KABARBURSA.COM - Neta Auto sebagai produsen mobil Neta, mengusung strategi global dan pendanaan baru untuk memperkuat posisinya dalam inovasi kendaraan listrik.
Hozon New Energy, perusahaan induk dari Neta Auto, mengumumkan rencana pendanaan lanjutan dengan target mempercepat pertumbuhan bisnisnya.
Neta Auto merencanakan skala pendanaan antara Rp4-4,5 miliar Yuan atau setara dengan Rp10 triliun dengan investor utama yang berinvestasi sekitar 3 miliar yuan. Melalui pendanaan baru ini, pihak Neta optimistis dapat menjadi dorongan signifikan bagi pengembangan bisnis Neta Auto secara global.
Untuk awal tahun 2025, Neta Auto juga mengusung strategi yang diperbarui serta ekspansi global. Sehingga brand asal China ini siap untuk memasuki fase pertumbuhan baru.
Sementara itu, sepanjang tahun 2024, Neta Auto mencatat penjualan kumulatif di pasar luar negeri hampir 30.000 unit dan memperluas jaringannya menjadi 184 dealer di berbagai pasar utama dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Founder, Chairman, dan CEO Neta Auto Fang Yunzho mengungkapkan bahwa pihaknya menerapkan berbagai langkah untuk menunjang bisnis kendaraan listrik kepada pelanggan.
“Sebagai bagian dari visi global kami, NETA Auto akan mengimplementasikan langkah-langkah reformasi guna mencapai keseimbangan antara penjualan domestik dan internasional dalam 2-3 tahun ke depan, serta mencapai profitabilitas secara keseluruhan," ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip, Kamis, 13 Februari 2025.
Dengan pendekatan ini, Neta Auto optimistis mampu menghadirkan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan dan berorientasi pada kebutuhan pelanggan di Indonesia.
Sementara itu, Chris Lan, Managing Director Neta Auto Indonesia mengatakan, strategi global ini akan semakin memperkuat posisi brand Neta di Indonesia, baik dari segi produk maupun layananannya.
“Kami optimistis dengan masa depan Neta di Indonesia. Dengan pendanaan baru, visi, dan strategi global yang lebih kuat, kami akan terus menghadirkan kendaraan listrik yang inovatif dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Kami juga akan memperluas jaringan dealer serta meningkatkan layanan pelanggan agar semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaat dari teknologi kendaraan listrik kami," jelasnya.
Kini Neta Auto Indonesia sebagai agen pemegenag merek (APM) berkomitmen untuk mewujudkan visi Tech for All guna memastikan kendaraan listrik Neta dapat diakses oleh lebih banyak orang, serta mendukung transisi menuju mobilitas berkelanjutan di Tanah Air.
Pasar Mobil Listrik China Menurun
Pasar mobil listrik global kembali menunjukkan pertumbuhan pada awal tahun 2025. Berdasarkan laporan firma riset Rho Motion yang dikutip Reuters, Rabu 12 Februari 2025, penjualan kendaraan listrik penuh (EV) dan plug-in hybrid (PHEV) naik 18 persen secara tahunan pada Januari.
Menariknya, untuk pertama kalinya sejak Februari tahun lalu, pertumbuhan di Eropa dan Amerika Serikat melampaui China.
Menurut Manajer Data Rho Motion, Charles Lester, pasar mobil di Eropa memulai tahun dengan cukup kuat karena target emisi CO2 terbaru mulai berlaku di Uni Eropa. Sementara itu, libur panjang Tahun Baru Imlek menyebabkan penjualan mobil listrik di China anjlok 43 persen dibandingkan Desember.
Di tengah perlambatan pasar otomotif dan meningkatnya ketegangan dagang, berbagai negara mengambil langkah berbeda untuk mendorong adopsi kendaraan listrik.
China misalnya, memperpanjang subsidi trade-in atau tukar tambah mobil hingga 2025 sebagai bagian dari skema penggantian kendaraan, guna menghindari penurunan penjualan EV dan menopang pertumbuhan ekonomi.
Sementara di Eropa, pemerintah mulai melakukan konsultasi baru dengan eksekutif industri otomotif, serikat pekerja, dan berbagai kelompok kepentingan terkait target emisi CO2. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan arah yang lebih jelas bagi industri kendaraan listrik di benua tersebut.
Menurut data Rho Motion, total penjualan mobil listrik global mencapai 1,3 juta unit pada Januari 2025, naik 17,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, pertumbuhan ini sebenarnya mulai melambat dalam tiga bulan terakhir.
Di China, penjualan EV naik 11,8 persen secara tahunan menjadi 700 ribu unit, tetapi masih turun drastis dibandingkan bulan sebelumnya akibat libur panjang. Sebaliknya, Eropa mencatatkan penjualan sebanyak 250 ribu unit, naik 21 persen dari Januari 2024.
Di antara pasar Eropa, Prancis justru mengalami penurunan tajam sebesar 52 persen akibat penerapan pajak berat kendaraan pada PHEV. Sementara itu, Jerman melesat lebih dari 40 persen, sebagian karena efek basis rendah dari Januari 2024, ketika subsidi EV di negara tersebut dihentikan secara tiba-tiba.
Amerika Serikat dan Kanada juga mencatat pertumbuhan signifikan, dengan penjualan EV yang naik 22,1 persen menjadi 130 ribu unit pada Januari. Sementara di wilayah lain di dunia, penjualan kendaraan listrik justru melonjak hingga 50 persen.
Namun, secara bulanan, angka penjualan global mengalami penurunan 35 persen dibandingkan Desember, terutama karena penurunan tajam di China yang turun 43 persen dalam periode yang sama. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.