KABARBURSA.COM – Dalam puncak arus balik Lebaran 2025 yang diprediksi pada 5 hingga 6 April ini, Perum DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) meraih kenaikan impresif dalam penjualan tiket bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).
Penjualan tiket bus AKAP DAMRI dalam periode arus balik Lebaran 2025, sudah berlangsung sejak 1 April lalu sampai 11 April mendatang.
Menurut data yang dirilis DAMRI per Jumat 4 April 2025, tercatat hampir 60 ribu tiket bus AKAP DAMRI telah terjual untuk masa arus balik Lebaran. Hal ini menunjukkan minat masyarakat yang relatif tinggi dalam menggunakan armada bus AKAP DAMRI, terutama untuk kembali ke wilayah domisili dari kampung halamannya.
Lebih rincinya, tiket keberangkatan bus AKAP Damri untuk tanggal 5 April 2025 telah habis terjual dengan jumlah 9.300 perjalanan.
Sementara untuk penjualan tiket keberangkatan pada 6 April ini, telah mencapai angka 9.000 perjalanan. Permintaan tiket ini terbilang tinggi dan sesuai dengan prediksi puncak arus balik yang terjadi di akhir pekan.
Diskon Tiket 20 Persen untuk Pembelian Secara Daring
Demi melayani kebutuhan masyarakat yang melakukan perjalanan arus balik, DAMRI sebagai perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di bidang transportasi darat turut menghadirkan promo menarik. Promo yang disebut 4.4 ini, menawarkan diskon 20 persen khusus untuk pembelian tiket secara daring mulai 4 April 2025.
Promo ini berlaku untuk transaksi pertama melalui aplikasi DAMRI, dengan potongan harga maksimal Rp20 ribu.
Promo tiket DAMRI ini dapat dimanfaatkan konsumen untuk tanggal keberangkatan selama tanggal 4 hingga 7 April 2025. Lewat potongan harga tersebut, diharapkan dapat meringankan biaya perjalanan pemudik dalam arus balik Lebaran tahun ini.
"DAMRI berkomitmen memberikan kenyamanan dan kemudahan mobilitas kepada pelanggan kami, terlebih di momen penting seperti arus balik Lebaran," ucap Head of Corporate Communication DAMRI, Atikah Abdullah dalam keterangan resmi yang dikutip, Minggu 6 April 2025.
Pengawasan Bus DAMRI Berbasis Digital
DAMRI berupaya menjaga kelancaran operasional armadanya lewat layanan digital. Karena itu masyarakat diimbau untuk melakukan pembelian tiket secara daring atau online untuk menghindari antrean panjang di loket yang berpotensi mengganggu jadwal keberangkatan.
"Kami mengimbau pelanggan untuk cermat saat memesan tiket. Pastikan tanggal keberangkatan, rute, dan data pribadi diinput dengan benar," sebut Atikah.
Di samping itu, pengawasan terhadap seluruh armada DAMRI juga telah dilakukan secara real-time melalui Central Control Room yang berlokasi di Kantor Pusat DAMRI, Jakarta Timur.
Pemantauan ini berlangsung 24 jam, meliputi kecepatan kendaraan, posisi kendaraan, serta kondisi pengemudi dan penumpang. Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan aspek keselamatan dan kenyamanan tetap optimal selama masa arus balik Lebaran 2025.
DAMRI optimistis, berbagai langkah inovasi dan pelayanan yang ditingkatkan ini dapat menjadi solusi transportasi yang efisien dan ekonomis bagi masyarakat Indonesia.
Waspada Bus Bodong yang Beroperasi Ilegal di Musim Mudik Lebaran 2025
Bus pariwisata yang tidak sesuai standar keamanan dan tidak layak jalan masih menghantui konsumen di masa libur Lebaran tahun ini.
Djoko Setijowarno, Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengatakan, bus pariwisata yang tidak melakukan ramp check tapi tetap bisa beroperasi untuk angkutan mudik Lebaran masih dapat ditemui.
"Bus pariwisata ini banyak digunakan untuk program mudik gratis. Padahal kami sudah arahkan kepada penyelenggara mudik gratis agar menggunakan armada bus reguler, tapi ternyata semuanya pakai bus pariwisata," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Kamis 3 April 2025.
