Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Lo Kheng Hong sebut Bank Digital Sulit Jadi Bank Besar

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 08 November 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Lo Kheng Hong sebut Bank Digital Sulit Jadi Bank Besar

KABARBURSA.COM - Investor senior Lo Kheng Hong menilai bisnis bank digital masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Lo, bank digital memiliki nilai aset yang relatif kecil, yaitu sekitar Rp20 triliun.

Katanya, tren bank digital yang muncul sejak tiga tahun lalu belum berhasil mendorong pertumbuhan signifikan pada emiten bank digital, terutama dari sisi aset.

“Bank kecil digital sulit sekali untuk menjadi besar. Sudah tiga atau empat tahun, namun asetnya tidak banyak bertambah, tetap seperti itu,” kata Lo Kheng Hong pada acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2024, Kamis, 7 November 2024.

Sebaliknya, Lo berpendapat bank-bank besar lebih mudah untuk bertransformasi menjadi bank digital. Lo sendiri mengaku lebih memilih berinvestasi pada saham-saham sektor perbankan.

“Ada yang bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp60 triliun, ada juga yang Rp50 triliun. Bisnis apa lagi yang bisa memberikan laba sebesar itu, selain perbankan,” ujarnya.

Dalam memilih investasi di sektor perbankan, Lo fokus pada emiten bank dengan aset sebesar Rp200-350 triliun. Selain itu, ia juga lebih menyukai bank dengan rasio price-to-book value (PBV) di bawah satu kali.

“Saat melihat bank dengan aset Rp200-350 triliun, ada dua bank, dan satu lagi segera menyusul, yang di mana saya muncul sebagai pemegang saham 10 besar,” ungkapnya.

Tips Berburu Cuan di Pasar Modal

Di kesempatan yang sama, Lo Kheng Hong juga berbagi pengalaman tentang caranya meraih keuntungan besar di pasar modal. Menurutnya, pemahaman mendalam mengenai perusahaan adalah kunci utama dalam investasi yang sukses.

Langkah pertama yang ditekankan oleh Lo Kheng adalah mengenal siapa yang mengendalikan perusahaan. Bagi dia, penting untuk mengetahui latar belakang direksi dan komisaris perusahaan yang akan dijadikan target investasi. Ia menegaskan bahwa ia hanya tertarik pada perusahaan yang dipimpin oleh orang-orang yang jujur dan berintegritas tinggi.

“Pastikan untuk melihat siapa yang memegang kendali dalam perusahaan. Apakah mereka adalah orang yang dapat dipercaya? Jika mereka cenderung menyalahgunakan dana perusahaan untuk keuntungan pribadi, saya pasti tidak akan berinvestasi di sana,” ujarnya.

Menurut Lo, manajemen yang baik adalah fondasi dari perusahaan yang sehat. Ia menghindari perusahaan yang berpotensi terlibat dalam tindakan kecurangan atau tidak transparan. Integritas pengelola perusahaan menjadi salah satu pertimbangan utamanya.

Selain memperhatikan pihak pengendali, Lo juga memiliki preferensi dalam memilih perusahaan yang sudah mencetak laba besar. Ia tidak tertarik pada perusahaan yang belum menunjukkan keuntungan signifikan atau yang mengalami kerugian.

Baginya, investasi adalah soal memilih perusahaan yang tidak hanya memberikan laba besar tetapi juga memiliki potensi pertumbuhan di masa depan.

“Saya hanya membeli saham perusahaan yang labanya besar dan terus tumbuh. Perusahaan yang memiliki laba besar setiap tahunnya itu seperti mesin pencetak uang,” jelas Lo.

Ia menggambarkan bahwa memiliki saham di perusahaan yang terus berkembang memberikan kepuasan tersendiri, terutama jika keuntungan perusahaan tersebut meningkat dari tahun ke tahun.

Tak hanya melihat laba besar, Lo Kheng Hong juga mencermati valuasi perusahaan. Dalam pandangannya, valuasi yang ideal adalah ketika price to earnings ratio (PER) maksimal 9 kali dan price to book ratio (PBV) maksimal 1 kali. Dengan rumus sederhana ini, Lo merasa lebih aman untuk memilih saham yang tidak overvalued, yang berarti harga sahamnya tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan laba atau nilai buku perusahaan.

Pendekatan ini bertujuan untuk meminimalkan risiko sekaligus meningkatkan peluang memperoleh keuntungan yang optimal.

“Jika valuasi sudah terlalu tinggi, maka risiko untuk mengalami kerugian juga semakin besar,” paparnya.

Satu lagi kriteria penting bagi Lo Kheng Hong adalah saham yang memberikan dividen. Menurutnya, dividen adalah keuntungan tambahan yang bisa didapatkan investor secara rutin, layaknya mendapatkan pendapatan pasif.

Tahun lalu, Lo bahkan berhasil mengumpulkan dividen sekitar Rp100 miliar dari berbagai saham yang dimilikinya.

“Dividen besar itu seperti bonus yang kita dapatkan hanya dengan menunggu. Sangat menyenangkan,” tuturnya.

Dengan fokus pada saham yang memberi dividen, Lo memastikan bahwa investasinya tidak hanya bergantung pada kenaikan harga saham, tetapi juga pada keuntungan yang dibagikan perusahaan. Dividen ini menjadi sumber pemasukan tambahan bagi Lo, sehingga setiap tahunnya ia dapat menikmati hasil dari investasinya tanpa harus menjual saham yang dimiliki.

Dari kisah Lo Kheng Hong, ada beberapa prinsip yang bisa diambil oleh para investor. Pertama, pastikan untuk memilih perusahaan dengan manajemen yang transparan dan memiliki integritas. Kedua, utamakan emiten yang sudah menghasilkan laba besar dan memiliki prospek pertumbuhan. Ketiga, cek valuasi saham agar tidak membeli saham yang terlalu mahal. Dan terakhir, pilih saham yang memberikan dividen, karena dividen adalah sumber pendapatan pasif yang stabil.

Strategi ini tidak hanya terbukti efektif, tetapi juga memberikan ketenangan bagi Lo Kheng Hong dalam menghadapi fluktuasi pasar. Prinsip-prinsip ini bisa menjadi panduan berharga bagi investor lain yang ingin mencapai kesuksesan serupa di pasar modal. (*)