KABARBURSA.COM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menandatangani dua MoU di bidang mineral. Penandatanganan kerja sama ini disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden China Xi Jinping.
MoU pertama terkait dengan kerja sama mineral hijau dengan Menteri Perdagangan (MOFCOM) H.E Wang Wentao. Sedangkan MoU kedua terkait dengan kerja sama sumber daya mineral dengan Ketua National Development and Reform Commission (NDRC) H.E Zheng Shanjie.
“MoU ini menandai babak baru dalam kerja sama strategis Indonesia dan Tiongkok. Kolaborasi ini tidak hanya bakal memperkuat rantai pasok mineral yang berkelanjutan, tetapi juga akan mendorong investasi signifikan dalam pengembangan energi bersih di kedua negara,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dikutip Minggu, 10 November 2024.
Bahlil mengungkapkan bahwa kolaborasi antara Indonesia dan China dalam pengembangan mineral hijau merupakan bukti nyata keseriusan kedua negara untuk mempercepat transisi energi yang ramah lingkungan di tingkat global.
Ia menjelaskan, kerja sama ini memungkinkan Indonesia turut berkontribusi dalam mewujudkan transisi energi yang adil dan inklusif. Sebagai dua badan penting di Tiongkok, NDRC dan MOFCOM berperan dalam memberikan persetujuan investasi outbound bagi perusahaan Tiongkok yang berinvestasi di luar negeri.
Dalam hal ini, MoU Kerja Sama Mineral Hijau dengan MOFCOM bertujuan mendorong perkembangan industri mineral hijau mulai dari proses penambangan hingga hilirisasi di Indonesia, yang sejalan dengan komitmen kedua negara dalam menanggulangi perubahan iklim.
Mineral hijau ini mengacu pada bahan mineral yang esensial untuk industri hijau dan rendah karbon serta eksplorasi dan pengelolaannya yang ramah lingkungan di setiap tahapan.
Kembangkan Industri Mineral Hijau
Bahlil menambahkan bahwa kemitraan ini membuka peluang signifikan bagi Indonesia untuk mengembangkan industri mineral hijau bernilai tambah tinggi, yang menurutnya akan menjadi elemen kunci dalam pengembangan energi bersih sesuai arahan Presiden Prabowo.
Kerja sama yang direncanakan dengan NDRC akan mencakup pengembangan mineral yang sangat diperlukan dalam industri modern, dari hulu hingga hilir. MoU ini memberikan kesempatan bagi kedua negara untuk mengeksplorasi peluang investasi dan memperkuat rantai pasok sumber daya mineral secara berkelanjutan dan aman.
Kerja sama ini melibatkan Kementerian ESDM yang berperan memperkokoh hubungan bilateral di sektor mineral, yang diharapkan akan meningkatkan investasi di Indonesia.
Dalam forum dua tahunan Indonesia-China Energy Forum (ICEF) ke-7 yang berlangsung pada 3 September 2024 di Bali, kedua negara kembali menegaskan komitmen untuk bekerja sama dalam pengembangan sektor energi seperti minyak dan gas konvensional maupun non-konvensional, batu bara, ketenagalistrikan, serta energi bersih.
Di forum ini, Indonesia juga menawarkan berbagai peluang investasi di subsektor energi dan membahas potensi pendanaan proyek energi yang didukung oleh lembaga keuangan, termasuk Sinosure, China Development Bank, dan Exim Bank of China.
Kerja Sama dengan ERAMET
Sebelumnya, Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (PSDMBP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjajaki kolaborasi dengan PT Eramet Indonesia Mining untuk melakukan studi dan eksplorasi mineral kritis di Indonesia.
“Mineral kritis seperti nikel, kobalt, dan lithium dibutuhkan untuk pengembangan teknologi masa depan, khususnya dalam produksi baterai kendaraan listrik,” kata Kepala PSDMBP Agung Pribadi.
Melalui kerja sama ini, PSDMBP berharap dapat menemukan cadangan baru mineral kritis yang berpotensi tinggi secara ekonomi. Untuk itu, PSDMBP melibatkan beberapa perusahaan asing dalam kajian potensi mineral kritis ini, yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
Bentuk kolaborasi ini mencakup penelitian wilayah potensial, karakterisasi bijih, proses metalurgi nikel, dan eksplorasi lithium dari geothermal brine. Kerja sama ini juga bertujuan untuk pertukaran pengetahuan di bidang eksplorasi lithium, inventarisasi mineral, dan publikasi ilmiah.
Salah satu agenda konkret adalah penyelidikan lithium di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, yang dimulai sejak 2023 di area Bleduk Kuwu dan sekitarnya, dengan persiapan teknis yang telah dilakukan sejak Agustus 2024.
Penyelidikan dilakukan menggunakan metode geofisika dan geokimia, di mana PSDMBP akan menerapkan metode seperti gravity, ground magnetic, dan magnetotelluric, sementara Eramet akan menggunakan geolistrik, self-potential, dan passive seismic.
Kerja sama ini juga mencakup kunjungan delegasi PSDMBP ke fasilitas R&D Eramet di Paris pada awal Desember 2024 untuk mempelajari teknologi ekstraksi lithium dari geothermal brine, yang sedang dikembangkan Eramet, serta untuk memperdalam transfer pengetahuan mengenai mineral kritis di Indonesia.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.