KABARBURSA.COM - Wall Street pekan ini diperkirakan akan diwarnai oleh perhatian investor terhadap bagaimana tren inflasi dapat mempengaruhi kelanjutan reli pasar saham yang mencatatkan rekor tertinggi, yang didorong oleh kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan Economic Times, 10 November 2024, prospek ekonomi yang optimis dari Federal Reserve (The Fed), yang baru saja memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, diharapkan dapat meningkatkan sentimen pasar. Namun, kemampuan bank sentral untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter akan bergantung pada apakah data inflasi menunjukkan penurunan berkelanjutan.
Para investor percaya bahwa kebijakan ekonomi Trump, terutama terkait dengan tarif impor yang lebih tinggi, dapat mendorong kenaikan harga konsumen. Sementara itu, data ekonomi AS menunjukkan kinerja yang lebih baik dari yang diperkirakan, dengan laporan terbaru mengungkapkan ekonomi tumbuh 2,8 persen pada kuartal ketiga tahun ini.
Berdasarkan perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, indeks harga konsumen (CPI) untuk Oktober 2024 diprediksi akan mencatatkan angka inflasi tahunan sebesar 2,6 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan angka 2,4 persen pada September.
Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh di bawah puncak inflasi yang tercatat pada 2022, yang mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga secara signifikan.
Kenaikan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dapat memengaruhi proyeksi suku bunga di masa depan, terutama setelah perubahan ekspektasi yang terjadi pasca kemenangan Trump.
Kontrak berjangka dana Fed menunjukkan bahwa investor kini memperkirakan suku bunga akan turun menjadi sekitar 3,7 persen pada akhir 2025, dari kisaran saat ini 4,5-4,75 persen, sebuah perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan proyeksi pada September lalu.
Sentimen pelonggaran moneter ini telah memberikan dorongan bagi pasar saham sepanjang tahun ini, didorong oleh kinerja laba perusahaan yang solid dan optimisme atas potensi perkembangan sektor bisnis berbasis kecerdasan buatan.
Menurut Wakil Presiden Strategi Investasi di Glenmede, Michael Reynolds, meskipun pasar menunjukkan optimisme, inflasi tetap menjadi risiko yang perlu diperhatikan.
“Kami percaya, meskipun ada pemulihan, inflasi masih menjadi faktor yang perlu diwaspadai. Kita baru saja melewati periode inflasi yang tinggi dan biasanya pergerakannya datang secara bergelombang,” ujar Reynolds.
Selain itu, investor juga terus beradaptasi dengan perubahan lanskap politik pasca kemenangan Trump, yang telah memicu pergerakan besar dalam apa yang dikenal sebagai ‘perdagangan Trump’ di pasar saham.
Indeks Russell 2000, yang mewakili perusahaan berkapitalisasi kecil, tercatat naik 8 persen pekan ini, dengan perusahaan-perusahaan domestik yang diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan tarif tinggi yang direncanakan Trump.
Sementara itu, indeks bank S&P 500 menguat sekitar 7 persen, karena pemberi pinjaman diperkirakan akan diuntungkan dari upaya pengurangan regulasi yang dijanjikan oleh Partai Republik.
Namun, reaksi pasar masih akan diuji seiring dengan penjelasan lebih lanjut mengenai kebijakan Trump dan penunjukan pejabat politik oleh tim transisi Presiden terpilih.
“Pasar mulai mencermati dampak kemenangan Trump," kata analis di UBS Global Wealth Management.
“Seiring dengan kemunculan proposal kebijakan yang lebih detail dari tim transisi Trump, investor perlu bersiap untuk potensi perubahan lebih lanjut di masa depan,” sambungnya.
Pada akhir pekan kemarin, Jumat, 8 November waktu Amerika Serikat (AS), Wall street kembali mencatat rekor baru. Dikutip dari AP, indeks S&P 500 naik 0,4 persen dan mencatatkan kenaikan mingguan terbesar sejak awal November 2023. Indeks ini sempat melampaui level 6.000 untuk pertama kalinya.
Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average naik 259 poin atau 0,6 persen dan Nasdaq naik 0,1 persen.
Perdagangan berjalan relatif tenang setelah lonjakan besar pada awal pekan. Kenaikan ini terjadi usai kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden dan keputusan Federal Reserve yang kembali menurunkan suku bunga demi mendukung perekonomian.
Axon Enterprise, yang menjual Taser dan kamera, memimpin kenaikan pasar. Sahamnya melonjak 28,7 persen setelah membukukan laba kuartal terbaru yang melampaui ekspektasi analis. Axon juga menaikkan proyeksi pendapatan tahun ini menjadi USD2,07 miliar dan mencatat pertumbuhan 32 persen.
Expedia Group ikut naik 3,8 persen setelah melampaui ekspektasi laba. Jumlah pemesanan kamar meningkat 9 persen dibanding tahun lalu.
Namun, penurunan dialami Airbnb yang turun 8,7 persen setelah laporan laba kuartal ketiga yang mengecewakan serta proyeksi kuartal keempat yang tidak sesuai harapan investor.
Pinterest, platform papan pin digital, anjlok 14 persen karena proyeksi pendapatan di bawah ekspektasi investor, meski mengalahkan target penjualan dan laba Wall Street.
Secara keseluruhan, S&P 500 naik 22,44 poin ke 5.995,54. Dow naik 259,65 ke 43.988,99, dan Nasdaq bertambah 17,32 ke 19.286,78.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury jangka panjang menurun. Laporan awal menunjukkan sentimen konsumen AS meningkat untuk bulan keempat berturut-turut, mencapai level tertinggi dalam enam bulan. Survei dari University of Michigan, yang dilakukan sebelum pemilu, juga menunjukkan ekspektasi inflasi setahun mendatang turun ke level terendah sejak 2020.
Imbal hasil Treasury 10 tahun turun ke 4,30 ersen dari 4,33 persen pada Kamis sore. Namun, angka ini masih jauh di atas posisi pertengahan September, yang mendekati 3,60 persen.
Kenaikan imbal hasil sebagian besar dipicu oleh ketahanan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan. Harapannya, ekonomi tetap stabil meski Federal Reserve terus memangkas suku bunga guna menjaga pasar tenaga kerja. Langkah ini membantu menurunkan inflasi mendekati target 2 persen.
Sebagian kenaikan imbal hasil juga disebabkan oleh Trump. Ia mempromosikan kebijakan tarif dan langkah lain yang dikhawatirkan para ekonom dapat mendorong inflasi serta utang pemerintah AS lebih tinggi, bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi.
Para pedagang telah memangkas perkiraan terkait berapa kali suku bunga akan diturunkan oleh The Fed tahun depan. Meski penurunan suku bunga bisa mendorong ekonomi, langkah ini juga bisa memicu kenaikan inflasi.
Di pasar saham luar negeri, retorika Trump soal tarif menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan ketegangan perdagangan dan gangguan ekonomi global. Indeks Eropa sebagian besar melemah dan menutup pekan dengan kerugian. Pasar di Hong Kong dan Shanghai juga turun menjelang pengumuman langkah-langkah pemerintah Beijing untuk mendongkrak ekonomi yang melambat setelah pertemuan Komite Tetap legislatif. (*)