Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Mayora (MYOR) Kirim Produk Ekspor ke 15 Negara

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 November 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Mayora (MYOR) Kirim Produk Ekspor ke 15 Negara

KABARBURSA.COM - PT Mayora Indah Tbk (MYOR)mengirim produk ekspor ke 15 negara senilai USD1 juta atau setara Rp15,70 miliar pada Selasa, 5 November 2024.

Adapun 15 negara tersebut mencangkup kawasan Afrika, Timur Tengah,  Asia Tenggara, Asia Selatan, dengan negara tujuan Palestina, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Persatuan Emirat Arab, Mesir, Afrika Selatan, Madagaskar, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Bangladesh, Armenia, dan Australia.

Mayora melepas produk ekspornya meliputi biskuit, wafer, dan permen, serta kopi instan. Direktur Utama PT Mayora Indah Tbk. Andre Sukendra Atmadja menyampaikan, Mayora Group sebagai perusahaan Indonesia membuktikan produk Indonesia dapat bersaing di pasar global.

"Mayora ingin membuktikan bahwa Indonesia bukan sekadar tukang jahit produk merek bangsa lain. Indonesia bisa menciptakan merek sendiri, produk sendiri, mengekspor, dan menjadi market leader di luar negeri," ujar dia dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu 6 November 2024.

Andre menjelaskan, misi Mayora adalah membuktikan bahwa produk dengan merek Indonesia juga berkelas dunia sehingga dapat mengangkat harga diri dan martabat Indonesia di mata dunia.

Sementara itu Menteri Perdagangan, Budi Santoso mengatakan kemampuan meningkatkan daya saing produk menjadi salah satu faktor utama untuk menguasai pasar, baik pasar negeri sendiri maupun pasar luar negeri.

Ia menyebut, besarnya pasar dalam negeri harus menjadi motivasi produk lokal untuk merajai pasar di negeri sendiri.

"Perluasan pasar ekspor adalah salah satu dari tiga program utama Kemendag. PT Mayora Indah Tbk. telah memperluas ekspornya ke negara-negara yang termasuk pasar ekspor nontradisional. Hal ini lah yang menjadi harapan kami, yaitu agar pasar Indonesia berkembang ke negara yang belum tersentuh," tutur Budi.

Budi berharap, eksportir akan lebih masif lagi memanfaatkan pasar nontradisional yang telah terbuka aksesnya melalui sejumlah perjanjian dagang Indonesia dengan negara mitranya. Dalam waktu dekat, tiga perjanjian dagang ditargetkan selesai yaitu dengan Kanada, Peru, dan Eurasia.

Permintaan global atas produk makanan olahan diperkirakan  tetap tumbuh positif 7,74 persen hingga 2029 mendatang seiring dengan pertumbuhan jumlah populasi dunia meskipun ekonomi global melambat.

Perlu diketahui, pada periode 2019—2023, ekspor produk makanan olahan Indonesia meningkat sebesar 6,81 persen. Pun pada periode Januari–Agustus 2024, ekspor produk makanan olahan telah menyentuh angka USD3,6 miliar atau tumbuh 6,48 persen dari periode yang sama pada 2023.

Secara umum, negara tujuan ekspor makanan olahan Indonesia meliputi Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Selain itu, Amerika Serikat, Tiongkok, Arab Saudi, Jepang, dan Australia juga termasuk dalam 10 negara importir produk makanan olahan Indonesia.

Ekspor RI Tembus Rekor Tertinggi

Sebelumnya diberitakan, kinerja ekspor Indonesia pada Agustus 2024 sangat membanggakan dengan nilai mencapai rekor tertinggi dalam 20 bulan terakhir, yaitu USD23,56 miliar.

“Ekspor Indonesia pada Agustus 2024 yang tercatat sebesar USD23,56 miliar. Prestasi ini menunjukkan daya saing produk Indonesia di pasar global dan menjadi bukti keberhasilan upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekspor,” ujar Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional Bara Khrisna Hasibuan dalam konferensi pers yang berlangsung di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat, Senin, 23 September 2024.

