KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 20 poin atau turun 0,28 persen ke level 7266 pada perdagangan Senin, 11 November 2024.
Merujuk data perdagangan RTI Bussiness, pergerakan IHSG pada hari ini bervariasi dengan level tertinggi 7287 dan level terendah di angka 7182.
Sebanyak 190 saham terpantau menguat, 397 saham di zona merah, dan 196 saham mengalami stagnan.
Saham-saham yang bertengger di lima besar top gainers di antaranya DWGL (+34,19 persen), MLPT (+20,00 persen), BUMI (+17,32 persen), BABY (+15,28 persen), dan PNIN (+12,04 persen).
Sementara lima saham yang mengalami koreksi paling dalam adalah TOSK (-19,83 persen), HALO (-11,76 persen), DSSA (-9,05 persen), IBOS (-8,96 persen), dan LEAD (-7,86 persen).
Dari sisi sektoral, mayoritas atau tepatnya delapan sektor terpantau di zona merah. Sektor yang mengalami pelemahan paling dalam yakni properti (-1,83 persen), industrial (-1,63 persen), dan health (-1,31 persen).
Adapun saham-saham yang ditutup menguat pada perdagangan hari ini yaitu teknologi (+2,85 persen), energi (+0,42 persen), dan basic ind (+0,06 persen).
Pasar modal Indonesia dinilai bakal terkena sentimen negatif setelah Donald Trump resmi terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian, mengatakan terpilihnya Donald Trump saat ini lebih direspon negatif oleh pasar, tercermin dari pelemahan IHSG dan Rupiah beberapa hari belakangan ini.
Menurut Dian, pasar modal Indonesia tengah menghadapi risiko berkaca dari rencana-rencana yang telah dicanangkan pemerintahan Trump.
“Kami sendiri melihat ada risiko ke pasar modal Indonesia karena pemerintahan Trump akan berfokus pada pertumbuhan ekonomi dengan memotong pajak korporasi dan meningkatkan tarif impor,” jelas dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 8 November 2024.
Jika kebijakan tersebut dilakukan, kata Dian, ada potensi untuk kembali meningkatkan defisit anggaran dan inflasi AS yang membuat ruang pemangkasan suku bunga dapat terganggu.
“Hal ini akan jadi sentimen negatif dan dapat berdampak pada stabilitas rupiah,” tuturnya.
Kendati begitu, Dian memandang pasar sudah mem-price in risiko tersebut dan pelemahan saham dapat dijadikan momentum untuk investor yang ingin buy on weakness.
Hal senada juga diungkapkan Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi. Dia melihat terpilihnya Trump berpotensi membuat pasar modal tanah air lebih tertekan akibat beberapa sentimen.
“Potensi penguatan nilai USD sehingga menekan nilai tukar Rupiah dan emerging market lainnya,” kata dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 8 November 2024.
Selain itu, lanjut Audi, ketidakpastian juga berpotensi meningkat seiring dengan perang dagang yang dapat kembali terjadi. Terakhir dia memandang, potensi tertahannya suku bunga FFR pada level tinggi seiring tidak tercapai.
“Normalisasi inflasi AS sesuai target dan pada akhirnya dapat mendorong outflow kembali terjadi,” pungkas dia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan pertumbuhan jumlah investor di Indonesia hingga November 2024. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyebut bahwa kenaikannya mencapai 2,21 juta Single Investor Identification (SID).
“Sehingga total SID saat ini telah mencapai lebih dari 14 juta,” ujar dia dalam acara Capital Market Summit & Expo 2024 (CMSE 2024) di Jakarta pada Kamis, 7 November 2024.
Inarno menjelaskan, dari penambahan tersebut, sebesar 55 persen di antaranya merupakan investor berusia muda di bawah 30 tahun. Catatan positif itu, lanjut dia, mencerminkan masih tingginya minat dan juga kepercayaan dari masyarakat terhadap pasar modal Indonesia.
Selain itu, Inarno mengungkapkan per 6 November 2024 pula Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan peningkatan sebesar 1,53 persen. “Sehingga year to date itu indeks sudah mencapai di angka 7.383,” tutur dia.
Kapitalisasi pasar Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Inarno menyebut per 6 November 2024 kapitalisasi telah mencapai Rp12.356 triliun rupiah.
“Ini menunjukkan kenaikan yang mencerminkan minat dan kepercayaan investor baik domestik maupun asing terhadap potensi ekonomi Indonesia,” ungkapnya.
Inarno menuturkan OJK terus berupaya menjaga stabilitas pasar modal dengan menjalin sinergi dan juga kerja sama yang kuat dengan pemerintah dan juga stakeholder terkait dalam rangka meningkatkan literasi yang pertama dan inklusi keuangan.
“Selanjutnya, OJK terus meningkatkan pengawasan dan juga penegakan hukum, yang ketiga adalah meningkatkan kerja sama dengan pemangku kepentingannya yaitu untuk memperkuat pertumbuhan dan juga keberlanjutan pasar modal,” sebut dia.
Dan yang terakhir, OJK mengeluarkan berbagai kebijakan yang berorientasi pada penguatan kewenangan untuk menjaga volatilitas, peningkatan variasi produk, dan juga perlindungan investor.
Beberapa waktu lalu Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan, jumlah investor pasar modal di Indonesia telah melampaui 14 juta single investor identification (SID). Per Kamis, 3 Oktober 2024, jumlah investor pada modal sebanyak 14.001.651 SID, tumbuh 1.833.590 SID baru dibanding posisi di akhir tahun lalu sebesar 12.168.061 SID.
Iman Rachman, mengatakan industri pasar modal memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian negara.
“Pasar modal Indonesia yang maju dan stabil akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata dia dalam keterangannya dikutip Jumat, 11 Oktober 2024.
Walau demikian, hal tersebut harus tetap disertai dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat. Karena, pertumbuhan investasi yang disertai dengan peningkatan literasi keuangan masyarakat dapat memperkuat daya tahan pasar modal Indonesia dalam menghadapi dinamika global, termasuk aliran dana investor asing.
Adapun BEI telah menyelenggarakan 19.779 kegiatan edukasi yang menjangkau lebih dari 24 juta peserta sejak awal tahun ini hingga akhir September 2024. Kegiatan tersebut di antaranya Sekolah Pasar Modal (SPM), program Duta Pasar Modal (DPM), dan berbagai webinar yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di seluruh Indonesia tentang investasi.
BEI juga aktif mengampanyekan gerakan #AkuInvestorSaham, yang sukses menarik perhatian generasi muda. Saat ini, sekitar 79 persen dari total investor baru berusia di bawah 40 tahun, menunjukkan tingginya partisipasi dan ketertarikan generasi muda dalam berinvestasi di pasar modal.
Pencapaian ini berhasil diraih berkat sinergi yang erat antara BEI dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self-Regulatory Organizations (SRO), serta para pemangku kepentingan lainnya, dan didukung oleh strategi inovasi digitalisasi edukasi yang efektif untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat yang senantiasa dilakukan oleh BEI.(*)