Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Siaga usai Pilpres dan Badai di AS

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 November 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Siaga usai Pilpres dan Badai di AS

KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia mencatat penguatan pada Selasa, 5 November 2024, di tengah ancaman badai yang diperkirakan akan memangkas produksi minyak AS di Teluk Meksiko, serta pelemahan dolar AS usai pemilihan presiden. Berdasarkan data Reuters, minyak mentah Brent naik 0,6 persen ke USD 75,53 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 0,7 persen menjadi USD 71,99 per barel.

Direktur Energi Berjangka di Mizuho, Bob Yawger, menjelaskan kenaikan harga minyak kali ini didorong oleh keseimbangan antara pasokan dan permintaan yang menguntungkan, serta ketegangan geopolitik dan dampak Pilpres AS, selain juga pengaruh cuaca di wilayah produksi utama.

Pemilu yang mempertemukan Donald Trump dan Kamala Harris ini diprediksi berlangsung ketat, dengan hasil yang bisa tertunda bahkan hingga berminggu-minggu jika terjadi perselisihan.

Pelemahan dolar AS ke posisi terendah dalam tiga minggu turut mendukung kenaikan harga minyak. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pembeli global, sehingga meningkatkan permintaan.

Di Teluk Meksiko, perusahaan energi AS mulai mengevakuasi pekerja dari platform lepas pantai sebagai langkah antisipasi terhadap Badai Rafael, yang diperkirakan akan menjadi badai besar minggu ini dan bisa mengurangi produksi minyak AS hingga 4 juta barel.

OPEC+ sebelumnya memutuskan untuk menunda peningkatan produksi hingga Desember demi menjaga kestabilan pasar. Arab Saudi, sebagai eksportir minyak utama, juga menurunkan harga minyak Arab Light untuk pasar Asia pada bulan yang sama.

Dengan agenda besar seperti Pilpres AS, pertemuan kebijakan The Fed, dan Kongres Nasional China yang dapat memengaruhi permintaan energi global, volatilitas pasar minyak diperkirakan tetap tinggi. Analis Pasar IG International, Yeap Jun Rong, mencatat bahwa investor cenderung menunggu perkembangan ini sebelum membuat keputusan signifikan.

Data penyimpanan minyak AS dari American Petroleum Institute akan dirilis pada Selasa, diikuti oleh laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu, dengan prediksi peningkatan cadangan minyak sebesar 1,1 juta barel untuk pekan yang berakhir 1 November, lebih rendah dari lonjakan 13,9 juta barel pada periode sama tahun lalu.

Melompat Tiga Persen

Sebelum ini, harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan hampir 3 persen pada perdagangan Senin, 4 November 2024. Kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh keputusan OPEC+ untuk menunda peningkatan produksi selama satu bulan, serta perhatian investor yang terpusat pada hasil pemilihan presiden Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari Reuters, kontrak berjangka Brent naik USD1,98, atau 2,7 persen, menjadi USD75,08 per barel. Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik USD1,98, atau 2,85 persen, menjadi USD71,47. Pekan lalu, Brent turun sekitar 4 persen, sedangkan WTI turun sekitar 3 persen.

Pada Minggu, 3 November 2024, OPEC+ mengatakan akan memperpanjang pemangkasan produksinya sebesar 2,2 juta barel per hari (bpd) selama satu bulan lagi di bulan Desember, dengan peningkatan produksi yang sebelumnya tertunda sejak Oktober karena harga yang jatuh dan permintaan yang lemah.

OPEC+, yaitu Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak ditambah Rusia dan sekutunya, seharusnya meningkatkan produksi bulanan sebesar 180.000 bpd mulai Desember.

“Perpanjangan ini hingga seluruh kuartal keempat tahun 2024 menimbulkan keraguan atas komitmen kelompok ini (atau kemampuannya) untuk mengembalikan pasokan sama sekali pada 2025,” kata Walt Chancellor, seorang ahli strategi energi di Macquarie. Ia menambahkan bahwa pengumuman ini mungkin meredakan beberapa ketakutan akan “perang harga” OPEC+ yang diperbarui.

OPEC tetap sangat optimis terhadap permintaan minyak dalam jangka pendek maupun jangka panjang, ujar Sekretaris Jenderal Haitham Al Ghais pada Senin, 4 November 2024, seperti dikutip Reuters.

Perusahaan minyak besar Prancis, TotalEnergies, memperkirakan permintaan global akan mencapai puncaknya setelah tahun 2030 dalam dua skenario transisi energi yang paling mungkin dalam laporan prospek energi tahunannya.

Sementara itu, CEO perusahaan energi Italia Eni mengatakan bahwa pemotongan pasokan minyak OPEC+ dan upaya baru-baru ini untuk menguranginya telah meningkatkan volatilitas di pasar energi dan menghambat investasi dalam produksi baru.

Produksi minyak OPEC pulih pada bulan Oktober setelah Libya menyelesaikan krisis politik, menurut survei Reuters. Pada bulan sebelumnya, produksi berada di titik terendah tahun ini. Upaya lebih lanjut dari Irak untuk memenuhi pemotongan yang dijanjikan kepada aliansi OPEC+ secara keseluruhan membatasi kenaikan produksi.

Iran telah menyetujui rencana untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 250.000 barel per hari, menurut situs berita kementerian minyak, Shana, pada Senin, 4 November 2024. Produksi minyak Libya mendekati 1,5 juta bpd, kata Perusahaan Minyak Nasional (NOC) negara tersebut.(*)