KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan sedikit penguatan di penghujung Oktober 2024 setelah mengalami penurunan selama enam hari berturut-turut.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 4,16 poin atau setara dengan 0,06 persen, mencapai 7.574,01 pada penutupan perdagangan yang berlangsung pada Kamis, 31 Oktober 2024.
Volume total perdagangan saham di BEI mencapai 21,36 miliar dengan nilai transaksi sebesar Rp13,26 triliun. Dalam perkembangan ini, terdapat 294 saham yang mengalami penguatan, 285 saham yang melemah, dan 208 saham yang tidak berubah.
Di sisi lain, investor asing masih tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar dengan total mencapai Rp340,75 miliar pada hari yang sama. Meskipun demikian, ada beberapa saham yang diminati oleh investor asing di akhir bulan ini.
Berikut adalah daftar 10 saham dengan net buy terbesar yang diburu investor asing pada 31 Oktober:
1. PT United Tractors Tbk (UNTR) - Rp115,53 miliar
2. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) - Rp84,97 miliar
3. PT Petrosea Tbk (PTRO) - Rp81,1 miliar
4. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) - Rp52,19 miliar
5. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) - Rp40,28 miliar
6. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) - Rp35,11 miliar
7. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) - Rp29,0 miliar
8. PT MD Entertainment Tbk (FILM) - Rp21,29 miliar
9. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) - Rp15,19 miliar
10. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) - Rp14,83 miliar.
Dan, berikut 10 saham net sell terbesar asing pada Kamis, 31 Oktober 2024:
1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp222,55 miliar
2. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp136,73 miliar
3. PT Astra International Tbk (ASII) Rp108,64 miliar
4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp66,2 miliar
5. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp59,34 miliar
6. PT Indosat Tbk (ISAT) Rp23,45 miliar
7. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp21,94 miliar
8. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) Rp15,4 miliar
9. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp14,56 miliar
10. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) Rp13,04 miliar.
Saham ritel, khususnya non cyclical, saat ini tengah dihadapkan dengan tantangan sulit karena beberapa faktor. Namun, saham di sektor ini diperkirakan mampu bangkit.
Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono, memperkirakan saham ritel non cylical berpeluang mencetak kinerja positif pada akhir tahun ini.
“Sektor ritel jelas, untuk akhir tahun masih potensial,” kata Wahyu kepada Kabar Bursa, Kamis, 31 Oktober 2024.
Wahyu menyadari, saham ritel tengah menghadapi tantangan yang sulit dikarenakan beberapa faktor, seperti banyaknya PHK dan menurunnya kelas menengah. Dengan kondisi seperti itu, konsumer dipastikan sedang tertekan dan hal tersebut secara otomatis berdampak kepada industri ritel.
Meski begitu, Wahyu melihat ada beberapa sentimen yang bisa mendongkrak emiten ritel untuk bangkit dari kesulitan, di antaranya ialah window dressing hingga January efect di awal 2025 mendatang.
Perlu diketahui, window dressing merupakan kegiatan para manajer perusahaan atau emiten untuk memperbaiki portfolio menjelang akhir tahun. Sementara January effect adalah kenaikan harga saham di awal tahun, terutama pada bulan Januari.
“Akhir tahun menjadi peluang bagi konsumen untuk melakukan aksi pembelian karena banyaknya diskon yang ditawarkan,” ujar Wahyu.
Lebih lanjut, ada beberapa saham yang terbilang potensial dari sentimen tersebut, yaitu UNVR, ICBP, MYOR, hingga AALI. Saham-saham itu diprediksi akan memiliki kinerja apik dalam beberapa hari ke belakang.
Hal senada disampaikan Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer. Menurutnya, perusahaan-perusahaan ritel akan segera menemukan momentumnya, yaitu saat menjelang pergantian tahun. Lomba diskon yang diterapkan nantinya sangat menjadi daya tarik bagi konsumen untuk membeli.
“Saham-saham retail ini cenderung untuk mengeluarkan diskon pada periode tersebut,” ujar dia kepada Kabar Bursa, beberapa waktu lalu.