Bara menjelaskan, peningkatan ekspor Agustus 2024 sangat signifikan dibandingkan dengan kinerja ekspor Juli 2024 yang sebesar USD22,24 miliar. Selain itu, surplus neraca perdagangan Agustus 2024 juga meningkat signifikan sebesar USD2,9 miliar dibandingkan Juli 2024 yang hanya meningkat USD0,5 miliar dari bulan sebelumnya.

“Kami menyambut baik peningkatan ekspor pada Agustus 2024. Peningkatan kinerja ekspor Agustus 2024 secara signifikan ini tentunya berkontribusi terhadap neraca perdagangan Indonesia. Kami berharap, ekspor Indonesia dapat terus meningkat,” urai Bara.

Ekspor Indonesia pada Agustus 2024 naik 5,97 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month on month/mom) serta 7,13 persen dibanding Agustus 2023 (year on year/yoy). Capaian tersebut didorong kenaikan ekspor nonmigas sebesar 7,43 persen dan kontraksi migas 15,41 persen dibandingkan Juli 2024 (mom).

Secara rinci, Bara menjelaskan, pada Agustus 2024, peningkatan kinerja ekspor nonmigas secara bulanan terjadi pada seluruh sektor. Sektor dengan kenaikan tertinggi dibanding bulan sebelumnya terjadi pada pertambangan dengan kenaikan sebesar 9,01 persen, diikuti pertanian 8,70 persen, dan industri pengolahan sebesar 7,09 persen (mom).

Komoditas unggulan dengan peningkatan ekspor terbesar di antaranya timah dan barang daripadanya (HS 80)yang naik sebesar 86,35 persen; bijih logam, terak, dan abu (HS 26) naik 47,23 persen; alas kaki (HS 64) naik 26,40 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) naik 25,74 persen; serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) naik 24,50 persen.

Sedangkan, komoditas unggulan dengan pelemahan ekspor terbesar dari bulan sebelumnya di antaranya adalah barang dari besi dan baja (HS 73) yang turun 24,26 persen, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) turun 11,88 persen, nikel dan barang dari padanya (HS 75) turun 11,37 persen, tembaga dan barang dari padanya (HS 74) turun 10,88 persen, serta besi dan baja (HS 72) turun 1,42 persen (mom).

“Komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) menjadi pendorong pertumbuhan ekspor nonmigas terbesar pada Agustus 2024. Peningkatan ekspor ini ditopang peningkatan harga minyak sawit mentah (CPO) dunia sebesar 4,08 persen menjadi USD932,63/MT. Selain itu, secara volume ekspor, komoditas ini juga naik 20,81 persen (mom),” jelas Bara.

Pasar Utama Ekspor Nonmigas

Bara mengungkapkan, China dan AS masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2024 dengan nilai mencapai USD7,94 miliar. Kedua negara ini berkontribusi sebesar 35,50 persen dari total ekspor nonmigas nasional.

“Meskipun terjadi perlambatan ekonomi di kedua negara tersebut, ekspor nonmigas ke China dan AS masih meningkat dibanding bulan sebelumnya (mom). Ekspor nonmigas Indonesia ke China naik 10,42 persen dan ke AS 20,80 persen. Pada saat bersamaan, kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara mitra dagang juga meningkat signifikan. Ekspor nonmigas Indonesia ke Mesir tumbuh 115,26 persen, Turki 40,39 persen, Afrika Selatan 36,99 persen, Thailand 36,67 persen, serta Pakistan 25,00 persen,” terang Bara.

Ditinjau dari kawasannya, Bara menyebut, beberapa kawasan tujuan ekspor menunjukkan peningkatan ekspor nonmigas yang signifikan (mom). Kawasan tersebut di antaranya Afrika Utara dengan kenaikan 74,73 persen, Afrika Selatan 35,97 persen, Eropa Utara 33,94 persen, Asia Tengah 26,28 persen, dan Amerika Tengah (24,44 persen).

“Peningkatan ekspor ke beberapa kawasan tersebut menunjukkan bahwa potensi pasar nontradisonal berpeluang besar untuk dikembangkan,” lanjut Bara.

Bara juga menyebut, sepanjang periode Januari—Agustus 2024, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD170,89 miliar atau turun tipis 0,35 persen dibanding periode yang sama pada 2023. “Penurunan ini disebabkan pelemahan ekspor nonmigas sebesar 0,46 persen dan penguatan ekspor migas sebesar 1,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” jelasnya.(*)