Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Simak Proyeksi IHSG untuk Pekan Depan

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 26 October 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Simak Proyeksi IHSG untuk Pekan Depan

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan positif pada pekan depan. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa sentimen.

Global Markets Strategist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan IHSG pekan depan bakal diterpengaruhi oleh global, salah satunya data inflasi Amerika Serikat.

"Tapi saya lihat sih trennya masih akan terus menurun ya di kisaran level menjadi sekitar 2,3 sampai 2,4 persen year-on-year untuk periode bulan September," ujar dia kepada Kabarbursa.com dikutip, Sabtu, 26 Oktober 2024.

Myrdal menilai kondisi tersebut berpotensi memberi dampak positif terhadap pasar domestik. Apalagi, lanjut dia, data inflasi di Amerika Serikat masih inline dengan tren ekspektasi penurunan suku bunga oleh pelaku pasar.

"Jadi ya kalau kita lihat dengan perkembangan ini ya dampaknya terhadap domestik ya saya rasa masih akan terus positif," ucap dia.

Karenanya, Myrdal memprediksi jika IHSG pada pekan depan masih berpotensi berada di atas level 7.800.

Selain itu, positifnya proyeksi IHSG pada minggu depan juga dipengaruhi oleh perkembangan pasar domestik yang cukup baik. Seperti kebijakan pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan kondisi politik yang stabil.

"Jadi untuk minggu depan ya terutama sampai awal bulan depan kelihatannya IHSG masih akan dalam trend yang positif," jelas dia.

IHSG Turun 0,84 Persen Selama Sepekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan dari 21-25 Oktober 2024 turun 0,84 persen, berakhir di level 7.694,660 dari sebelumnya 7.760,060.

Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam keterangannya menyebutkan, sepanjang pekan lalu investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp617,11 miliar. Meski begitu, sepanjang 2024, investor asing masih membukukan beli bersih senilai Rp40,9 triliun.

“Kapitalisasi pasar Bursa mengalami perubahan sebesar 0,61 persen menjadi Rp12.888 triliun dari Rp12.967 triliun pada pekan sebelumnya,” tulis manajemen BEI.

Di sisi lain, rata-rata volume transaksi harian Bursa juga meningkat sebesar 16,96 persen menjadi 27,31 miliar lembar saham dari 23,35 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.

Peningkatan turut dirasakan oleh rata-rata nilai transaksi harian Bursa sebesar 9,49 persen menjadi Rp11,96 triliun dari Rp10,92 triliun pada pekan sebelumnya.

“Rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa turut mengalami kenaikan sebesar 9,04 persenmenjadi 1,372 juta kali transaksi dari 1,258 juta kali transaksi pada pekan lalu,” tulis manajemen BEI.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah, dengan melemah 21,88 poin atau turun 0,28 persen ke level 7.694,66, pada perdagangan Jumat, 25 Oktober 2024.

Di akhir pekan, IHSG bergerak bervariatif sepanjang hari ini, menurut data perdagangan RTI Business. Level tertingginya, indeks bercokol pada 7.752,66, sedangkan sempat ke level terendah 7.678,17.

Masih mengacu sumber yang sama, mayoritas saham di zona merah hari ini. Totalnya, sebanyak 358 saham jatuh. Sementara itu, 223 saham dan 208 saham masing-masing secara berurutan terpantau menghijau dan mengalami stagnasi.

Berdasarkan data Stockbit, lima saham yang bertengger di top gainers meliputi PT Bank Permata Tbk (BNLI) 24,76 persen, PT Pulau Subur Tbk (PTPS) 24,71 persen, PT Sumber Energi Makmur Tbk (IOTF) 14,68 persen, PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN) 9,78 persen, dan PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) 9,15 persen.

Wall Street Ditutup Beragam

Sementara diberitakan sebelumnya, Wall Street ditutup dengan hasil yang beragam pada Jumat waktu setempat atau Sabtu, 26 Oktober 2024, dini hari di Indonesia. Investor menghadapi kenaikan tajam imbal hasil obligasi Treasury, ketidakpastian pemilu, dan potensi penurunan laju pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve atau The Fed.

Dikutip dari The Street, Indeks Dow Jones Industrial Average turun 259,96 poin atau 0,61 persen, berakhir di level 42.114,40. Sementara itu, S&P 500 melemah tipis 0,03 persen menjadi 5.808,12, dan Nasdaq yang lebih fokus pada teknologi naik 103,12 poin atau 0,56 persen, mengakhiri sesi di 18.518,61, mendekati rekor tertingginya.

Dow dan S&P 500 menghentikan tren kemenangan enam pekan berturut-turut. S&P 500 turun hampir 1 persen selama seminggu, sedangkan Dow anjlok 2,7 persen. Sebaliknya, Nasdaq mencatatkan kenaikan mingguan ketujuh, naik hampir 0,2 persen.

Imbal hasil Treasury yang stabil dan aksi beli oleh investor di akhir pekan membuat pasar saham menguat pada jam-jam awal perdagangan. S&P 500 naik 51 poin atau 0,9 persen, sementara Nasdaq melonjak 273 poin atau 1,48 persen, dengan perhatian tertuju pada laporan pendapatan “Magnificent 7” minggu depan.

“Teknologi masih menjadi sektor andalan untuk pertumbuhan laba dalam beberapa kuartal mendatang, dan kelompok Mag 7 jelas memimpin pertumbuhan ini,” ujar Nancy Tengler, CEO dan CIO di Laffer Tengler Investments.

“Kami yakin Mag 7 tidak akan mengecewakan. Namun, apakah itu akan membuat harga saham unggul, masih harus dilihat,” tambahnya.

Microsoft dan Amazon sempat tertahan karena adanya kekhawatiran mengenai belanja modal yang besar. Namun, setelah semua diperhitungkan, Microsoft diproyeksikan akan menghasilkan Rp74 miliar arus kas bebas, meskipun mengeluarkan Rp45 miliar untuk belanja modal.

Sementara itu, Amazon dan Google diperkirakan masing-masing akan menghasilkan Rp53 miliar dan Rp70 miliar.