KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 94 poin atau turun 1,29 persen ke level 7,214 pada perdagangan Kamis, 14 November 2024.
Mengutip data perdagangan RTI Bussiness, pada hari ini pergerakan IHSG terpantau bervariasi dengan level tertinggi 7,318 dan terendah 7,214.
Sebanyak 173 saham menghijau, kemudian saham yang melemah berjumlah 431, dan 182 saham mengalami stagnan pada penutupan perdagangan hari ini.
Saham-saham yang berada di lima besar top gainer adalah NAIK (34,72 persen), DART (34,52 persen), DAAZ (24,78 persen), SKRN (24,60 persen), dan MLPT (19,88 persen).
Sedangkan saham-saham yang mengalami koreksi paling dalam di antaranya BDKR (10,83 persen), BOAT (9,03 persen), DEWA (8,82 persen), MEJA (7,80 persen), dan SURI (7,69 persen).
Di sisi lain mengutip Stockbit, teknologi menjadi satu-satunya sektor yang menguat pada penutupan hari ini dengan performa 1,27 persen.
Adapun sektor-sektor yang mengalami terjun paling dalam ialah properti (1,78 persen), energi (1,77 persen), industri dasar (1,66 persen), dan siklikal (1,11 persen).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, pasar modal Indonesia masih berjalan positif meski di banyaknya tantangan global.
Kepala Departemen Pemeriksaan Khusus, Pengawasan Keuangan Derivatif, Bursa Karbon dan Transaksi Efek OJK I Made Bagus Tirthayatra, mengatakan pasar modal Indonesia hingga kini menunjukkan ketahanan dan potensi yang besar. Hal ini tercermin dari kapitalisasi pasar saham pada pekan lalu.
“Minggu lalu, nilai kapitalisasi pasar saham kita mencapai angka Rp12,24 triliun atau naik lima persen dibandingkan dengan akhir 2023,” kata Made di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip, Kamis, 14 November 2024.
Kemudian dari sisi supply penghimpunan pasar modal, lanjut Made, per 4 November sebanyak Rp162,61 triliun dengan penambahan 31 emiten baru. Pun dengan demand penambahan jumlah investor pasar modal mencapai 14,35 juta pada akhir Oktober 2024.
“Jumlah ini meningkat 17,9 persen dibandingkan akhir 2023 yang jumlahnya mencapai 12,2 juta,” ungkap dia.
Made menegaskan, catatan apik tersebut menunjukkan masih tingginya tingkat kepercayaan prospek ekonomi di Indonesia. Meski begitu, dia mengaku pihaknya tidak ingin berpuas diri.
Sebab, masih banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang harus ditingkatkan lagi, terutama untuk mengembangkan pasar modal.
“Masih banyak area-area yang selalu dapat kita tingkatkan untuk menjadikan pasar global sebagai wahana untuk pembiayaan dan investasi yang dapat diandalkan,” ucapnya.
Sementara diberitakan sebelumnya, Wall Street sepertinya mulai kehabisan energi untuk terus melonjak untuk melanjutkan euforianya. Hal ini sepertinya juga berdampak pada bursa Eropa dan Asia yang ikutan loyo.
Pada penutupan perdagangan Rabu, 13 November 2024 waktu setempat atau Kamis, 14 November 2024 dini hari WIB, pergerakan indeks utama di bursa Wall Street menunjukkan sikap hati-hati dari para investor. Kondisi ini disebabkan oleh antisipasi menjelang rilis data inflasi yang menjadi perhatian pasar.
Meskipun beberapa indeks mengalami penguatan, momentum tersebut tidak bertahan lama.
Mengutip laporan dari CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatat kenaikan 47,21 poin atau 0,11 persen menjadi 34.958,19. Sempat mengalami lonjakan hingga 230 poin, Dow akhirnya ditutup dengan kenaikan tipis. Hal ini menunjukkan investor memilih untuk menahan diri sebelum rilis data inflasi.
Sementara itu, indeks S&P 500 (SPX) hanya naik tipis 1,39 poin atau 0,02 persen ke level 5.985,38. Sebaliknya, indeks Nasdaq Composite (IXIC) yang banyak berisi saham teknologi, justru melemah 50,66 poin atau 0,26 persen, ditutup di 19.230,74.
Terkait data inflasi untuk bulan Oktober yang dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar dan memperlihatkan kenaikan tahunan sebesar 2,6 persen. Jika tidak memasukkan harga makanan dan energi, inflasi inti mencatat kenaikan 3,3 persen secara tahunan.
Laporan ini memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan melanjutkan penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan Desember mendatang, di tengah upaya menjaga kestabilan ekonomi di masa pemerintahan baru.
Menurut Kepala Strategi Pasar Global di TradeStation David Russell, reaksi pasar terhadap data inflasi ini sudah cukup wajar.
“Ini saatnya berhenti khawatir tentang The Fed dan inflasi. Pasar sudah berjalan otomatis sejak pemilu, dan data hari ini tidak mengubah trennya,” ungkap Russell.
Pernyataan ini menggambarkan bahwa pelaku pasar sudah mulai menyesuaikan diri dengan kebijakan Federal Reserve, serta peralihan pemerintahan yang baru setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dalam pemilu 2024.
Sehari sebelumnya, pasar sempat mencatat reli besar yang membuat Dow menembus level 44.000 untuk pertama kalinya. Indeks S&P 500 dan Nasdaq juga berhasil mencetak rekor baru.
Di sisi lain, harga Bitcoin bahkan mencapai level USD93.000, didorong oleh spekulasi bahwa kebijakan Trump akan memberikan keuntungan besar bagi industri kripto.
Setelah dirilisnya data inflasi yang sesuai ekspektasi, perhatian investor kini tertuju pada data ekonomi berikutnya yang dianggap penting, yaitu indeks harga produsen yang akan diumumkan pada Kamis sore waktu setempat, serta data penjualan ritel yang dijadwalkan rilis pada Jumat waktu setempat.
Data-data tersebut akan menjadi faktor penting dalam menilai prospek pertumbuhan ekonomi AS ke depan, serta keputusan kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve.
Investor saat ini berada dalam posisi berhati-hati, menanti indikasi lebih jelas mengenai arah kebijakan ekonomi dan perkembangan pasar keuangan di tengah masa transisi pemerintahan AS yang baru. (*)