KABARBURSA.COM - Toyota berhasil menjadi brand mobil terlaris sepanjang tahun 2024 dengan penjualan dari pabrikan ke dealer (wholesales) sebanyak 288.982 unit.
Angka tersebut membuat Toyota berkontribusi sebesar 33,4 persen dalam penjualan wholesales mobil baru di Indonesia. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil baru secara wholesales tahun 2024 sebanyak 865.723 unit.
Sementara untuk penjualan secara ritel atau dari dealer ke konsumen, Toyota membukukan penjualan sebanyak 293.788 unit atau 33 persen dari total penjualan ritel mobil baru pada tahun 2024 yang sebanyak 889.680 unit.
Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy mengatakan pihaknya mengapresiasi konsumen yang sudah memilih produk Toyota sebagai kendaraan andalannya. Hal ini membuat pabrikan berlogo tiga oval asal Jepang tersebut mampu memimpin pasar kendaraan roda empat di Tanah Air pada tahun 2024.
“Kami sangat bersyukur selama ini Toyota bisa konsisten dalam memimpin pasar otomotif. Kami juga berterima kasih kepada masyarakat Indonesia karena atas input dan voice of customer yang menjadikan produk Toyota selama 50 tahun bisa diterima dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia,” ujar Anton saat dihubungi kabarbursa.com, Senin, 20 Januari 2025.
TAM berharap tahun ini bisa menerapkan strategi penjualan yang dapat mendukung kebutuhan konsumen. “Ke depannya, sesuai dengan strategi prinsip kami, Mobility for All, Toyota akan selalu mendengarkan kebutuhan masyarakat sehingga bisa hadir dengan beragam solusi mobilitas bagi masyarakat Indonesia dengan segala perbedaannya,” kata Anton.
Penjualan Global Meningkat
Toyota Motor, raksasa otomotif dunia asal Jepang, mengumumkan penurunan produksi global untuk bulan ke-10 berturut-turut pada November 2024. Namun, ada kabar baik, penjualan global mereka justru naik untuk bulan kedua berturut-turut karena didorong oleh permintaan solid di Amerika Serikat dan China.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Kamis, 26 Desember 2024, Pada November lalu, Toyota memproduksi 869.230 kendaraan secara global, turun 6,2 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Penurunan ini lebih besar dibandingkan penurunan 0,8 persen pada Oktober 2024. Meski begitu, penjualan global mereka naik 1,7 persen menjadi 920.569 unit dan mencetak rekor baru untuk November.
Di Amerika Serikat, produksi Toyota turun 11,8 persen, meski perlahan pulih setelah sempat berhenti memproduksi model Grand Highlander dan Lexus TX SUV selama empat bulan. Produksi kembali berjalan pada akhir Oktober 2024.
Penurunan produksi Toyota di China pada November tercatat 1,6 persen, lebih baik dibandingkan Oktober yang anjlok hingga 9 persen. Angka ini sebagian terbantu oleh meningkatnya penjualan minivan Granvia dan Sienna, serta sedan listrik bZ3 hasil kolaborasi Toyota dengan BYD.
Berdasarkan laporan Nikkei, demi menghadapi persaingan ketat dari BYD dan merek China lainnya, Toyota memutuskan untuk membangun pabrik independen di Shanghai. Pabrik ini direncanakan akan mulai memproduksi mobil listrik Lexus pada 2027.
Di Jepang, yang menyumbang sekitar sepertiga dari produksi global Toyota, angka produksi turun 9,3 persen pada November. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penghentian produksi selama dua hari di pabrik Fujimatsu dan Yoshiwara.
Sepanjang Januari hingga November, produksi global Toyota turun 5,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi sekitar 8,75 juta kendaraan. Sementara itu, penjualan global turun tipis 1,2 persen. Angka produksi dan penjualan ini mencakup merek Lexus, tetapi tidak termasuk kendaraan dari perusahaan grup seperti Hino dan Daihatsu.
Dorong Pasar Otomotif Tanah Air
Meski menghadapi penurunan produksi di berbagai wilayah, Toyota terus bergerak adaptif menghadapi tantangan global. Sementara di Indonesia, langkah berbeda sedang diambil, di mana kebijakan pemerintah yang akan menerapkan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dianggap sebagai peluang strategis untuk memperkuat daya saing industri otomotif domestik.
Hal ini disambut hangat oleh PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sebagai momentum positif untuk mendorong pertumbuhan pasar otomotif dalam negeri.
Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, menyebut langkah ini sebagai suntikan energi di tengah situasi ekonomi yang kerap kali kontraktif. “Kami menyambut baik kebijakan ini, apalagi di tengah kebijakan-kebijakan ekonomi yang cenderung kontraktif, langkah ini bisa menjadi stimulus yang mendorong daya beli dunia usaha,” ujar Bob dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat, 6 Desember 2024.
Bob mengingatkan pada masa pandemi COVID-19, ketika kebijakan serupa diberlakukan. Insentif pajak saat itu mampu menggerakkan pasar otomotif. Buktinya, penjualan ritel Toyota Indonesia pada 2020 mencapai angka 182.665 unit, sekitar 31 persen dari total penjualan nasional.
Namun, Bob juga menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam menentukan kebijakan pajak. Menurutnya, relaksasi pajak tidak selamanya merugikan pendapatan negara, seperti halnya pengetatan pajak juga tidak selalu membawa hasil positif. “Pendapatan per kapita kita masih di kisaran 4.000 dolar AS dengan struktur industri yang berbeda dari negara lain,” katanya. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.