KABARBURSA.COM - Perdagangan di bursa Asia pada Jumat, 15 November 2024, mencatatkan pergerakan yang beragam. Mengutip data dari Reuters, indeks Hang Seng di Hong Kong menjadi salah satu yang mengalami tekanan terbesar, anjlok 1,96 persen ke level 19.435,81. Tekanan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi dan volatilitas pasar global.
Di sisi lain, indeks S&P/ASX All Ordinaries Australia berhasil menguat 0,23 persen dan ditutup di level 8.498,30, menunjukkan optimisme investor terhadap kinerja ekonomi domestik. KSE 100 Index Pakistan juga mencatatkan kenaikan signifikan, naik 0,90 persen ke 94.191,89.
Sementara itu, pasar saham di Asia Tenggara bergerak melemah. Bursa Malaysia FTSE KLCI terkoreksi 0,67 persen ke level 1.600,68, sedangkan indeks SET Thailand sedikit melemah 0,09 persen menjadi 1.450,12.
Indeks Nikkei 225 Jepang bertahan di level 38.535,70, namun dalam perdagangan berjangka (futures), Nikkei 225 dalam denominasi dolar AS turun 0,26 persen. Adapun bursa Shanghai juga melemah cukup dalam, dengan indeks Shanghai SE Composite terkoreksi 1,73 persen ke 3.379,84.
Tekanan pada pasar Asia terjadi di tengah ketidakpastian global, termasuk kebijakan moneter The Fed yang lebih berhati-hati serta dampak dari penguatan dolar AS. Selain itu, kekhawatiran perlambatan ekonomi di China terus membayangi sentimen investor, terutama dengan sektor properti yang masih menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Namun, optimisme di beberapa pasar seperti Australia dan Pakistan menunjukkan bahwa faktor domestik masih mampu menjadi penyeimbang bagi tekanan eksternal.
Pelaku pasar kini menanti data ekonomi utama dari AS dan China yang diperkirakan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter global serta kondisi ekonomi terbesar di dunia. Dengan pergerakan yang variatif, bursa Asia masih diprediksi akan terus bergerak dalam pola campuran di pekan mendatang.
Di Indonesia, indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih berpeluang melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat, 15 Jumat 2024, meskipun tekanan jual masih mendominasi. Menurut analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, selama IHSG mampu bertahan di atas level support 7.182, indeks berada di awal wave [iii] dari wave 3, yang membuka peluang untuk menguji rentang 7.396 hingga 7.528.
“Namun, jika IHSG gagal bertahan di atas 7.182, indeks berisiko melanjutkan koreksi ke rentang 6.835 hingga 7.065 untuk membentuk wave C dari wave (2),” jelas Herditya dalam laporannya yang diterima KabarBursa.com, Jumat, 15 November 2024.
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup melemah 1,29 persen di level 7.214, seiring tekanan jual yang masih dominan. Support IHSG berada di level 7.182 dan 7.076, sementara resistensi terdekat ada di 7.354 dan 7.449.
IHSG sebelumnya ditutup amblas 94 poin atau turun 1,29 persen ke level 7,214 pada perdagangan Kamis, 14 November 2024. Mengutip data perdagangan RTI Bussiness, pada hari ini pergerakan IHSG terpantau bervariasi dengan level tertinggi 7,318 dan terendah 7,214.
Sebanyak 173 saham menghijau, kemudian saham yang melemah berjumlah 431, dan 182 saham mengalami stagnan pada penutupan perdagangan hari ini.
Saham-saham yang berada di lima besar top gainer adalah NAIK (34,72 persen), DART (34,52 persen), DAAZ (24,78 persen), SKRN (24,60 persen), dan MLPT (19,88 persen).
Sedangkan saham-saham yang mengalami koreksi paling dalam di antaranya BDKR (10,83 persen), BOAT (9,03 persen), DEWA (8,82 persen), MEJA (7,80 persen), dan SURI (7,69 persen).
Di sisi lain mengutip Stockbit, teknologi menjadi satu-satunya sektor yang menguat pada penutupan hari ini dengan performa 1,27 persen. Sektor-sektor yang mengalami terjun paling dalam ialah properti (1,78 persen), energi (1,77 persen), industri dasar (1,66 persen), dan siklikal (1,11 persen).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, pasar modal Indonesia masih berjalan positif meski di banyaknya tantangan global.
Kepala Departemen Pemeriksaan Khusus, Pengawasan Keuangan Derivatif, Bursa Karbon dan Transaksi Efek OJK I Made Bagus Tirthayatra, mengatakan pasar modal Indonesia hingga kini menunjukkan ketahanan dan potensi yang besar. Hal ini tercermin dari kapitalisasi pasar saham pada pekan lalu.
“Minggu lalu, nilai kapitalisasi pasar saham kita mencapai angka Rp12,24 triliun atau naik lima persen dibandingkan dengan akhir 2023,” kata Made di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip, Kamis, 14 November 2024.
Kemudian dari sisi supply penghimpunan pasar modal, lanjut Made, per 4 November sebanyak Rp162,61 triliun dengan penambahan 31 emiten baru. Pun dengan demand penambahan jumlah investor pasar modal mencapai 14,35 juta pada akhir Oktober 2024. “Jumlah ini meningkat 17,9 persen dibandingkan akhir 2023 yang jumlahnya mencapai 12,2 juta,” ungkap dia.(*)