Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Industri Otomotif Lesu, DRMA Klaim Penjualan 3Q24 Capai Rp4,0 Triliun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 28 October 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Industri Otomotif Lesu, DRMA Klaim Penjualan 3Q24 Capai Rp4,0 Triliun

KABARBURSA.COM - PT Dharma Polimetal Tbk  (DRMA) berhasil meraih penjualan sebesar Rp4,0 triliun pada kuartal III 2024, meningkat 20,3 persen dibanding kuartal sebelumnya (QoQ).

Meski demikian, angka tersebut terbilang menurun sebesar 5,3 persen secara year on year (YoY) dikarenakan pelemahan di industri  otomotif nasional.

Pelemahan industri tersebut bisa dilihat dari penjualan wholesales mobil nasional sepanjang Januari hingga September 2024 yang mengalami tren negatif, dengan penurunan sebesar 16,2 persen YoY menjadi 633.218 unit. Sementara penjualan ritel mobil nasional juga anjlok sebesar 11,9 persen YoY menjadi 657.223 unit.

Presiden Direktur Dharma Polimetal Irianto Santoso, tetap mensyukuri penjualan perusahaan di tengah situasi industri otomotif  di Indonesia yang belum pulih maksimal.

"Patut disyukuri bahwa sekalipun industri otomotif masih dalam situasi yang sulit, tetapi di kuartal ketiga kali ini kinerja Perseroan telah menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan kuartal kedua," ujar dia dalam keterangan yang diterima Kabarbursa.com Senin, 28 Oktober 2024.

Irianto berharap, pemerintahan baru yang telah dilantik beberapa waktu lalu bisa memberi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya bagi industri otomotif.

Di sisi lain, perseroan juga mampu mencatatkan laba usaha yang solid yaitu sebesar Rp548,5 miliar pada kuartal III 2024. Angka ini naik dibandingkan kuartal sebelumnya, sebesar 64,7 persen.

Meski begitu, jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, DRMA mengalami penurunan sebesar 19,7 persen YoY. Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan sebesar Rp412,1 miliar, meningkat 68,8 persen QoQ.

Sementara itu segmen 2W terlihat mendominasi penjualan Perseroan dengan sukses membukukan penjualan hingga Rp2,4 triliun, meningkat 8,0 persen YoY.

Dengan kontribusi terhadap pendapatan yang mencapai 60 persen, segmen 2W konsisten menjadi penggerak utama pertumbuhan penjualan DRMA.

Sedangkan untuk segmen 4W, DRMA berhasil membukukan peningkatan penjualan yang signifikan pada kuartal ketiga dengan total Rp1,1 triliun, meningkat sebesar 20,6 persen QoQ di kuartal ketiga.

Penurunan BI Rate Tak Sanggup Dongkrak Penjualan Otomotif 2024

Diberitakan sebelumnya, pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu, menilai penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen tidak akan mengembalikan pasar industri otomotif seperti tahun lalu. Menurutnya, penurunan ini hanya akan sedikit meningkatkan daya beli masyarakat.

“Penurunan BI Rate sebesar 0,25 persen secara teoritis menurunkan suku bunga kredit dan meningkatkan daya beli masyarakat. Dampaknya mungkin tidak akan terlalu terasa dalam jangka pendek,” kata Yannes kepada Kabarbursa.com, Minggu, 22 September 2024.

Kendati demikian, ia mengapresiasi langkah penurunan suku bunga BI untuk membuat pasar otomotif sedikit bergairah usai keterpurukan pada semester I hingga awal semester II tahun 2024. Tanpa adanya penurunan suku bunga, pasar otomotif diprakirakan tetap berjalan lambat.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan grosir (dari pabrik ke dealer) mobil nasional menurun sebesar 21 persen year on year (yoy), menjadi 334.969 unit pada periode Januari-Mei 2024.

Demikian pula penjualan ritel (dari dealer ke konsumen) mobil nasional juga mengalami penurunan sebesar 14,4 persen yoy, menjadi 361.698 unit.

Pelemahan rupiah membuat harga komponen impor untuk mobil yang dirakit di Indonesia mengalami kenaikan. Akibatnya, harga mobil baru jadi ikut melonjak dan sulit terjangkau bagi masyarakat menengah yang menjadi segmen terbesar di pasar otomotif.

Sementara prospek penjualan mobil pada sisa tahun 2024 akan bergantung dari dinamika berbagai faktor seperti ketidakpastian ekonomi global yang bisa menyulut kenaikan harga energi, sehingga memukul daya beli konsumen dan menghambat pemulihan ekonomi nasional.

Di sisi lain, jika sinyal penurunan suku bunga acuan benar-benar nyata, tentu hal ini akan berdampak pada penurunan suku bunga kredit dan cicilan kendaraan bermotor. Ujung-ujungnya daya beli konsumen akan membaik dan memacu mereka untuk membeli mobil baru.

Pesimisme terkait membaiknya pasar otomotif di Tanah Air pada tahun ini juga datang dari perusahaan pembiayaan atau leasing. Dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah yang lebih parah ketimbang kuartal pertama 2024, akan membuat perusahaan pembiayaan terus melakukan evaluasi karena NPL terus meningkat pada beberapa bulan terakhir.

Evaluasi ini dilakukan karena saat ini perusahaan pembiayaan juga tidak sedang baik-baik saja atau terkena dampak pelemahan rupiah dan berdampak pada peningkatan NPL.

Selain penurunan permintaan kendaraan dan kenaikan harga, pelemahan rupiah juga membuat cost of fund kredit juga akan meningkat. Alhasil pihak leasing akan menahan kredit.

Akibat dari kompleksitas masalah keuangan pada tahun ini, perusahaan pembiayaan pesimistis jika target Gaikindo untuk dapat menjual 1 juta unit mobil tidak akan tercapai. Terlebih lagi, pelemahan rupiah pada taun ini adalah yang terpara sejak tahun 2020.

Pihak leasing juga meyakini bahwa penjualan kendaraan yang sudah eksisting bakal terganjal dengan masuknya mobil-mobil China ke Indonesia. Mobil-mobil China merebut hati pasar dengan harganya yang murah.

Selain itu, penjualan mobil China di Indonesia sudah cukup bagus, karena seperti tidak terdampak pelemahan nilai tukar yang terjadi pada kuartal pertama 2024.

Kendati demikian, Yannes menyebut penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin tetap merupakan langkah yang tepat agar situasi tidak semakin parah.

“Kebijakan ini (penurunan suku bunga) tetap merupakan langkah positif yang dapat membantu mendorong pertumbuhan pasar otomotif dalam jangka panjang,” katanya.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.