KABARBURSA.COM - Industri tekstil di Indonesia sedang dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Sejak awal 2024, semakin banyak perusahaan tekstil yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dinyatakan pailit. Bahkan, raksasa tekstil Indonesia yaitu PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, ikut terkena imbasnya.
Tetapi, di tengah ketidakpastian ini, Senior Equity Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia Ezaridho Ibnutama, optimistis industri tekstil dalam negeri bisa bangkit. Sebab, menurut dia, kemungkinan itu berkaca dari komitmen pemerintah yang ingin membantu Sritex pulih dari kepailitannya.
"Sebenarnya, Presiden Prabowo Subianto masih ingin menyelamatkan industri tekstil, baik dengan cara memberikan stimulus hingga diregulasi atau importation restrictions (pembatasan impor)," kata Ezar kepada Kabarbursa.com, Senin, 4 November 2024.
Ezar pun tidak menyangkal jika kondisi industri tekstil di Indonesia saat ini memang tidak baik-baik saja. Pasalnya, masih banyak perusahaan lokal yang belum bisa bersaing dengan produk-produk impor.
Akan tetapi, menurutnya masih ada perusahan tekstil yang sehat dan bisa bersaing, yaitu PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) dan PT Trisula International Tbk (TRIS).
"Dua emiten yang masih sehat di industri tekstil yaitu BELL sama TRIS," ujar Ezar.
Untuk melihat sehatnya BELL dan TRIS, mari lihat kinerja keuangannya di kuartal ketiga tahun ini!
BELL sukses mempertahankan pertumbuhan stabil pada kuartal III-2024. Emiten penyedia kain, seragam, dan fashion ini membukukan peningkatan penjualan Rp426,36 miliar, meningkat 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
BELL juga mencatatkan kenaikan laba sebesar 5 persen, menjadi Rp12,82 miliar dari yang sebelumnya hanya Rp12,16 miliar.
Perlu diketahui, seluruh segmen bisnis BELL memberikan kontribusi positif selama kuartal ini. Salah satunya ialah segmen manufaktur yang menjadi kontributor terbesar dengan Rp222,68 miliar, naik 31 persen YoY (year on year).
Kemudian ada segmen seragam, yang mengalami kenaikan sebesar 29 persen YoY menjadi Rp69,43 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini.
Sedangkan di segmen distribusi, membukukan kenaikan tipis 1 persen, dari Rp139,40 miliar menjadi Rp141,05 miliar kuartal ini. Sementara segmen retail turut naik 11 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, menjadi Rp130,45 miliar.
Dengan kinerja yang terbilang apik pada kuartal III-2024, perseroan pun optimistis bisa mencapai pertumbuhan top line 15 persen hingga akhir tahun 2024.
Direktur Utama BELL Karsongno Wongso Djaja, sangat mengapresiasi seluruh segmen yang sudah menyumbangkan kinerja positif pada kuartal ini.
"Kami percaya, bahwa pertumbuhan kinerja keuangan yang baik juga didorong oleh produk yang diproduksi perseroan, sehingga loyalitas pelanggan dapat tetap dipertahankan," ucap Karsongo dalam keterangan resminya, dikutip Senin, 4 November 2024.
Di lain sisi, pada perdagangan saham hari ini, saham BELL dibuka pada harga Rp71, sama dengan harga penutupan sebelumnya. Sepanjang sesi perdagangan, saham ini sempat mencapai harga tertinggi di Rp71, namun akhirnya ditutup di level terendah harian, yaitu Rp68 per lembar. Penurunan tersebut menandakan adanya tekanan jual yang cukup besar terhadap saham BELL.
Volume perdagangan saham BELL juga cukup aktif, dengan 21 ribu lot saham yang berpindah tangan, menghasilkan total nilai transaksi sebesar Rp142,8 miliar. Harga rata-rata perdagangan saham BELL sepanjang hari ini tercatat di Rp69 per lembar, mencerminkan volatilitas harga yang terjadi di antara level tertinggi dan terendah.
