KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah hingga 108 poin atau turun 1,44 persen ke level 7383 pada perdagangan Rabu, 6 November 2024.
Mengutip data perdagangan RTI Bussiness, pergerakan IHSG hari ini cenderung bervariasi dengan level tertinggi 7506 dan terendah di angka 7363.
Sebanyak 197 saham terpantau menguat, 398 saham di zona merah, dan 195 saham mengalami stagnan.
Adapun melansir Stockbit, saham-saham yang berada di lima besar top gainers adalah FMII (+25,00 persen), BTON (+24,86 persen), KONI (+24,85 persen), POLU (+24,76 persen), dan CITY (+17,50 persen).
Sementara saham-saham yang mengalami koreksi paling dalam ialah EMDE (-20,10 persen), PART (-18,18 persen), ASBI (-14,62 persen), GMTD (-14,58 persen), dan BOBA (-10,78 persen).
Adapun mayoritas sektor juga terpantau melemah. Sektor-sektor yang koreksi paling dalam yakni teknologi (-2,96 persen), properti (-2,00 persen), finance (-1,77 persen), dan energi (-1,24 persen).
Hanya terdapat dua sektor yang menguat pada penutupan perdagangan hari ini, di antaranya ialah industrial (+0,38 persen), dan basic ind (+0,18 persen).
Sementara, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terperosok, ditutup pada level Rp15.832 per dolar AS, melemah 84 poin atau 0,53 persen dibandingkan dengan penutupan pada hari Selasa sebelumnya, di Rp15.748 per dolar AS. Penurunan ini mencerminkan kecemasan pasar terhadap potensi kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Donald Trump yang dapat memengaruhi pasar finansial global, termasuk Indonesia.
Penguatan dolar AS merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Hasil penghitungan suara dalam pemilihan presiden AS 2024 menunjukkan Donald Trump unggul sementara atas Kamala Harris.
Keunggulan ini memperburuk sentimen pasar terhadap Indonesia, di mana pasar memprediksi bahwa Trump, dengan kebijakan pro-pertumbuhan dan proteksionisnya, dapat meningkatkan suku bunga AS dan memperkuat dolar dalam beberapa tahun ke depan.
Dikatakan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, kebijakan ekonomi Trump yang berfokus pada proteksionisme, perdagangan internasional yang lebih ketat, serta kemungkinan pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve, membuat pelaku pasar khawatir terhadap dampaknya terhadap pasar global, termasuk Indonesia.
Kenaikan suku bunga yang diharapkan dan penguatan dolar AS akan menciptakan tekanan bagi negara-negara dengan defisit transaksi berjalan, termasuk Indonesia. Hal ini berpotensi menyebabkan aliran modal keluar dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Selain itu, potensi lonjakan imbal hasil obligasi AS juga menjadi faktor yang mendorong penguatan dolar, mengingat ekspektasi pasar terhadap suku bunga yang lebih tinggi di bawah pemerintahan Trump. Semua ini berpotensi meningkatkan volatilitas pasar global, yang turut memengaruhi pasar keuangan domestik.
Di sisi domestik, hasil survei dan data ekonomi Indonesia turut memberikan sentimen negatif terhadap rupiah.
Pada kuartal III-2024, perekonomian Indonesia melambat, dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dari ekspektasi pasar. Salah satu faktor utama penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi adalah berkurangnya konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi pendorong utama perekonomian Indonesia.
Konsumsi rumah tangga yang melambat menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat, yang bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti inflasi yang masih tinggi dan ketidakpastian ekonomi global. Dalam situasi seperti ini, permintaan domestik terhadap barang dan jasa menjadi lebih lemah, yang berdampak pada proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih moderat.
Ibrahim Assuaibi menambahkan bahwa situasi ini bisa menjadi tantangan besar bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto di awal masa pemerintahannya.
Sebagai mesin utama perekonomian, konsumsi rumah tangga yang menurun bisa mempengaruhi pencapaian target-target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan. Ditambah dengan ketidakpastian eksternal, khususnya terkait hasil pemilu AS dan dampak kebijakan Trump, kondisi ekonomi Indonesia menghadapi tekanan.
Selain pengaruh domestik, pasar juga mencermati potensi dampak dari kebijakan Trump terhadap ekonomi Tiongkok. Trump diperkirakan akan melanjutkan kebijakan tarif perdagangan yang tinggi terhadap Tiongkok, yang bisa menambah tekanan pada ekonomi negara itu, yang saat ini tengah berjuang dengan deflasi dan penurunan pasar properti.
Ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, terutama dalam sektor manufaktur dan ekspor, bisa memperburuk ketidakpastian pasar global.
Menghadapi proyeksi ekonomi Tiongkok yang melambat, Indonesia sebagai salah satu mitra dagang terbesar Tiongkok, mungkin juga akan merasakan dampak negatifnya, terutama pada sektor ekspor. Ini akan memberi tekanan tambahan pada rupiah yang sudah berada dalam posisi melemah.
Meski begitu, hasil pemilu AS yang belum sepenuhnya selesai memberikan ketidakpastian yang cukup besar di pasar. Saat ini, masih ada enam negara bagian yang hasilnya belum ditentukan, yang akan menjadi penentu akhir kemenangan.
Oleh karena itu, pelaku pasar akan terus memantau hasil akhir pemilu serta perkembangan kebijakan Federal Reserve yang dijadwalkan untuk mengumumkan kebijakan suku bunga pada pekan ini.
Secara keseluruhan, meskipun ada harapan untuk pemulihan dalam beberapa sektor ekonomi, baik domestik maupun global, prospek untuk rupiah dan perekonomian Indonesia tetap menghadapi tantangan besar di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi yang sedang berlangsung.
Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah mengalami pelemahan yang signifikan terhadap dolar AS, dengan berbagai faktor eksternal dan domestik yang memengaruhi pergerakan mata uang ini.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS 2024 menjadi salah satu faktor yang mengarah pada penguatan dolar dan meningkatnya volatilitas pasar keuangan global.
Di sisi lain, pelambatan ekonomi Indonesia dan menurunnya konsumsi rumah tangga menambah tekanan pada nilai tukar rupiah. Para pelaku pasar dan investor akan terus memantau hasil pemilu AS yang belum final serta langkah-langkah kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah.(*)