KABARBURSA.COM - Selama periode 4 hingga 8 November 2024, pasar saham Indonesia mengalami tren negatif dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2,91 persen dan kapitalisasi pasar yang turun 2,86 persen menjadi Rp12.241 triliun.
Namun, di tengah penurunan ini, terdapat saham-saham yang justru mencatatkan penguatan signifikan, dengan beberapa di antaranya bahkan mencapai lonjakan harga yang cukup besar.
Berdasarkan data perdagangan Stockbit, setidaknya terdapat tiga saham yang melejit sebesar lebih dari 40 persen pada perdagangan pekan lalu yang berakhir Jumat, 8 November 2024.
PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) menjadi top gainer dengan kenaikan 139,04 persen ke Rp545 per saham dari Rp228 per saham. Saham ini bergerak di sektor properti dan konstruksi dan menunjukkan kenaikan yang konsisten sepanjang pekan, dengan nilai transaksi mencapai Rp5,4 miliar.
Berikutnya adalah PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) yang menyusul dengan kenaikan 55,72 persen, dari Rp1.355 ke Rp2.110 per saham, dengan transaksi sepekan sebesar Rp808 juta. Meskipun volume perdagangan relatif rendah, KONI berhasil mencatat kenaikan signifikan.
Di urutan yang ketiga, produsen garmen dan pakaian jadi PT Golden Flower Tbk (POLU), mencatatkan saham naik 46,19 persen dari Rp985 ke Rp1.440 per saham. Saham ini masuk dalam jajaran tiga besar gainers dengan penguatan yang signifikan.
Selanjutnya, PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 34,78 persen menjadi Rp155 per saham. Saham ini menarik perhatian investor selama sepekan terakhir, mencerminkan sentimen positif di pasar terhadap perusahaan ini.
Di posisi berikutnya ada PT Jakarta International Hotels & Developments Tbk (JIHD), yang mengalami kenaikan 24,74 persen ke level Rp1.185 per saham. Pergerakan saham ini menunjukkan minat investor yang kuat terhadap perusahaan di sektor perhotelan dan pengembangan properti.
Saham PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO), PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk (KLAS), PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, masing-masing mencatat kenaikan di atas 19 persen.
Sementara itu di sisi lain, setidaknya terdapat tiga saham yang mengalami penurunan harga lebih dari 30 persen pada perdagangan pekan lalu yang berakhir Jumat, 8 November 2024. Penurunan tajam ini mencerminkan tekanan jual yang signifikan, terutama di tengah tren pelemahan IHSG.
Pasar saham Indonesia mencatat tren negatif pada pekan 4-8 November 2024, dengan IHSG turun 2,91 persen dan kapitalisasi pasar berkurang menjadi Rp12.241 triliun.
Meskipun demikian, beberapa saham justru menunjukkan penguatan signifikan, seperti PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) yang memimpin dengan kenaikan 139,04 persen.
Di sisi lain, sejumlah saham mengalami penurunan tajam, dengan PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) merosot 40,92 persen, mencerminkan tekanan jual yang tinggi di tengah gejolak pasar.
Penurunan IHSG yang cukup signifikan selama pekan tersebut mengindikasikan adanya sentimen negatif di pasar secara keseluruhan. Faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global, kebijakan suku bunga, atau ketegangan geopolitik bisa menjadi penyebab utama. Oleh karena itu, investor perlu tetap waspada terhadap faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi arah pergerakan pasar dalam waktu dekat.
Secara keseluruhan, meskipun ada sektor-sektor yang menunjukkan performa baik, dinamika pasar saham Indonesia tetap menghadirkan tantangan bagi investor, terutama dengan fluktuasi yang signifikan antara saham-saham top gainers dan top losers. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.