KABARBURSA.COM - Indeks dolar menguat pada Jumat, 25 Oktober 2024, setelah mencatat kenaikan empat pekan berturut-turut setelah data ekonomi yang keluar pekan ini menjaga ekspektasi suku bunga The Fed tetap stabil. Investor kini menanti laporan tenaga kerja utama pekan depan.
Dikansir dari Reuters, Sabtu, 26 Oktober 2024, Departemen Perdagangan AS melaporkan pesanan barang modal non-pertahanan, kecuali pesawat, naik 0,5 persen bulan lalu. Angka ini lebih tinggi dari kenaikan 0,3 persen pada Agustus dan melampaui perkiraan ekonom sebesar 0,1 persen.
Sementara itu, laporan terpisah dari University of Michigan menunjukkan sentimen konsumen Oktober naik menjadi 70,5 dari 70,1, di atas perkiraan 69,0. Prospek inflasi satu tahun turun menjadi 2,7 persen, sesuai hasil akhir September.
[caption id="attachment_94915" align="alignnone" width="680"] Bagan garis yang menunjukkan indeks kepercayaan konsumen selama 20 tahun terakhir. Pada bulan Oktober, indeks keseluruhan adalah 70,5, pandangan ekonomi saat ini adalah 64,9 dan ekspektasi untuk masa depan adalah 74,1. Foto: Reuters.[/caption]
Dolar menguat untuk pekan keempat berturut-turut karena data ekonomi positif menurunkan ekspektasi pasar tentang besaran dan kecepatan pemotongan suku bunga The Fed. Hal ini juga mengangkat imbal hasil Treasury AS.
Investor sekarang mengalihkan perhatian ke laporan tenaga kerja pemerintah AS bulan Oktober, yang kemungkinan terpengaruh oleh aksi mogok di Boeing dan dua badai yang melanda wilayah tenggara AS. “Kami melihat ada penyesuaian besar dalam ekspektasi ekonomi AS, dan proses ini sebagian besar telah selesai,” ujar Kepala Strategi Pasar Corpay Toronto, Karl Schamotta.
Menurutnya, kebijakan The Fed kini terlihat lebih masuk akal dan perbedaan suku bunga antara AS dan ekonomi utama lainnya mulai stabil.
Schamotta menambahkan, data tenaga kerja adalah variabel kunci dan laporan pekan depan akan membantu memperjelas apakah angka September yang tinggi adalah anomali statistik atau memang tren yang terjadi. Meski begitu, hasilnya tetap harus dilihat dengan hati-hati.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap beberapa mata uang utama, naik 0,18 persen ke 104,24, dengan kenaikan mingguan 0,74 persen. Euro turun 0,22 persen menjadi USD1,0803.
Di Eropa, survei menunjukkan kepercayaan bisnis di Jerman membaik lebih dari perkiraan. Hal ini mengakhiri penurunan selama empat bulan berturut-turut dan memberi harapan pemulihan ekonomi di akhir tahun. Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde, mengatakan inflasi di zona euro sudah berada di jalur yang benar untuk mencapai target 2 persen tahun depan.
Kebijakan Suku Bunga dan Faktor Geopolitik
Kepala bank sentral Prancis, Francois Villeroy de Galhau, mengatakan ECB akan terus menurunkan suku bunga, dengan tingkat suku bunga simpanan 3,25 persen masih cukup jauh dari tingkat netral.
Dolar juga mendapat dukungan dari meningkatnya ekspektasi kemenangan kandidat Republik Donald Trump dalam pemilu bulan depan, yang diperkirakan akan membawa kebijakan inflasi seperti tarif.
Menurut alat FedWatch dari CME, pasar memperkirakan peluang 95,6 persen untuk pemotongan suku bunga 25 basis poin dalam pertemuan The Fed November, sementara ada kemungkinan 4,4 persen bank sentral akan mempertahankan suku bunga saat ini. Sebulan lalu, pasar sepenuhnya memperkirakan pemotongan setidaknya 25 bps, dengan peluang 57,4 persen untuk pemotongan 50 bps.
Terhadap yen Jepang, dolar menguat 0,26 persen menjadi 152,21, sementara pound sterling turun tipis 0,02 persen ke USD1,2969.
Di Jepang, pemilih akan menuju pemilu umum dengan survei menunjukkan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa bisa kehilangan dominasinya yang sudah bertahan lebih dari satu dekade. Ini berpotensi mempengaruhi rencana kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ).
BOJ dijadwalkan melakukan pertemuan pekan depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga ultra-rendahnya, meski kemungkinan memberi sinyal kebijakan yang lebih sedikit dovish karena meredanya kekhawatiran resesi di AS dan kebutuhan untuk mencegah spekulator menekan yen terlalu rendah. Data juga menunjukkan inflasi inti di Tokyo pada Oktober turun di bawah target 2 persen BOJ untuk pertama kalinya dalam lima bulan, yang bisa jadi tantangan lain bagi kebijakan bank sentral Jepang.
Rupiah Melemah
Nilai tukar Rupiah terhadap USD melemah 60 poin ke level 15.620 selama perdagangan kemarin. Adapun kurs spot naik 5 poin ke 15.615. Penguatan Dolar AS ini didorong oleh ketidakpastian terkait suku bunga AS dan pemilu presiden yang akan datang, sehingga mendorong permintaan terhadap aset safe haven.
Di pasar global, indeks saham Asia-Pasifik bergerak bervariasi, sementara pasar saham Eropa mengalami penurunan karena investor fokus pada laporan kinerja perusahaan dan imbal hasil obligasi AS. Sementara itu, harga minyak mentah mengalami penurunan setelah data menunjukkan peningkatan cadangan minyak mentah AS lebih besar dari perkiraan. Harga emas terus naik, mencapai rekor tertinggi karena meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Di tengah berbagai dinamika ini, pasar saham global dan komoditas tetap berfluktuasi, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter di berbagai negara.
Bursa Asia Menguat Terbatas, Emas dan Dolar AS Naik
Di bursa Asia, pergerakan saham relatif bervariasi pada hari Rabu. Investor cenderung berhati-hati menjelang pemilihan umum di Amerika Serikat yang diprediksi berlangsung ketat. Selain itu, ekspektasi seputar kebijakan Federal Reserve (The Fed) terkait pemangkasan suku bunga turut membebani sentimen pasar.
Saham-saham China dan Hong Kong berhasil mencatatkan kenaikan setelah adanya janji pemerintah untuk memberikan stimulus bagi perekonomian. Namun, ketidakpastian terkait waktu dan cakupan dari langkah-langkah tersebut masih menjadi perhatian utama.
Nikkei di Tokyo justru mengalami penurunan menjelang pemilu Jepang yang akan digelar akhir pekan ini. Indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,3 persen.(*)