KABARBURSA.COM - Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin, 11 November 2024, di tengah kehati-hatian pasar menjelang pernyataan sejumlah pejabat Federal Reserve (Fed) dan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk Oktober 2024.
Menurut data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp15.689 per dolar AS, turun 17 poin atau 0,11 persen dibandingkan penutupan Jumat, 8 November 2024 di level Rp15.672 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa penguatan dolar AS didorong oleh ekspektasi pelaku pasar terhadap pernyataan dari para pejabat Fed minggu ini, termasuk pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Kamis, 7 November 2024.
"Pidato-pidato ini diharapkan memberikan arahan lebih lanjut mengenai prospek suku bunga di AS," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, hari ini.
Penguatan dolar AS ini terjadi di tengah ekspektasi bahwa Fed kemungkinan akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat. Pelaku pasar juga mewaspadai data inflasi AS untuk Oktober 2024 yang akan dirilis pada Kamis, di mana inflasi inti diperkirakan berada di atas 0,3 persen.
"Hal ini dapat semakin memperkecil peluang terjadinya pelonggaran kebijakan moneter oleh Fed pada pertemuan Desember mendatang," tambah Ibrahim.
Selain fokus pada kebijakan Fed, sentimen pasar juga terpengaruh oleh ketidakpastian kebijakan moneter global lainnya. Dari Asia, Bank of Japan (BoJ) merilis ringkasan pendapat dari pertemuan kebijakan Oktober 2024, yang menunjukkan ketidakpastian di antara beberapa anggota terkait waktu yang tepat untuk kembali menaikkan suku bunga.
Kondisi ini mengurangi ekspektasi adanya kenaikan suku bunga pada Desember mendatang.
Di sisi politik, pelaku pasar masih mencermati situasi di Jepang, di mana ketidakpastian politik terus berlanjut. Parlemen Jepang dijadwalkan mengambil keputusan terkait posisi Perdana Menteri Shigeru Ishiba setelah koalisinya kehilangan mayoritas dalam pemilu baru-baru ini.
Dari Tiongkok, investor tampaknya masih kecewa dengan hasil Kongres Rakyat Nasional yang berlangsung baru-baru ini. Pemerintah Tiongkok mengumumkan alokasi dana sebesar 12 triliun yuan (setara dengan USD1,6 triliun) dalam bentuk program pertukaran utang untuk memperbaiki keuangan pemerintah daerah.
Namun, Ibrahim mencatat bahwa kurangnya stimulus fiskal langsung dan minimnya langkah-langkah untuk mengatasi masalah di sektor perumahan serta meningkatkan konsumsi pribadi membuat para investor tidak begitu antusias.
"Ketiadaan stimulus yang signifikan untuk perumahan dan konsumsi menjadi faktor yang membuat investor kurang bersemangat, dan ini memberikan tekanan tambahan bagi pasar keuangan Tiongkok," jelas Ibrahim.
Secara keseluruhan, Ibrahim menilai bahwa situasi global saat ini tetap mendukung penguatan dolar AS dalam jangka panjang. Meskipun belum ada kejelasan terkait kebijakan moneter dan fiskal di beberapa negara utama, terutama Jepang dan Tiongkok, ketegangan geopolitik serta kondisi makroekonomi global dipandang menguntungkan bagi dolar AS.
Penutupan rupiah yang melemah terhadap dolar AS juga mencerminkan pandangan pelaku pasar yang cenderung memilih aset safe-haven seperti dolar AS di tengah ketidakpastian global.
"Kombinasi faktor-faktor ini membuat dolar AS tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang menghindari risiko," pungkas Ibrahim.
Sementara itu, pagi tadi nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan pasar spot Senin, 11 November 2024 pagi, tercatat di posisi Rp15.658 per dolar AS, naik 14 poin atau setara dengan 0,09 persen. Meskipun demikian, sebagian besar mata uang Asia mengalami pelemahan pagi ini.
Dolar Hong Kong turun 0,01 persen, dolar Singapura melemah 0,08 persen, sementara ringgit Malaysia dan yen Jepang masing-masing anjlok 0,37 persen. Peso Filipina juga tercatat jatuh 0,40 persen.
Namun, ada beberapa mata uang Asia yang mengalami penguatan, seperti baht Thailand yang naik tipis 0,02 persen, yuan China yang menguat 0,09 persen, dan won Korea Selatan yang terangkat 0,17 persen. Sementara itu, rupee India tercatat stagnan.
Di pasar mata uang negara maju, sebagian besar juga dibuka dengan tren pelemahan. Poundsterling Inggris turun 0,01 persen, sementara euro Eropa menguat sedikit 0,01 persen. Franc Swiss melemah 0,08 persen, sedangkan dolar Australia menguat 0,10 persen, dan dolar Kanada sedikit turun 0,02 persen.
Meskipun rupiah tercatat menguat di awal perdagangan, pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan mengalami pelemahan. Ia menyebutkan bahwa dolar AS kemungkinan akan mengalami rebound setelah data survei sentimen konsumen AS menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan.
“Tidak ada data ekonomi signifikan dari luar negeri hari ini. Dari dalam negeri, pasar juga menantikan hasil survei kepercayaan konsumen Indonesia,” ujarnya.
Lukman memperkirakan pergerakan rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp15.600 hingga Rp15.700 per dolar AS.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.