Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BPS Sebut Pertumbuhan Ekonomi Landai, tapi Dua Saham ini Masih Menarik

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 November 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
BPS Sebut Pertumbuhan Ekonomi Landai, tapi Dua Saham ini Masih Menarik

KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi menurut komponen pengeluaran masih menunjukkan pertumbuhan positif di kuartal III-2024.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB). Tercatat, konsumsi rumah tangga memberikan distribusi sebesar 53,08 persen atau tumbuh 4,91 persen secara tahunan (yoy).

Di tengah konsumsi rumah tangga yang stabil, ada dua emiten ritel yang bisa menjadi pilihan investor, yaitu PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Kedua emiten ritel tersebut menyasar middle up atau kelas menengah ke atas. Masyarakat menengah ke atas lebih kuat dalam melakukan pengeluaran untuk membeli kebutuhan non primer.

"Dalam satu sampai dua tahun terakhir ini kita melihat memang ada environment high interest rate yang merembet ke cost food inflation. Artinya, masyarakat cenderung membeli produk substansi dengan merek alternatif dan lebih murah. Dan, kalau kita lihat rata-rata masyarakat menengah ke atas itu secara purchasing power itu cenderung lebih kuat untuk spending, untuk kebutuhan-kebutuhan non rimary," kata Equity Research Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia Leonardo Lijuwardi, kepada Kabarbursa.com, Selasa, 5 November 2024.

Sayangnya, kedua saham tersebut sedang anjlok pada perdagangan hari ini. Saham MAPI mengalami penurunan signifikan sebesar 6,43 persen atau setara dengan 100 poin ke level Rp1.455. Namun, volume transaksi saham MAPI menunjukkan aktivitas perdagangan yang cukup besar. Tercatat, sebanyak 335 ribu lot saham MAPI diperdagangkan dan berhasil mengumpulkan nilai transaksi sebesar Rp49,4 miliar.

Hal serupa tampak pada perdagangan saham MAPA hari ini. Saham MAPA mengalami penurunan sebesar 5,69 persen, turun Rp60 dari harga pembukaan. Penurunan harga yang cukup signifikan ini menunjukkan adanya tekanan jual yang kuat, mengindikasikan bahwa banyak investor yang melakukan aksi jual pada hari ini.

Volume Transaksi (Lot) saham MAPA berada di 189.000 lot. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan harga, volume perdagangan cukup signifikan. Ini menandakan adanya ketertarikan pasar yang tinggi, meskipun dalam konteks penurunan.

Nilai Transaksi (Val) dari perdagangan itu mencapai Rp 18,9 miliar, yang menandakan bahwa meskipun harga saham turun, likuiditas masih relatif tinggi, dengan pergerakan yang cukup aktif.

Melirik Proyeksi Saham Ritel Non Cylical Jelang Akhir 2024

Saham ritel, khususnya non cyclical, saat ini tengah dihadapkan dengan tantangan sulit karena beberapa faktor. Namun, saham di sektor ini diperkirakan mampu bangkit.

Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono, memperkirakan saham ritel non cylical berpeluang mencetak kinerja positif pada akhir tahun ini.

“Sektor ritel jelas, untuk akhir tahun masih potensial,” kata Wahyu kepada Kabarbursa.com, Kamis, 31 Oktober 2024.

Wahyu menyadari, saham ritel tengah menghadapi tantangan yang sulit dikarenakan beberapa faktor, seperti banyaknya PHK dan menurunnya kelas menengah.  Dengan kondisi seperti itu, konsumer dipastikan sedang tertekan dan hal tersebut secara otomatis berdampak kepada industri ritel.

Meski begitu, Wahyu melihat ada beberapa sentimen yang bisa mendongkrak emiten ritel untuk bangkit dari kesulitan, di antaranya ialah window dressing hingga January efect di awal 2025 mendatang.

Perlu diketahui, window dressing merupakan kegiatan para manajer perusahaan atau emiten untuk memperbaiki portfolio menjelang akhir tahun. Sementara January effect adalah kenaikan harga saham di awal tahun, terutama pada bulan Januari.

“Akhir tahun menjadi peluang bagi konsumen untuk melakukan aksi pembelian karena banyaknya diskon yang ditawarkan,” ujar Wahyu.