Menurut Khaer, pemberian diskon tersebut berpotensi membuat emiten-emiten ritel meraih revenue pendapatannya pada akhir tahun mendatang.
“Jadi, memang secara kuartal-kuartal atau periode, ada kecenderungan saham-saham retail di akhir tahun memiliki potensi penguatan yang cukup besar dibandingkan dengan periode atau sebelumnya,” ujar dia.
Adapun pada penutupan perdagangan sesi I, Kamis, 31 Oktober 2024, sektor non cyclical terpantau menghijau cenderung stagnan dengan kinerja 0,00 persen. Terdapat saham-saham yang menguat signifikan seperti BTEK (33,33 persen), diikuti SKLT (25,88 persen), dan ADES (4,68 persen).
Sementara itu, program 3 Juta Rumah yang diusung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diyakini akan mendongkrak emiten properti.
Salah satunya adalah PT Pantai Indah Kapuk 2 Tbk (PANI). Emiten properti milik konglomerat Aguan-Salim harga sahamnya melonjak signifikan. Dalam beberapa bulan terakhir saham ini mengalami kenaikan hingga 184 persen, dan berhasil masuk ke dalam daftar 10 besar saham berkapitalisasi terbesar (big caps) di bursa saham Indonesia.
Pada Rabu, 16 Oktober 2024, harga saham PANI melesat dari Rp12.000 hingga di atas Rp13.000 per lembar, padahal di awal tahun hanya sekitar Rp4.000 hingga Rp5.000 per lembar.
“Secara year to date (YTD) dari Januari-Oktober 2024, saham PANI naik 184 persen,” kata pengamat pasar modal Wahyu Laksono.
Kenaikan ini seiring dengan adanya angin segar yang berhembus dari salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran, yakni pembangunan 3 juta rumah yang dikomandoi Kementerian Perumahan dan Kewilayahan Permukiman (PKP).
Bahkan, Sugianto Kusuma, salah satu pemilik PANI yang juga pemilik Agung Sedayu Group, mendapat kepercayaan dari Menteri PKP Maruarar Sirait untuk mengembangkan 2,5 hektar lahan di Tangerang sebagai bagian dari proyek perumahan rakyat.
Wahyu Laksono mencatat bahwa harga saham PANI terus meroket, bahkan sempat mencapai rekor Rp15.550 sebelum stabil di kisaran Rp15.000.
Pencapaian ini tak lepas dari aksi korporasi PT Multi Artha Pratama, entitas gabungan Agung Sedayu Group dan Salim Group, yang mengakuisisi sekitar 90 persen saham PANI melalui private placement, sementara 10 persennya dimiliki publik.
“Terbangnya harga membuat market cap juga naik,” terang Wahyu.
Selain itu, PT Multi Artha Pratama juga melakukan aksi penjualan 14.235.000 lembar saham PANI untuk meningkatkan kepemilikan publik. Langkah ini diharapkan memperbesar volume transaksi dan memperluas partisipasi investor publik di pasar.
“Aksi korporasi tersebut sangat potensial untuk menunjang Volume Transaksi PANI,” ungkap Wahyu.
Saat ini, PANI mencatatkan kenaikan year-to-date (YTD) sebesar 206,12 persen. Wahyu menyarankan strategi hold bagi investor, tetapi mengingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi aksi profit taking yang bisa menekan harga saham.
“Strategi Hold, namun tetap hati hati,” terang dia.
Dia mengungkapkan, jika harga mengalami koreksi ke bawah Rp10.000, buy on weakness bisa menjadi opsi menarik bagi investor yang ingin masuk kembali. Meskipun PANI diprediksi masih bisa mengalami kenaikan harga ke kisaran Rp18.000 hingga Rp20.000, Wahyu tetap menekankan pentingnya kehati-hatian.
"Walaupun masih bisa terus naik ke kisaran 18.000 sampai dengan 20.000, namun investor perlu waspada aksi profit taking. Harga potensi di bawah 10.000 buy on weakness," tandas dia. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.