Hal serupa juga dialami emiten TRIS yang mencatatkan kinerja gemilang pada kuartal III-2024. Sepanjang sembilan bulan pertama, emiten tekstil dan garmen ini mencatatkan penjualan Rp1,08 Triliun, naik 4 persen YoY dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Laba perseroan juga naik signifikan menjadi Rp95,40 miliar, meningkat 19 pesen YoY. Hal ini tidak lepas dari operasional yang solid dan lebih efisien, hingga lead time produksi yang optimal.
Hal tersebut membuat laba bersih TRIS juga mengalami kenaikan dua digit sebesar 16 persen YoY menjadi Rp62,23 miliar dari sebelumnya Rp53,77 miliar. Pada kuartal yang sama, hampir semua segmen bisnis TRIS mengalami kenaikan.
Segmen manufaktur berkontribusi besar terhadap penjualan Perseroan dengan mencatatkan kenaikan penjualan sebesar Rp881,78 miliar, meningkat 5 persen YoY bandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara, segmen seragam TRIS juga naik menjadi 15 persen YoY dengan total penjualan Rp111,22 miliar.
Adapun penjualan terbesar TRIS berasal dari pasar ekspor. Sebagaimana diketahui, emiten ini memiliki cakupan pasar ekspor sekitar 60 persen ke negara-negara dengan ekspor terbesar seperti Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
Meski secara YoY pada kuartal ini penjualan ekspor turun, namun secara QoQ penjualan ekspor TRIS meningkat 6 persen dari Rp220,6 miliar menjadi Rp233,4 miliar.
Selain itu, TRIS juga membukukan peningkatan penjualan retail sebesar 12 persen, dengan total Rp135,72 miliar dari periode sebelumnya Rp121,70 miliar.
Sementara untuk pasar lokal baik QoQ maupun YoY terlihat adanya peningkatan. Penjualan lokal TRIS pada kuartal ini mencapai Rp444,67 miliar, naik 18 persen YoY dibandingkan periode yang sama sebelumnya Rp376,53 miliar.
Direktur Utama TRIS Widjaya Djohan, mengakui bahwa industri tekstil dan garmen saat ini masih dalam kondisi tidak stabil dan penuh tantangan.
Namun, kata dia, tantangan tersebut justru memperkuat semangat kami untuk memberikan layanan terbaik bagi para pelanggan.
"Bahkan peningkatan penjualan kami membuktikan bahwa permintaan produk kami masih lebih baik dibandingkan industri sejenis yang sedang menurun." kata dia dalam keterangan resmi.
Secara pergerakan saham, TRIS dibuka pada harga Rp181, sesuai dengan harga penutupan sebelumnya, dan sepanjang sesi perdagangan, saham ini sempat menyentuh harga tertinggi di Rp183 per lembar, namun tidak bertahan lama dan kembali stabil di Rp181.
Di sisi terendah, saham ini tidak mencatatkan penurunan lebih jauh dan tetap berada di level yang sama dengan harga pembukaan, yaitu Rp181 per lembar.
Volume perdagangan saham TRIS cukup moderat dengan 297 lot saham yang berpindah tangan, menghasilkan nilai transaksi sebesar Rp5,4 miliar. Harga rata-rata perdagangan saham TRIS hari ini tercatat di Rp182 per lembar, sedikit di atas harga penutupan, yang menandakan adanya aktivitas jual beli yang cukup seimbang di kisaran harga tersebut.
Saham TRIS memiliki batas atas (Auto Reject Atas/ARA) di Rp244 per lembar dan batas bawah (Auto Reject Bawah/ARB) di Rp118 per lembar. Meskipun ada ruang cukup luas bagi pergerakan harga saham, pada sesi ini TRIS tetap bergerak dalam rentang sempit, antara Rp181 hingga Rp183.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.