Hal senada disampaikan Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer. Menurutnya, perusahaan-perusahaan ritel akan segera menemukan momentumnya, yaitu saat menjelang pergantian tahun. Lomba diskon yang diterapkan nantinya sangat menjadi daya tarik bagi konsumen untuk membeli.

“Saham-saham retail ini cenderung untuk mengeluarkan diskon pada periode tersebut,” ujar dia kepada Kabarbursa.com, beberapa waktu lalu.

Menurut Khaer, pemberian diskon tersebut berpotensi membuat emiten-emiten ritel meraih revenue pendapatannya pada akhir tahun mendatang.

“Jadi, memang secara kuartal-kuartal atau periode, ada kecenderungan saham-saham retail di akhir tahun memiliki potensi penguatan yang cukup besar dibandingkan dengan periode atau sebelumnya,” ujar dia.

Menyisir Fundamental Emiten Ritel

Diberitakan sebelumnya, sejumlah emiten perdagangan ritel telah merilis laporan keuangan periode sembilan bulan tahun 2024, yang berakhir pada 31 September 2024. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) memimpin dengan kinerja fundamental keuangan stabil hingga PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) mengalami kerugian periode ini.

Beragamnya kondisi para perusahaan terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI) sektor perdagangan ritel ini terpengaruh kondisi perekonomian nasional yang tengah memburuk. Indonesia menghadapi kondisi deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024 yang tercatat naik sebesar 0,12 persen secara bulanan (month to month/mtm). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) secara berurutan deflasi pada Agustus, Juli, Juni, dan Mei adalah 0,03 persen, 0,18 persen, 0,08 persen, dan 0,03 persen.

Seperti dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan pada 30 September 2024, MAPI mencatatkan pendapatan bersih Rp27,6 triliun atau tumbuh 16,1 persen pada periode sembilan bulan tahun 2024. Laba kotornya naik menjadi Rp11,8 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp10,9 triliun.

Adapun margin laba kotor (gross profit margin/GPM) mencapai sebesar 42,8 persen. Lebih lanjut, MAPI berhasil membukukan laba usaha senilai Rp2,4 triliun, EBITDA Rp4,5 triliun, dan laba bersih menembus Rp1,6 triliun pada laporan yang berakhir 30 September 2024.

Namun jika dibedah lagi pada kuartal III 2024, pendapatan bersih emiten pengelola ritel gaya hidup (lifestyle) ini mencapai Rp9,6 triliun, tumbuh 17,4 persen yoy. Rincian lainnya, laba kotor naik menjadi Rp4,0 triliun dengan GPM 41,9 persen. Yang lainnya, laba usaha mencapai Rp772 miliar, EBITDA menjadi Rp1,5 triliun, serta laba bersih tembus Rp543 miliar.

Dalam keterangan resminya, Vice President Investor Relation, Corporate Communications, and Sustainability MAP Group Ratih D Gianda, mengatakan pertumbuhan penjualan tercatat dari hampir semua lini bisnis perusahaan di kuartal III. Hal ini menunjukkan kemampuan MAP Group dalam merespons preferensi pelanggan secara efektif. Adapun periode “Back to School” mampu menopang pendapatan dari MAPI.

Lebih lanjut, MAPI menyampaikan fokus pada integrasi digital. Target ini merupakan bagian dari strategi meningkatkan keterlibatan konsumen dan merampingkan operasional. Hasilnya, ujar Raph, platform daring (online) periode September 2024 mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 23 persen yoy. Kontribusinya terhadap total penjualan perseroan mencapai 9 persen.

Valuasi MAPI menarik karena P/E saat ini 15,39 lebih tinggi dari IHSG (7,21), menunjukkan ekspektasi pertumbuhan yang kuat. Forward P/E 12,51 menunjukkan valuasi berpotensi menarik. Rasio Price-to-Book P/B 2,35 dan Price-to-Cashflow 6,88 menunjukkan perusahaan dinilai lebih tinggi dari asetnya tetapi tetap menghasilkan arus kas operasional yang baik. EPS 102,68 dan revenue per share tinggi (2,237.49) menegaskan kinerja perusahaan yang solid dan likuiditas memadai.(*)