KABARBURSA.COM - Indeks utama Wall Street mencatatkan lonjakan signifikan pada perdagangan Selasa, 5 November 2024, di tengah ketegangan pasar menjelang hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS).
Berdasarkan data Consumer News and Business Channel Internasional, S&P 500 melonjak 1,23 persen ke level 5.782,76, mencatat kenaikan lebih dari 20 persen sejak awal tahun ini. Nasdaq meningkat 1,43 persen ke 18.439,17, dan Dow Jones Industrial Average naik 427,28 poin atau 1,02 persen ke 42.221,88.
Kenaikan ini terjadi saat investor bersiap menghadapi hasil persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris. Selain kursi kepresidenan, perhatian pasar tertuju pada dominasi partai di Kongres, yang berpotensi membawa perubahan besar pada kebijakan fiskal.
Menurut Kepala Strategi Pasar Carson Group, Ryan Detrick, “Banyak tindakan lindung nilai dilakukan mengantisipasi ketidakpastian politik, namun ada optimisme bahwa kondisi bisa lebih tenang setelah Hari Pilpres AS.”
Detrick menambahkan, siapa pun pemenangnya, akan mewarisi ekonomi yang stabil.
Sektor perbankan turut menguat, dengan ETF SPDR S&P Bank (KBE) naik 1 persen berkat prospek deregulasi jika Partai Republik unggul. Saham Nvidia dan Tesla juga mencatat kenaikan masing-masing 3 persen dan 4 persen, diperkirakan tetap kuat terlepas dari hasil Pilpres AS.
Selain pilpres, investor menantikan keputusan suku bunga dari The Fed pada Kamis, yang diproyeksikan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen setelah pemangkasan sebelumnya pada September.
Meski Wall Street sempat mencatat kenaikan pada Selasa, 5 November 2024, optimisme pasar tak bertahan lama. Sehari sebelumnya, pada Senin, 4 November 2024, tiga indeks utama justru kompak melemah di tengah ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS.
Seperti dilansir dari Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 257,59 poin, atau 0,61 persen, ke 41.794,60, S&P 500 turun 16,11 poin, atau 0,28 persen, ke 5.712,69, dan Nasdaq Composite turun 59,93 poin, atau 0,33 persen, ke 18.179,98. Dow Jones sempat merosot lebih dari 400 poin sepanjang perdagangan, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq alami fluktuasi.
Jumlah saham yang naik melebihi yang turun dengan rasio 1,37 berbanding 1 di NYSE dan rasio 1,01 berbanding 1 di Nasdaq. S&P 500 mencatat 10 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan empat titik terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 66 titik tertinggi baru dan 128 titik terendah baru.
Adapun volume di bursa AS mencapai 11,31 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,71 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Pemilihan yang berlangsung pada tanggal 5 November 2024 waktu setempat, semakin dinantikan warga AS. Sementara itu kandidat presiden Donald Trump dan Kamala Harris sama-sama berusaha untuk mendapatkan keunggulan di hari terakhir penuh dalam pemilihan yang menurut jajak pendapat sangat ketat. Dibutuhkan waktu beberapa hari untuk menentukan pemenangnya.
Beberapa perdagangan yang dikenal sebagai “Trump trades” terlepas setelah jajak pendapat terbaru menunjukkan Harris, wakil presiden dari Partai Demokrat, unggul di Iowa, yang memicu penurunan nilai dolar AS, imbal hasil Treasury, dan bitcoin. Trump Media & Technology Group ditutup naik 12,37 persen, setelah sebelumnya turun hampir 6 persen.
Seiring dengan jajak pendapat Iowa, peluang kemenangan Harris melawan mantan presiden dari Partai Republik tersebut meningkat di beberapa situs taruhan, yang banyak diikuti oleh pelaku pasar sebagai indikator pemilu.
“Karena kita harus menunggu hingga Kamis atau lebih untuk mengetahui siapa pemenangnya, sayangnya ini akan menjadi minggu yang cukup bergejolak,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research di New York seperti dikutip Reuters.
“Laporan laba berjalan baik, The Fed masih kemungkinan akan menurunkan suku bunga, satu-satunya ketidakpastian yang nyata adalah pemilu, dan semoga itu segera selesai sehingga investor dapat kembali berinvestasi,” sambung Stovall.
Ekonom dan kepala strategi pasar di New York Life Investments Lauren Goodwin menilai para investor kesulitan membaca arah pasar karena sulitnya memprediksi hasil pemilu kali ini. Pemilu AS bukan hanya menentukan presiden dan wakil presiden tetapi juga partai yang akan menguasai Kongres.
“Pemilu kali ini sangat sulit diprediksi. Saya maupun siapa pun tak punya keunggulan untuk menebak hasilnya. Jadi, pergerakan pasar terasa serba tidak pasti,” ungkap Goodwin.
Lebih lanjut obligasi Treasury 10 tahun terakhir turun 6,4 basis poin (bps) menjadi 4,299 persen, setelah sebelumnya turun hingga 10 bps. Perdagangan yang fluktuatif diperkirakan akan berlanjut hingga pemilu diputuskan dan investor lebih jelas tentang kebijakan pemerintah. Imbal hasil 10 tahun telah turun selama lima bulan berturut-turut sebelum melonjak sekitar 48 bps pada bulan Oktober.(*)