KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari tiga tahun pada Jumat, 15 November 2024 waktu Amerika Serikat (AS). Kondisi ini terjadi seiring memudarnya harapan terhadap pemangkasan suku bunga agresif oleh The Fed. Selain itu, penguatan dolar Amerika Serikat memperburuk daya tarik emas di mata investor.
Mengutip laporan Consumer News and Business Channel International, harga emas spot turun 0,1 persen menjadi USD2562,59 per ons, dengan akumulasi penurunan mingguan lebih dari 4 persen. Pada Kamis, 14 November 2024, harga emas bahkan menyentuh level terendah sejak 12 September. Sementara itu, harga kontrak berjangka emas AS turun 0,2 persen menjadi USD2567,20 per ons.
Penguatan dolar AS yang diproyeksikan mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari sebulan, membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS juga naik setelah data menunjukkan penjualan ritel di negara tersebut melampaui ekspektasi bulan lalu.
“Ketidakpastian, khususnya dalam jangka pendek, telah hilang dari perhitungan pasar. Saat ini, harga emas kembali bergerak berdasarkan faktor fundamental,” ujar Alex Ebkarian, Chief Operating Officer di Allegiance Gold.
Sejumlah ekonom memprediksi rencana tarif yang diusulkan oleh Presiden terpilih Donald Trump dapat memicu inflasi yang berpotensi memperlambat siklus pelonggaran suku bunga oleh The Fed. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti aset lainnya.
Dua hari lalu, Ketua The Fed Jerome Powell menyebut bank sentral Amerika tidak perlu tergesa-gesa memangkas suku bunga. Berdasarkan data dari CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember turun menjadi 62 persen, dari sebelumnya 83 persen sehari sebelumnya.
“Sejauh ini, harga emas tertekan oleh hasil pemilu Trump, tetapi situasi ini bisa berubah jika ketidakpastian kembali muncul di masa depan,” kata Carlo Alberto De Casa, analis pasar dari Kinesis Money.
Kini, para pelaku pasar menantikan pernyataan beberapa pejabat The Fed yang dijadwalkan akan berbicara dalam waktu dekat yang berpotensi memengaruhi arah kebijakan moneter ke depan.
Harga emas dunia sebelumnya terus merosot hingga menyentuh level terendah dalam dua bulan terakhir pada perdagangan Kamis, 14 November 2024 waktu AS. Penguatan dolar Abang Sam menjadi faktor utama penurunan ini, meskipun pasar tetap optimistis akan adanya pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Desember mendatang.
Mengutip Consumer News and Business Channel International, harga emas spot turun tipis 0,1 persen menjadi 2.568,5 dollar AS per ons, level terendah sejak 12 September. Kontrak berjangka emas AS juga melemah 0,5 persen, ditutup di 2.572,90 dollar AS.
Penguatan dolar AS, yang mencapai puncak tertingginya dalam setahun terakhir, membuat emas dunia lebih mahal bagi pembeli di luar AS. “Data inflasi terbaru tampaknya tidak berdampak besar pada emas. The Fed kemungkinan akan mempertahankan kebijakan hingga Kongres dan pemerintahan Trump mulai mengimplementasikan rencana ekonomi mereka,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden Zaner Metals.
Pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 76 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Harapan ini didukung oleh kondisi pasar tenaga kerja yang melonggar, meskipun inflasi AS belum sepenuhnya turun sesuai target.
Namun, sejak kemenangan telak Partai Republik dalam pemilu 5 November lalu, harga emas telah kehilangan lebih dari USD170. Tarif perdagangan yang direncanakan oleh Presiden terpilih Donald Trump diperkirakan dapat memicu inflasi, yang pada akhirnya bisa memperlambat langkah The Fed dalam menurunkan suku bunga.
“Investor tampaknya tidak lagi melihat emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, meskipun kebijakan Trump berpotensi meningkatkan tekanan inflasi di AS,” kata Kepala Analis Exinity Group, Han Tan.
Investor kini menantikan data penjualan ritel AS yang akan dirilis Jumat. Di pasar komoditas lain, perak spot menguat 0,5 persen menjadi 30,48 dollar AS per ons setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah sejak 12 September. Platinum turun tipis 0,1 persen menjadi USD936,94, sementara paladium menguat 0,8 persen ke 941 dollar AS.
Pasar emas dan logam mulia tampaknya masih bergerak di bawah bayang-bayang kebijakan The Fed dan penguatan dolar AS, yang terus mencuri perhatian pelaku pasar global.(*)