Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Usai Akuisisi Saham Sembcorp, TOBA Siapkan Dana Buy Back

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 12 November 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Usai Akuisisi Saham Sembcorp, TOBA Siapkan Dana Buy Back

KABARBURSA.COM - TBS Energi Utama dengan kode saham TOBA, sepertinya sedang asyik melakukan aksi korporasi. Usai mengakuisisi saham Sembcorp, TOBA buru-buru menyiapkan dana untuk pembelian kembali saham beredar di publik alias buy back.

Mengutip keterbukaan informasi TOBA pada Selasa, 12 November 2024, Perusahaan sedang menyiapkan dana yang berasal dari kasi, sebesar Rp425,49 miliar untuk buy back sebanyak-banyaknya 816.782.697 saham.

Adapun dana yang dipakai untuk keperluan buy back tersebut dihitung dengan menggunakan harga saham pada penutupan perdagangan hari ini, 11 November 2024, yaitu sebesar Rp520 per lembar.

Berdasarkan keterangan manajemen, harga saham perseroan saat ini belum mencerminkan nilai sebenarnya dan potensi pertumbuhan perseroan. Manajemen juga percaya, aksi buy back ini akan menunjukkan keyakinan dan kepercayaan yang kuat atas pertumbuhan perseroan.

Apalagi, tujuan pembelian kembali ini dapat memberikan fleksibilitas bagi perseroan dalam mengelola stabilitas harga saham perseroan agar dapat mencerminkan nilai/kinerja perseroan sebesarnya.

Juga, mendorong efisiensi dan efektifitas sehubungan dengan fasilitasi pengembalian kelebihan dana pada para pemegang sahamnya. Dengan begitu, berdampak positif bagi para pemegang saham dari segi laba per saham perseroan.

Akuisisi Saham Sembcorp

Anak usaha PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), yakni SBT Investment 2 Pte, melalui PT Solusi Bersih TBS dan SBT Investment 1 Pte. Ltd, berhasil mengakuisisi saham milik Sembcorp Environment Pte. Ltd. (SEPL).

Direktur TOBA Alvin Firman Sunanda, menjelaskan bahwa SBT Investment 2, yang berbasis di Singapura, telah membeli 266.563.154 lembar saham Sembcorp dengan nilai transaksi mencapai USD405 juta.

Dalam transaksi ini, TOBA bertindak sebagai penjamin dengan memberikan jaminan perusahaan dan saham yang dibeli mewakili 100 persen kepemilikan Sembcorp di SEPL. Menariknya, tidak ada hubungan afiliasi langsung antara TOBA dan Sembcorp dalam transaksi ini.

Langkah akuisisi ini dianggap sebagai bagian dari strategi utama TOBA dalam memperluas operasi pengelolaan sampah terintegrasi di tingkat regional, dengan operasi yang mencakup seluruh Asia Tenggara. Layanan yang ditangani mencakup pengelolaan limbah medis, industri, dan domestik, yang sejalan dengan tren global dalam pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

Ini juga menjadi bagian dari komitmen TOBA untuk beralih menuju bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan, selaras dengan target TBS2030 perusahaan. Selain itu, transaksi ini dianggap sebagai transaksi material sesuai dengan peraturan OJK dalam POJK 17/POJK.04/2020.

Alvin Firman Sunanda menegaskan, meskipun transaksi ini tergolong signifikan, hal itu tidak akan berdampak negatif terhadap operasional maupun kondisi keuangan perusahaan.

Sebaliknya, akuisisi ini diharapkan akan memperkuat posisi TOBA di sektor pengelolaan limbah regional serta meningkatkan kapasitas perusahaan dalam menyediakan solusi lingkungan yang lebih efektif dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan memperkuat struktur keuangan TOBA.

Transisi Hijau TOBA

PT TBS Energi Utama Tbk menyatakan transisi perusahaan menuju bisnis berkelanjutan atau transisi hijau menjadi langkah strategis jangka panjang. Direktur PT TBS Energi Utama Tbk, Mufti Utomo, mengatakan lewat investasi di sektor energi hijau, pengelolaan limbah, dan kendaraan listrik, emiten dengan kode TOBA tersebut akan memantapkan arah masa depan bisnis mereka.

“Investasi di sektor pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik sejalan dengan visi pertumbuhan jangka panjang Perseroan dan menjadi fondasi yang kokoh bagi stabilitas bisnis kami,” ujar Direktur PT TBS Energi Utama Tbk, Mufti Utomo, dalam keterangan tertulis, Selasa, 29 Oktober 2024.

Pada kuartal ketiga tahun ini, TOBA mencatatkan peningkatan laba bersih yang signifikan, naik 187,8 persen secara tahunan (YoY) menjadi USD54,4 juta. EBITDA juga tercatat meningkat 65,6 persen menjadi USD118,9 juta. Kenaikan ini turut didukung oleh ekspansi bisnis pengelolaan limbah dan akuisisi terbaru yang menambah kontribusi EBITDA sebesar USD3,7 juta.

Langkah ini, menurut perusahaan, menunjukkan komitmen pada keberlanjutan dapat berjalan selaras dengan performa keuangan yang solid. Dengan manajemen yang tepat, diharapkan inisiatif hijau ini akan terus memperkuat EBITDA serta menjaga stabilitas arus kas perusahaan.

Komitmen TOBA terhadap praktik berkelanjutan terlihat dari fokus mereka pada kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Selama sembilan bulan pertama 2024, perusahaan telah mencapai beberapa target penting di sektor hijau.

Unit kendaraan listrik roda dua TOBA, Electrum, berhasil merilis 3.010 unit kendaraan di Jakarta, naik empat kali lipat dari akhir 2023. Untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, TOBA juga telah memasang 230 stasiun penukaran baterai di berbagai lokasi. Model baru Electrum, H3i, ditujukan untuk konsumen dengan berbagai pilihan warna dan fitur kenyamanan, sementara tipe H1 didesain khusus untuk kebutuhan bisnis dengan kapasitas baterai ganda dan jarak tempuh lebih jauh.

Di bidang energi terbarukan, TOBA menandatangani Perjanjian Pembelian Listrik (PPA) pada Februari 2024 untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung di Batam, yang menandai tahap pendanaan pada 8 Oktober. Proyek ini, yang ditargetkan berkapasitas 46 MWp, dijadwalkan beroperasi penuh pada kuartal keempat 2025.

Langkah ini, menurut perusahaan, memperkokoh posisi mereka di sektor energi terbarukan dan memberikan kepercayaan pada para pemangku kepentingan terhadap visi jangka panjang mereka.

Namun, seiring fokus pada energi hijau, TOBA juga mengambil keputusan besar dengan menjual dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas total 200 MW, yaitu di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

Direktur TOBA, Juli Oktarina, mengatakan divestasi ini adalah bagian dari strategi mempercepat transisi menuju bisnis berkelanjutan dan mendukung target netralitas karbon 2030. Dana hasil penjualan aset akan dialokasikan untuk investasi di sektor hijau, memperkuat modal, serta pembelian kembali saham untuk memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.