Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Raih Pendapatan Rp1,42 Triliun, TCPI Hadapi Penurunan Laba 73 Persen

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 November 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Raih Pendapatan Rp1,42 Triliun, TCPI Hadapi Penurunan Laba 73 Persen

KABARBURSA.COM - PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,42 triliun hingga 30 September 2024, meningkat dari Rp1,30 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam laporan keuangan yang dirilis  beban pokok pendapatan turut naik menjadi Rp1,01 triliun dari Rp994,78 miliar, sehingga laba bruto naik signifikan menjadi Rp406,84 miliar dibandingkan Rp308,24 miliar tahun lalu. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 1 November 2024.

Namun, laba sebelum pajak mengalami penurunan, tercatat menjadi Rp27,88 miliar dari Rp95,86 miliar. Hal ini terutama disebabkan oleh rugi penjualan aset tetap sebesar Rp112,12 miliar, yang tidak terjadi pada periode sebelumnya.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp24,18 miliar, menurun dari Rp90,64 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Jumlah liabilitas mengalami peningkatan menjadi Rp1,53 triliun per 30 September 2024, naik dari Rp1,41 triliun pada 31 Desember 2023. Sementara itu, jumlah aset perusahaan juga naik menjadi Rp3,60 triliun dari Rp3,50 triliun pada akhir 2023.

Catatan Peningkatan Pendapatan

PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) mencatat peningkatan pendapatan signifikan hingga Rp895,39 miliar pada periode 30 Juni 2024, naik dari Rp810,02 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Laporan keuangan perseroan yang dirilis Selasa menunjukkan bahwa beban pokok pendapatan juga meningkat menjadi Rp639,76 miliar dari sebelumnya Rp598,43 miliar. Meskipun demikian, laba bruto berhasil naik menjadi Rp255,63 miliar dari Rp211,58 miliar.

Selain itu, laba sebelum pajak juga mengalami peningkatan, mencapai Rp75,05 miliar dibandingkan dengan Rp65,98 miliar tahun sebelumnya. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp72,31 miliar dari Rp62,61 miliar.

Total liabilitas tercatat sebesar Rp1,64 triliun hingga periode 30 Juni 2024, meningkat dari Rp1,41 triliun pada 31 Desember 2023. Sementara itu, jumlah aset perseroan juga mengalami kenaikan, mencapai Rp3,76 triliun hingga akhir Juni 2024, dari Rp3,51 triliun pada akhir Desember 2023.

Peningkatan kinerja keuangan ini mencerminkan strategi perseroan dalam menghadapi tantangan ekonomi dan memperkuat posisi di pasar.

Alokasikan Belanja Modal

PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI), penyedia jasa sewa kapal dan angkutan barang, mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp1,5 triliun untuk tahun ini.

Anton Ramada, Sekretaris Perusahaan Transcoal Pacific, mengungkapkan bahwa dana capex ini akan digunakan untuk menambah armada kapal dan proses docking.

“Untuk tahun 2024, perseroan menganggarkan capex sebesar Rp1,5 triliun. Alokasi capex tersebut ditujukan untuk penambahan armada kapal dan docking,” ungkap Anton dikutip Kamis 18 April 2024.

Pada awal tahun 2024, TCPI telah menambah armada baru melalui anak usahanya, PT Karya Samudera Insani (KSI), dengan membeli satu unit kapal jenis mother vessel bulk carrier.

KSI telah menandatangani memorandum of agreement (MOA) dengan perusahaan di Republik Panama untuk pembelian satu unit mother vessel bulk carrier senilai USD14,8 juta.

Nilai pembelian tersebut tidak melebihi 20 persen ekuitas TCPI, sehingga tidak termasuk transaksi material. TCPI mendanai 80 persen dari pembelian tersebut melalui bank milik pemerintah dan sisanya melalui keuangan internal.

Ketika ditanya tentang rencana penambahan armada di tahun ini, Anton menyatakan bahwa perseroan berencana menambah armada kembali pada kuartal kedua tahun ini.

“Perseroan berencana menambah kapal milik sendiri, termasuk Mother Vessel, Pusher Tug & Barge, serta Tug & Barge,” jelasnya.

Sementara itu, sebagian besar konsumen jasa angkutan TCPI berasal dari perusahaan-perusahaan batubara.

“Hingga saat ini, 97 persen kargo yang diangkut oleh TCPI adalah batubara, sedangkan sisanya 3 persen merupakan jenis kargo lainnya,” tutupnya.

Data Perdagangan RTI Business

Berdasarkan data perdagangan RTI Business yang dikutip, Selasa, 23 Juli 2024, saham EMDE menghijau di semester pertama 2024. EMDE tercatat tumbuh hingga 88,52 persen dengan harga saham rata-rata Rp77 hingga Rp248 per lembar saham.

EMDE juga mencatat volume share sebesar 61,7 juta dengan saham yang diperdagangkan mencapai Rp8,1 miliar di semester awal 2024. Adapun frekuensi perdagangan EMDE sebesar 14,461 di awal semester.

Data Stockbit juga mencatat revenue EMDE sebesar Rp44 miliar dengan gross profit Rp28 miliar. Sementara Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) EMDE berada di level Rp31,40 miliar dengan net income Rp8 miliar.

Begitu juga dengan saham PGJO, menurut catatan RTI Business emiten tersebut juga tumbuh di awal semester 2024 sebesar 7,23 persen dengan harga rata-rata saham sebesar Rp75 hingga Rp94 per lembar.

Dalam satu semester, volume share PGJO tercatat sebesar 310,5 juta dengan saham yang diperdagangkan senilai Rp26,6 miliar. Sementara frekuensi saham yang diperdagangkan sebanyak 26,037. Data Stockbit mencatat revenue PGJO sebesar Rp10 miliar dengan gross profit Rp1 miliar. Sementara net income PGJO Rp7 miliar.

Sementara TCPI, tercatat tumbuh lebih kecil dibandingkan EMDE dan PGJO, yakni sebesar 0,32 persen dengan harga rata-rata Rp6,725 hingga Rp8,650. Di awal semester 2024, volume share TCPI tercatat sebesar 1,3 miliar dengan saham yang diperdagangkan senilai Rp9,9 triliun. Sementara frekuensi saham yang diperdagangkan sebanyak 268,440.(*)