Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Meroket Berkat Akuisisi, Barito Pacific Bermain di Tengah Utang

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 27 October 2024 | Penulis: Citra Dara Vresti Trisna | Editor: Redaksi
Meroket Berkat Akuisisi, Barito Pacific Bermain di Tengah Utang

KABARBURSA.COM - Sektor energi dan petrokimia yang kembali menggeliat mendorong PT Barito Pacific Tbk (PTBA) ambil langkah cepat untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan di bidang sejenis dan tidak menutup kemungkinan untuk sektor lainnya.

Analis Komoditas Wahyu Triwibowo mengungkapkan bahwa saham BRPT, kode saham Barito Pacific, menguat usai anak usahanya PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melakukan sejumlah ekspansi.

“Perusahaan ini (TPIA) telah mengakuisisi 80 persen saham Shell dan proses akusisi ditargetkan rampung pada akhir tahun ini. Akuisisi itu diharapkan akan meningkatkan pendapatan TPIA hingga enam kali lipat, mendorong pemulihan yang menguntungkan,” kata Wahyu kepada Kabar Bursa, Sabtu, 26 Oktober 2024.

Begitu juga dengan anak usaha TPIA, seperti halnya Chandra Daya Investasi juga melakukan spin-off yang diyakini membuka nilai serta meningkatkan valuasi TPIA dan BRPT.

“Ekspansi yang terus digalakkan BRPT melalui anak-anak usahanya membuat saham perusahaan milik Prajogo Pangestu ini banyak mendapat perhatian investor,” kata Wahyu.

Menurutnya, BRPT menunjukkan peningkatan harga lebih dari 600 persen sejak tahun 2000. Capaian ini, kata dia, mengungguli banyak perusahaan sejenis. Kendati demikian, pada reli pasar terbaru, BRPT hanya naik 2 persen, tertinggal 12 persen dari pesaingnya.

Menurutnya, sentiment positif BRPT didukung oleh katalis momentum yang signifikan, yakni masuknya salah satu anak perusahaan BRPT yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) ke Indeks FTSE Global Equity.

“Hal ini diharapkan meningkatkan permintaan saham BREN dan mendorong kenaikan harga saham. BREN akan fokus menambah kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan pada sumber panas bumi (geothermal) dan tenaga angin,” ungkapnya.

Kinerja Keuangan BRPT

Berdasarkan laporan kinerja kuartal kedua 2024, BRPT mencatat kenaikan net income mencapai Rp425 miliar, lebih tinggi dari perolehan Q2 2023 sebesar Rp107 miliar.

Tren pendapatan tahunan perusahaan (TTM) yang mencapai Rp41,008 triliun menunjukkan kemampuan BRPT untuk menjaga stabilitas operasional, meski secara year-over-year mengalami penurunan sebesar 15,48 persen.

Kinerja operasional tetap mendukung dengan gross profit margin sebesar 23,42 persen, meski net profit margin masih berada di kisaran rendah, yakni 4,63 persen.

Sementara untuk ROE BRPT pada TTM tercatat hanya 1,82 persen, jauh di bawah standar ideal sebesar 15 persen untuk mendukung pertumbuhan organik perusahaan tanpa utang berlebih. Ini memperlihatkan bahwa perusahaan masih menghadapi tantangan dalam memaksimalkan laba bersih terhadap ekuitas yang dimiliki.

Utang juga menjadi sorotan utama dalam analisis ini, dengan debt-to-equity ratio BRPT yang mencapai 2,63, yang menandakan adanya ketergantungan terhadap pinjaman yang cukup tinggi. Dari total utang jangka panjang sebesar Rp65,72 triliun dan utang jangka pendek Rp8,57 triliun, posisi utang ini menempatkan perusahaan dalam rasio solvabilitas yang berpotensi menantang di tengah dinamika pasar saat ini.

Dari sisi valuasi, Price to Book Value (P/BV) berada di 3,36 kali, relatif mahal jika dibandingkan dengan industri sejenis. Price to Earnings (PE) ratio TTM yang mencapai 184,49 kali juga jauh melampaui standar PE ratio Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berada di 6,91 kali.

Hal ini menandakan harga saham ini sudah diperdagangkan dengan premi tinggi. Meskipun BRPT memiliki PEG ratio TTM yang rendah pada 0,13, menunjukkan pertumbuhan pendapatan per saham (EPS) yang cukup signifikan dalam waktu singkat, pergerakan harga saham ini lebih berisiko untuk investor konservatif yang mengutamakan nilai wajar.

Terkait arus kas, free cash flow (TTM) BRPT tercatat negatif sebesar Rp2,274 triliun, menunjukkan bahwa perusahaan belum berhasil menciptakan arus kas positif dari operasional setelah belanja modal.

Sementara untuk dividen yield BRPT sebesar 0,09 persen dinilai cukup kecil bagi investor yang mencari pendapatan dari dividen.

Pada performa harga saham, BRPT sempat mengalami tekanan, dengan harga saham terkini terdepresiasi hingga -23,94 persen secara year-to-date, berada di level terendahnya dalam 52 minggu di Rp874 dan tertinggi di Rp1,947. Data ini menandakan volatilitas yang cukup tinggi, yang umumnya tidak disukai oleh investor ala Buffett yang mengedepankan kestabilan dan pertumbuhan nilai saham di masa depan.

Secara keseluruhan, saham BRPT masih menunjukkan sejumlah tantangan dari segi profitabilitas dan rasio utang yang tinggi. Bagi investor yang mengedepankan prinsip investasi nilai (value investing), saham ini mungkin membutuhkan perhatian ekstra pada stabilitas arus kas dan rasio utang untuk mencapai fundamental yang lebih kokoh dan layak investasi jangka panjang.

Namun, prospek pertumbuhan di sektor energi terbarukan yang sedang dijajaki oleh BRPT masih membuka peluang bagi investor yang memiliki toleransi risiko lebih tinggi.

Berdasarkan analisis fundamental, saham BRPT menghadapi sejumlah tantangan dalam aspek profitabilitas, manajemen utang, dan arus kas. Valuasi yang tinggi, ROE yang rendah, serta free cash flow yang negatif menambah risiko bagi investor yang mencari kestabilan jangka panjang.

Namun, eksposur BRPT pada sektor energi terbarukan memberikan potensi pertumbuhan menarik bagi investor dengan profil risiko tinggi yang siap menghadapi volatilitas.

Untuk investor jangka menengah yang bersedia menghadapi risiko dan mencari peluang pada sektor energi baru, BRPT mungkin dapat dipertimbangkan, terutama pada saat koreksi harga.

Namun, untuk investor jangka panjang yang lebih konservatif, saham BRPT mungkin kurang ideal karena masih perlu perbaikan dalam hal profitabilitas dan manajemen utang agar mencapai fundamental yang lebih kokoh. (*)