KABARBURSA.COM - Schroders Indonesia memproyeksikan peningkatan dana kelolaan reksadana di tahun ini. Menurut Chief Investment Officer (CIO) Schroders Indonesia, Irwanti, kondisi pasar obligasi dan saham yang lebih stabil diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi ke instrumen reksadana.
"Pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana di tahun 2024 masih berpotensi untuk tumbuh," ungkap Irwanti, mencermati optimisme ini sejalan dengan kekuatan fundamental ekonomi Indonesia.
Dana kelolaan reksadana diharapkan tumbuh terutama dari kelas aset obligasi dan saham. Peningkatan literasi investasi, khususnya di kalangan investor ritel, juga dianggap sebagai faktor peningkatan basis investor reksadana di Indonesia.
Schroders Indonesia memperkirakan kondisi pasar saham di tahun 2024 akan didukung oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid, mendekati 5{83d9da1e9ecde61c764441f7e22858ba4cdb50929b12145c6a911727919b2f20}, dan pertumbuhan laba perusahaan sekitar 11-12{83d9da1e9ecde61c764441f7e22858ba4cdb50929b12145c6a911727919b2f20} YoY, yang dianggap sebagai katalis penguatan pasar saham.
Perusahaan manajemen investasi ini menyoroti beberapa poin kunci di tahun 2024, termasuk kebijakan lebih dovish dari Federal Reserve AS yang dapat merangsang pertumbuhan dan memberikan lingkungan yang lebih baik bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya.
Sentimen pasar juga berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi China yang dimulai dari basis rendah dengan stimulus yang cukup. Ini diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi yang lebih baik di tahun 2024 dan memberikan dukungan untuk komoditas berbasis logam.
Irwanti menekankan bahwa harga komoditas yang stabil akan mendukung margin perusahaan konsumer. Faktor politik, terutama dalam tahun pemilu 2024, harus diwaspadai karena dapat menciptakan kebisingan di pasar. Namun, setelah pemilu, pasar diharapkan akan kembali fokus pada faktor fundamental.
"Pemilu akan menjadi noise di pasar, membuat investor asing cenderung wait and see. Pasca pemilu, pasar akan kembali menyesuaikan dengan kejelasan lebih lanjut dari kandidat yang terpilih," ujar Irwanti.
Likuiditas domestik menjadi fokus perhatian, seiring dengan langkah Bank Indonesia (BI) yang telah mengetatkan likuiditas pada semester kedua tahun 2023. Schroders Indonesia memandang bahwa berita tentang pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan menjadi tema dominan di tahun 2024, menguntungkan investor negara berkembang dengan inflasi rendah, fiskal yang prudent, dan pertumbuhan stabil seperti Indonesia.
Meskipun Irwanti melihat potensi pertumbuhan kelas aset obligasi di tahun 2024, ia juga menyoroti bahwa reksadana campuran bisa menjadi alternatif bagi investor yang ingin eksposur di saham dan obligasi. Investor diingatkan untuk selalu menyesuaikan pilihan instrumen investasi dengan profil risiko dan tujuan investasi pribadi.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi hingga 29 Desember 2023 mencapai Rp 824,73 triliun, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana sekitar Rp 501,46 triliun. Selama tahun 2023, NAB reksadana mengalami penurunan 0,67{83d9da1e9ecde61c764441f7e22858ba4cdb50929b12145c6a911727919b2f20} secara year-to-date, sementara net subscription mencapai Rp 8,98 triliun.
Total dana kelolaan Schroders Indonesia per Desember 2023 mencapai Rp 70,78 triliun, dengan dominasi kelas aset saham sekitar 64{83d9da1e9ecde61c764441f7e22858ba4cdb50929b12145c6a911727919b2f20}, diikuti kelas aset pendapatan tetap sekitar 15{83d9da1e9ecde61c764441f7e22858ba4cdb50929b12145c6a911727919b2f20}, dan sisanya terbagi antara kelas aset campuran, pasar uang, dan terproteksi.