KABARBURSA.COM - Pasar otomotif kendaraan roda empat Indonesia yang sejak lama didiami berbagai merek Jepang, dalam beberapa tahun terakhir terus diserbu merek-merek mobil China.
Salah satu contohnya terlihat dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, di mana banyak merek mobil China berpartisipasi dalam perhelatan pameran otomotif tersebut.
Beberapa brand mobil China tersebut yaitu BYD, Baic, Chery, GAC Aion, GWM, Chery, Jaeco, Jetour, MG, Neta, Seres, hingga Wuling. Kebanyakan kehadiran merek mobil China diikuti dengan teknologi kendaraan listrik yang tengah didukung pemerintah lewat berbagai kebijakan, salah satunya bebas biaya PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah).
Selain itu pada awal tahun 2025, brand mobil China lainnya, Geely juga mengumumkan kembali ke pasar otomotif Indonesia dengan membawa mobil listrik Geely EX5.
Menurut pandangan Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, trenmerek mobil China masuk ke Indonesia sebagai dampak dari perang dagang China kepada negara pesaingnya dalam industri otomotif.
"Tahun 2024 Eropa memberikan biaya impor yang cukup tinggi terhadap China. Sehingga mobil-mobil listrik China saat itu banyak yang tidak bisa di ekspor ke Eropa karena mendapatkan sanksi," bukanya saat dihubungi KabarBursa.com, Senin 3 Februari 2025.
Sementara di sisi lain, kata Ibrahim, China telah memproduksi mobil listrik secara besar-besaran, sehingga harga yang ditawarkan bisa lebih murah dari mobil listrik negara lain, termasuk Eropa.
Masifnya produksi China dalam mobil listrik juga didukung kebijakan pemerintahnya yang berpengaruh terhadap penggunaan kendaraan ramah emisi tersebut.
"Di sisi lain pun juga ada kebijakan di China, di mana 80 persen masyarakatnya sudah menggunakan mobil listrik. Ini karena pemerintah yang menginstruksikan kepada pejabat dari tingkat atas sampai bawah, agar menggunakan mobil listrik. Hal itu diikuti oleh masyarakat di China," ucap Ibrahim.
Dengan begitu, peredaran mobil listrik dari brand China mulai menginvasi negara di benua Eropa, Amerika, termasuk negara berkembang seperti Indonesia.
"Karena harganya relatif lebih murah, banyak masyarakat Eropa dan Amerika yang membeli mobil-mobil listrik dari Tiongkok. Situasi ini membuat perusahaan-perusahaan mobil listrik di Eropa itu mengalami kejatuhan sehingga Eropa mengenakan tarif yang cukup tinggi terhadap perusahaan-perusahaan otomotif China," terang Ibrahim.
"Dengan adanya perang dagang tersebut, banyak sekali mobil-mobil listrik dari China itu yang lari ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," tambahnya.
Lebih lanjut, Ibrahim memproyeksikan bahwa serbuan mobil China di berbagai belahan dunia maupun Indonesia akan semakin meningkat.
"Apalagi bersamaan dengan perang dagang China dan Amerika Serikat, kemungkinan besar semakin banyak lagi mobil-mobil keluaran China yang lari ke negara-negara berkembang," sebutnya.
Selain itu, Ibrahim juga menilai bahwa pergerakan merek mobil China yang masuk ke Indonesia belum bisa disaingi oleh brand otomotif Jepang, khususnya dalam hal ketersediaan model mobil listrik.
Sejauh ini di pasar domestik, Toyota hanya memasarkan mobil listrik bZ4X, kemudian Lexus memasarkan dua model lewat UX300e dan RZ450e, lalu Mitsubishi memiliki L100 EV sebagai mobil listrik niaga, serta Mazda dengan SUV listrik MX-30.
"China kebanyakan mencari negara-negara ketiga untuk memasarkan. Ini beda dengan Jepang. Sehingga Jepang masih kalah saing dengan China dalam industri mobil listrik,"kata Ibrahim.
Maka dari itu ia memandang, Indonesia masih menjadi pasar yang strategis bagi China dalam industri otomotif. Seiring hal tersebut, pemerintah Indonesia bisa mengambil keuntungan dari biaya impor yang dikenakan terhadap produk otomotif China.
"Sampai saat ini Indonesia itu dijadikan sebagai tempat untuk melakukan penjualan dari berbagai macam produk otomotif, baik dari merek Jepang, Korea Selatan, China, Eropa dan Amerika. Tetapi untuk mobil listrik, tetap dimenangkan kembali oleh China karena harganya lebih murah," imbuh Ibrahim.
"Selain itu karena ada biaya hingga pajak impor yang diterima oleh pemerintah. Masuknya mobil-mobil China tidak akan merugikan pemerintah, apalagi Indonesia belum ada mobil nasional," tambahnya.
Namun Ibrahim juga mengungkapkan, perang dagang dan kondisi ekonomi global yang tak menentu bakal berdampak pada penurunan daya beli produk otomotif di dalam negeri.
"Saat ini kan sedang terjadi krisis ekonomi secara global akibat perang dagang. Kemungkinan besar penjualan mobil listrik pun bisa saja akan sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu ada masalah ekonomi yang dialami kelas menengah, sehingga mempengaruhi daya beli di sektor ini," pungkasnya.
Merek mobil asal China mulai memperlihatkan taringnya dalam menggaet konsumen di pasar otomotif Tanah Air.
Apalagi merek mobil China kini semakin banyak yang masuk ke Indonesia dengan menawarkan teknologi, desain, hingga harga yang menarik di kelasnya.
Soal penjualan, beberapa merek mobil China mengalami pencapaian positif dengan kenaikan angka penjualan.
Salah satunya Chery yang sepanjang tahun 2024 mampu membukukan penjualan 8.626 unit atau naik 118,3 persen dibanding tahun 2023.
Selain itu, Morris Garage (MG) yang kini dimiliki Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC), selama tahun 2024 mengalami peningkatan penjualan sebesar 257,3 persen atau sebanyak 4.123 unit.
Verdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Wuling menjadi merek mobil China terlaris dengan penjualan wholesales (dari pabrik ke dealer) periode Januari hingga November 2024 sebanyak 25.067 unit.
Di bawahnya, ada BYD yang meraih penjualan wholesales sebanyak 13.694 unit pada periode tersebut. Capaian BYD, diikuti Chery dengan angka penjualan wholesales sebanyak 8.626 unit selama Januari sampai November 2024.
Namun dari sejumlah merek mobil China tersebut, segmen mobil listrik menjadi favorit konsumen sepanjang tahun 2024.
Berikut lima mobil China terlaris dalam penjualan wholesales per Januari-November 2024:
1. BYD M6: 6.124 unit
2. Wuling Binguo EV: 5.156 unit
3. BYD Seal: 4.828 unit
4. Wuling Air ev 4.440 unit
5. Chery Omoda E5 4.425 unit (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.