Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kembang Kempis Emiten Migas kala Rontoknya Harga Minyak Dunia

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 28 October 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Kembang Kempis Emiten Migas kala Rontoknya Harga Minyak Dunia

KABARBURSA.COM - Emiten migas tengah mengalami gejolak yang cukup signifikan. Pada perdagangan Senin, 28 Oktober 2024, harga minyak mentah Brent untuk kontrak Desember 2024 tercatat turun signifikan sebesar -4,2 persen ke level USD72,88 per barel. Penurunan ini terjadi setelah serangan balasan Israel ke Iran pada akhir pekan lalu tidak menyasar fasilitas minyak dan nuklir negara tersebut.

Dengan tidak adanya kerusakan pada infrastruktur minyak Iran, kekhawatiran pasar terhadap potensi disrupsi suplai minyak global dan eskalasi konflik di Timur Tengah menjadi mereda. Hal ini menghapus sebagian besar keuntungan yang sempat diraih minyak selama pekan lalu, di mana harga minyak sempat melonjak hingga +4 persen di tengah ketidakpastian konflik dan pemilu presiden Amerika Serikat.

Penurunan harga minyak kali ini lebih didorong oleh reaksi pasar yang melihat bahwa serangan balasan Israel tidak berdampak pada fasilitas vital seperti minyak dan nuklir di Iran. Pasar minyak sering kali sangat sensitif terhadap ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama ketika menyangkut negara-negara besar produsen minyak seperti Iran. Ketika kekhawatiran atas potensi disrupsi suplai mereda, investor lebih tenang dan melakukan aksi jual, yang kemudian memicu penurunan harga minyak global.

Selain itu, perhatian investor juga sempat tertuju pada ketidakpastian seputar pemilu presiden Amerika Serikat, yang dapat mempengaruhi kebijakan energi AS dan hubungan geopolitik dengan negara-negara produsen minyak.

Bagi Indonesia, penurunan harga minyak dunia ini sangat berpotensi membawa dampak negatif bagi sejumlah emiten migas dan perusahaan penunjang migas. Menurut Hendriko Gani, Investment Analyst Stockbit, seperti dikutip hari ini, ada beberapa perusahaan yang mungkin terdampak antara lain PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA).

Sebagai salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia, Medco Energi terpapar langsung pada fluktuasi harga minyak global. Penurunan harga minyak dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan, terutama dari segmen eksplorasi dan produksi migas. Meskipun Medco memiliki diversifikasi portofolio bisnis, termasuk di sektor pembangkit listrik, volatilitas harga minyak tetap menjadi faktor penentu kinerja keuangan perusahaan.

Sedangkan Elnusa, sebagai penyedia layanan penunjang sektor migas, juga akan terdampak oleh penurunan harga minyak. Berkurangnya aktivitas pengeboran dan eksplorasi migas akibat rendahnya harga minyak dapat mengurangi permintaan terhadap jasa penunjang yang disediakan oleh Elnusa.

Saham MEDC dan ELSA Anjlok

Pada perdagangan hari ini hingga pukul 16:14 WIB, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalami penurunan signifikan sebesar -4,60 persen, atau turun 60 poin ke level 1.245 per saham. Dengan volume perdagangan mencapai 67,5 juta saham, angka ini sedikit di atas rata-rata volume perdagangan harian MEDC yang berada di 61,52 juta saham.

Penurunan harga saham MEDC ini tidak terlepas dari sentimen negatif yang melanda sektor energi global. Harga minyak dunia, yang merupakan komoditas utama bagi Medco Energi, mengalami penurunan tajam hingga -4,2 persen ke level USD72,88 per barel pada perdagangan Senin pagi.

Penurunan harga minyak ini terjadi setelah serangan balasan Israel ke Iran pada akhir pekan lalu tidak berdampak pada fasilitas minyak dan nuklir Iran, yang meredakan kekhawatiran pasar akan terganggunya suplai minyak global.

Meskipun harga saham MEDC saat ini mengalami tekanan, prospek jangka panjang perusahaan masih memiliki potensi yang cukup besar. Medco Energi telah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi pasar yang fluktuatif, terutama melalui diversifikasi portofolio bisnisnya yang mencakup pembangkit listrik dan energi terbarukan.

Selain itu, permintaan energi global diperkirakan akan tetap tinggi, terutama dengan peningkatan konsumsi energi untuk kebutuhan kendaraan listrik (EV), data center, dan kecerdasan buatan (AI). Jika harga minyak kembali menguat, Medco Energi berpotensi mendapatkan keuntungan dari kenaikan pendapatan, yang dapat memulihkan harga sahamnya.

Sama halnya dengan MEDC, saham ELSA hari ini ditutup melemah sebesar -1,67 persen atau turun 8 poin ke level 470 per saham. Saham ELSA dibuka di level 478, sedikit lebih rendah dari harga penutupan sebelumnya di 478, dengan volume transaksi mencapai 398 ribu lot dan nilai transaksi sebesar Rp18,8 miliar.

Saham ELSA diperdagangkan dalam rentang harga 466 hingga 478 pada sesi hari ini, dengan level terendah di 466 dan level tertinggi di 478. Rata-rata harga saham pada hari ini berada di 472, sedikit lebih rendah dari harga pembukaan. Penurunan sebesar -1,67 persen menunjukkan tekanan jual yang cukup signifikan, meskipun saham ini tidak mencapai level batas bawah (auto reject bawah/ARB) di 360.

Total nilai pembelian oleh investor asing tercatat sebesar Rp934,1 juta, sementara nilai penjualan oleh investor asing mencapai Rp4,0 miliar. Hal ini menandakan adanya aksi jual besar-besaran dari investor asing, yang kemungkinan dipicu oleh sentimen negatif dari penurunan harga minyak dunia dan ketidakpastian global di sektor energi.

Meski terpengaruh oleh penurunan harga minyak saat ini, prospek jangka panjang Elnusa masih menarik, terutama jika melihat peran penting perusahaan dalam mendukung eksplorasi dan produksi energi di Indonesia. Pemerintah Indonesia juga terus mendorong pengembangan sektor energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan menjaga stabilitas pasokan energi nasional.

Elnusa, dengan portofolio layanan yang mencakup survei seismik, pengeboran, serta transportasi dan distribusi energi, berada dalam posisi yang baik untuk mengambil manfaat dari peningkatan aktivitas di sektor ini.

Selain itu, diversifikasi bisnis perusahaan di bidang energi terbarukan dan proyek infrastruktur energi juga dapat menjadi pendorong pertumbuhan di masa depan. Ini bisa menjadi katalis positif bagi saham ELSA, terutama jika pasar energi global kembali stabil dan harga minyak menunjukkan tren pemulihan.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.