langsung dengan kebutuhan berbeda," katanya.
Langkah strategis ini juga membuka peluang baru bagi individu maupun perusahaan yang ingin menitipkan barang elektroniknya untuk dilelang melalui JBA.
Sementara itu, COO PT JBA Indonesia Deny Gunawan mengatakan, layanan lelang elektronik merupakan bagian dari diversifikasi bisnis JBA dalam menghadapi dinamika pasar. JBA Juga menargetkan mampu melelang seribu produk elektronik pada tahun ini.
“Target kami hingga akhir 2025 adalah menawarkan lebih dari 1.000 unit barang elektronik. Ini akan menjadi bagian dari lelang reguler kami yang memperluas pilihan bagi peserta lelang dan memberikan alternatif investasi yang menarik,? ucapnya.
Sebagai informasi, JBA Indonesia merupakan bagian dari PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) yang bergerak di sektor otomotif. Bisnisnya mencakup lelang kendaraan, jual-beli mobil online, serta penyedia data harga mobil dan motor. Saat ini, JBA memiliki jaringan lebih dari 15 cabang dan 21 hub di kota-kota besar Indonesia.
Dalam operasional bisnisnya, JBA mengklaim mampu melelang ratusan ribu unit kendaraam setiap tahun.
Kinerja ASLC Dalam Sepekan
Saham PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) menunjukkan penguatan dalam sepekan terakhir, dengan kenaikan sebesar 6,35 persen hingga menyentuh level Rp67,00 pada penutupan perdagangan per 15 April 2025.
Sepanjang periode tersebut, saham ASLC bergerak fluktuatif dengan harga tertinggi di Rp70,00 dan sempat menyentuh level terendah Rp65,00.
Dibuka di harga Rp69,00 saham ini masih diperdagangkan mendekati batas bawahnya dalam satu tahun terakhir yaitu Rp58,00 dan cukup jauh dari titik tertingginya di Rp111,00.
Meski begitu, sentimen pasar terhadap emiten ini mulai menunjukkan arah positif, terutama setelah kabar ekspansi bisnis anak usahanya, JBA Indonesia, yang kini merambah ke sektor lelang elektronik.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp854,01 miliar dan rasio price to earnings (P/E) di angka 18,93, ASLC memiliki valuasi yang masih kompetitif di antara emiten sektor otomotif dan teknologi perdagangan digital.
Permintaan Mobil Bekas LCGC Meningkat
Pasar mobil bekas terus menunjukkan geliat meskipun ekonomi sedang lesu dan penjualan mobil baru mengalami penurunan. Permintaan mobil seken, terutama dari kategori low cost green car (LCGC), justru mengalami peningkatan.
Windi Wijaya, Marketing Showroom Jaya Baru yang berlokasi di Depok, Jawa Barat, mengungkapkan bahwa lonjakan minat terhadap mobil LCGC bekas sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Model yang paling banyak dicari mencakup Toyota Calya, Daihatsu Sigra, Honda Brio Satya, dan Daihatsu Ayla.
“Peminat (mobil LCGC) cukup tinggi, tapi sekarang kami susah dapat unitnya,” kata Windi kepada kabarbursa.com, beberapa waktu lalu.
Ia menuturkan bahwa tantangan utama dalam memenuhi permintaan unit berasal dari ketatnya standar showroom. Hanya kendaraan dalam kondisi prima yang dapat dipasarkan kembali. Hal ini dilakukan demi menjaga kepercayaan konsumen dan mempertahankan citra showroom.
"Mobil yang hendak dijual tidak bekas tabrak, banjir dan bukan bekas pemakaian driver online. Ini tantangannya sekarang-sekarang ini. Makanya di sini unit LCGC hanya tinggal sedikit," terangnya.
Mobil LCGC bekas dipandang sebagai pilihan logis di tengah tekanan ekonomi. Konsumen cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan pembelian, dan LCGC menjadi opsi utama berkat harganya yang terjangkau, terutama dalam kondisi bekas. Selain itu, mobil ini juga dinilai lebih ringan dalam hal pajak dan biaya perawatan.
Meski tren mobil bekas menunjukkan peningkatan, Windi menyatakan harapannya agar penjualan mobil baru juga ikut membaik di tahun 2025. Ia menilai, jika penjualan mobil baru terus menurun, maka ketersediaan unit bekas juga akan semakin terbatas.
“Harapannya sih tahun ini penjualan bisa lebih baik lagi. Tapi kalau penjualan mobil baru tahun 2025 turun seperti tahun lalu, mobil bekas yang kami cari untuk dijual, akan semakin sulit karena jumlah unitnya semakin sedikit,” ujarnya.
Sebagai catatan, menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil baru secara wholesales (pengiriman dari pabrikan ke dealer) sepanjang tahun 2024 tercatat sebesar 865.723 unit. Angka ini menurun 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.005.802 unit.
Adapun untuk penjualan retail (penjualan dari dealer ke konsumen), jumlahnya mencapai 889.680 unit, atau turun 10,9 persen dari tahun 2023 yang mencatatkan angka 998.059 unit.(*)