KABARBURSA.COM - Langkah Presiden AS Donald Trump yang resmi memberlakukan tarif baru sebesar 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada serta 10 persen untuk barang dari China membuat saham raksasa otomotif Eropa berjatuhan. Kekhawatiran pasar meningkat soal kemungkinan kebijakan serupa bakal diterapkan ke barang-barang dari Uni Eropa.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Senin, 3 Februari 2025, Volkswagen (VW) dan Stellantis, dua pemain besar yang punya operasi masif di Meksiko, langsung kena imbas paling parah. Saham mereka anjlok sekitar 6 persen, jadi yang paling babak belur di antara sesama produsen mobil. Tak hanya itu, Volvo Cars, Mercedes-Benz, BMW, dan Porsche juga ikut terseret turun dengan koreksi antara 3,4 persen hingga 5,2 persen.
Tak cuma pabrikan mobilnya, sektor pemasok suku cadang juga kena efek domino. Saham Valeo, perusahaan suku cadang asal Prancis, terjun bebas sampai 7 persen. Sementara itu, indeks otomotif dan suku cadang Eropa (SXAP) jatuh 3,4 persen, menyentuh level terendah dalam lebih dari dua minggu. Indeks STOXX 600, yang mencerminkan pergerakan saham di seluruh Eropa, juga turun 1,3 persen dengan sektor otomotif jadi yang paling terpukul.
Para analis khawatir dampak tarif terhadap Meksiko bakal lebih menyakitkan bagi pabrikan mobil Eropa ketimbang tarif langsung terhadap barang-barang dari Uni Eropa. Bank investasi Stifel dalam catatannya memperkirakan sekitar 8 miliar euro (USD8,2 miliar atau sekitar Rp131 triliun) pendapatan VW dan 16 miliar euro (USD16,4 miliar atau sekitar Rp262 triliun) pendapatan Stellantis bakal terdampak. Bahkan, mereka memprediksi dampak penuh dari tarif ini bisa menggerus 12 persen dari laba operasional (EBIT) Volkswagen di 2025 dan mencapai 40 persen bagi Stellantis.
Volkswagen sendiri, dalam pernyataan resmi pada Minggu, 2 Februari 2025, menyatakan masih berharap negosiasi bisa menghindarkan industri dari perang dagang lebih lanjut. Sementara itu, analis JPMorgan memperkirakan dalam minggu ini para pabrikan otomotif bakal berusaha merayu pemerintah AS dengan janji-janji investasi di dalam negeri, seperti menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan produksi di AS dibandingkan di Meksiko dan Kanada.
[caption id="attachment_116940" align="alignnone" width="680"] Pengunjung berdiri di samping Mobil Range Rover yang terpajang di Plaza Indonesia, Jumat (31/1/2025). Mobil ini sudah terjual dengan harga 10,6 Miliar. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji[/caption]
Pasar saham sektor otomotif di Indonesia tampaknya lagi uji nyali, terutama buat investor yang naksir saham emiten besar seperti Astra International Tbk (ASII) dan Astra Otoparts Tbk (AUTO). Dalam sepekan terakhir, harga saham ASII turun 1,65 persen ke level Rp4.760, sementara AUTO lebih dalam lagi, anjlok 3,85 persen ke Rp2.000.
Penurunan ini terjadi di tengah performa keuangan yang sebenarnya masih solid. Laporan keuangan menunjukkan bahwa ASII mencatatkan pendapatan Rp34,47 triliun secara tahunan (annualized) untuk 2024, naik tipis dari Rp33,83 triliun pada 2023. Sementara itu, AUTO juga mengalami pertumbuhan dari Rp1,84 triliun di 2023 menjadi Rp2,03 triliun di 2024.
Namun, tren penurunan saham dalam sepekan terakhir mengindikasikan investor masih wait and see terhadap kondisi pasar otomotif. Terutama adanya potensi sentimen negatif dari kebijakan tarif impor AS terhadap mobil dan suku cadang yang berpotensi mengguncang rantai pasok industri otomotif global.
Dari segi kinerja kuartalan, ASII mencatatkan peningkatan pendapatan di Q3 2024 mencapai Rp9,99 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,24 triliun. Sementara itu, AUTO juga mengalami pertumbuhan di Q2 2024 sebesar Rp539 miliar, naik signifikan dari Rp369 miliar pada 2023.
Meskipun ada volatilitas harga saham, sektor otomotif masih jadi perhatian investor, mengingat permintaan kendaraan di Indonesia tetap tinggi, terutama jelang musim Lebaran yang biasanya meningkatkan penjualan mobil dan suku cadang.
Di sisi lain, Mitra Pinasthika Mustika (MPMX) juga tak luput dari tekanan pasar. Sahamnya melemah 1,53 persen dalam seminggu terakhir dan kini diperdagangkan di level Rp965 per saham. Dari sisi keuangan, MPMX mencatatkan pendapatan Rp164 miliar di kuartal pertama 2024, meningkat dari Rp131 miliar di periode yang sama tahun lalu. Meski secara fundamental masih cukup kuat, tekanan eksternal seperti pelemahan daya beli konsumen tampaknya turut menyeret harga saham MPMX ke bawah.
Namun, kalau dilihat dari laporan keuangannya, MPMX sebenarnya masih menunjukkan performa yang cukup stabil. Pendapatan kuartal pertama 2024 tercatat Rp164 miliar, naik dari Rp131 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meski begitu, ada sedikit penurunan di kuartal ketiga 2024, di mana pendapatannya hanya Rp114 miliar, lebih rendah dibandingkan kuartal ketiga 2023 yang mencapai Rp157 miliar.
Sementara itu, Indomobil Sukses Internasional (IMAS) juga terseret dalam arus penurunan, dengan harga sahamnya turun 0,61 persen menjadi Rp815 per saham. Namun, kalau melihat laporan keuangannya, ada kejutan menarik. Laba bersih IMAS justru mengalami kenaikan signifikan di 2024. Di kuartal pertama, laba bersihnya hanya Rp15 miliar, anjlok dari Rp178 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi kemudian, laba mulai membaik di kuartal kedua sebesar Rp25 miliar dan melonjak drastis di kuartal ketiga Rp42 miliar.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.