Kondisi ini, memicu berkurangnya pendapatan Perusahaan Otobus (PO) bus reguler yang armadanya jelas diperuntukan untuk angkutan mudik dan arus balik dengan rute jarak jauh seperti Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).
"Ya kasihan juga PO bus yang reguler. Harusnya diutamakan yang bus reguler dulu untuk mudik gratis, sisanya baru pariwisata. Ini enggak, semuanya pariwisata. Akhirnya bus pariwisata ini keteteran juga melayani pemudik, padahal ada yang tidak lolos ramp check," sebut Djoko.
Djoko juga menilai, armada bus reguler terhitung lebih aman untuk mudik Lebaran maupun arus balik, ini karena unitnya sudah dipastikan lolos ramp check.
"Kalau bus reguler pasti lolos, karena pemeriksaannya rutin agar bisa beroperasi setiap hari. Selain itu, ini karena dampak efisiensi pemerintah yang memotong anggaran pengawasan. Ini kan kacau. Untuk keselamatan dipotong-potong anggarannya, bus bisa jalan tanpa ada ramp check. Efisiensi itu boleh, tapi jangan aspek keselamatan itu dihilangkan," jelasnya.
Sekadar info, ramp check merupakan tindakan pemeriksaan untuk memastikan kondisi bus layak jalan dan layak beroperasi.
Ramp check pada bus, juga bertujuan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas dan menjaga keselamatan penumpang. Pemeriksaannya meliputi kondisi fisik kendaraan seperti rem, mesin, dan ban.
Pengecekan ini juga memeriksa fungsi dan alat-alat pendukung operasional kendaraan, kelengkapan administrasi kendaraan seperti surat-surat kendaraan, surat uji KIR, SIM dan STNK, hingga kompetensi serta kesehatan para awak bus.
Adapun pelaksanaan ramp check bersifat wajib untuk semua armada bus karena sebagai bentuk pencegahan dari potensi kecelakaan lalu lintas.
Lebih parah lagi, operasional bus pariwisata ini juga masih banyak yang bodong alias tidak berizin, bahkan badan usahanya juga tidak jelas hingga tidak memiliki pool resmi.
"Jadi harus dilihat di poolnya. Kadang-kadang bus pariwisara ini malah enggak punya pool. Ada juga yang pemiliknya punya satu atau dua bus saja, dan unitnya cuma diparkir di lapangan kosong," kata Djoko.
Ia mengungkapkan, sebagian bus pariwisata juga tidak memegang SRUT (Sertifikat Registrasi Uji Tipe) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Selain itu, berbagai langkah juga ditempuh oknum pemilik bus untuk mengubah tampilan bus pariwisata agar tampil menarik, sehingga terkesan layak jalan.
"Unit bus pariwisata ini ada yang dibeli dari bus bekas dari PO bus reguler dengan usia misalnya lima tahun, lalu banyak yang diganti dengan bodi baru di karoseri. Kadang penggunaan bodi baru ini malah tidak sesuai dengan jenisnya, sehingga akan membahayakan," jelas Djoko.
Dampak fatal tindakan tersebut terungkap setelah kasus kecelakaan bus pariwisata Putera Fajar di Ciater, Subang, Jawa Barat pada Mei 2024. Diketahui, kecelakaan bus pariwisata yang membawa rombongan studi tur SMK Lingga Kencana Depok ini, mengakibatkan 11 orang meninggal dunia.
Berdasarkan temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) beberapa waktu lalu, bus tersebut telah diubah spesifikasinya, khususnya pada bagian rangka yang dibuat menjadi lebih tinggi dari kondisi standarnya. Modifikasi pada bagian rangkanya, dibuat mengikuti model dek tinggi atau biasa disebut High Decker.
Sehingga modifikasi ini, berpotensi membuat bus mudah limbung atau kurang stabil saat melaju di jalanan.
"Seperti kejadian di Subang itu, busnya terlihat bagus. Padahal itu bus biasa yang dipermak, dan ini tentu berbahaya," kata Djoko.(*)