Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Dedolarisasi, Peluang Baru Indonesia Setelah Bergabung dengan BRICS

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 25 October 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Dedolarisasi, Peluang Baru Indonesia Setelah Bergabung dengan BRICS

KABARBURSA.COM - Baru-baru ini, Indonesia resmi memulai proses bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Langkah ini dipandang sebagai strategi penting dalam memperkuat posisi Indonesia di kancah global, terutama di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dunia. Salah satu agenda utama yang didorong oleh negara-negara BRICS adalah dedolarisasi, yaitu upaya mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional.

Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam aliansi ini, potensi untuk memperkuat stabilitas rupiah dan hubungan dagang dengan negara mitra pun semakin besar. Lantas, apa sebenarnya dedolarisasi, dan bagaimana dampaknya bagi perekonomian Indonesia?

Dedolarisasi adalah upaya negara untuk beralih dari penggunaan dolar AS sebagai mata uang utama dalam transaksi bilateral. Langkah ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap mata uang AS yang saat ini mendominasi perdagangan internasional. Langkah dedolarisasi menjadi pilihan karena inflasi tinggi dan ketidakpastian global yang terus meningkat.

Salah satu penyebab utamanya adalah defisit neraca pembayaran AS yang memicu volatilitas dolar. Situasi ini membuat beberapa negara memilih mengurangi penggunaan dolar dalam transaksi mereka. Negara-negara BRICS bahkan berencana menciptakan alat pembayaran baru untuk menggantikan dolar AS dan euro. Saat ini, negara-negara tersebut telah menggunakan mata uang lokal mereka untuk transaksi lintas negara.

Pada 2 Mei 2023 lalu, Bank Indonesia menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Bank of Korea. Kedua pihak sepakat memperkuat transaksi bilateral menggunakan mata uang masing-masing. Mereka melihat keuntungan dalam mengurangi ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan antarnegara.

Dedolarisasi juga bukan hanya diusung oleh BRICS. Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, sepakat mengurangi transaksi menggunakan dolar dan menggantinya dengan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT).

Keuntungan Dedolarisasi bagi Indonesia

1. Stabilitas Rupiah

Dedolarisasi membawa keuntungan dengan memperkuat stabilitas rupiah. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan penggunaan mata uang lokal sebagai alat transaksi dapat membuat nilai tukar rupiah lebih stabil. Stabilitas ini penting untuk menarik investasi dan mendukung perdagangan internasional, yang pada akhirnya menguatkan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.

2. Meningkatkan Kerja Sama Dagang

Langkah ini juga mempererat hubungan dagang dengan negara mitra, khususnya di tingkat ASEAN. Ketika ekonomi AS bergejolak, pengalihan fokus ke negara-negara Asia Tenggara bisa membantu menjaga kinerja ekspor. Dedolarisasi lewat kerja sama LCT akan menguntungkan eksportir dan importir karena mereka tidak perlu mengonversi mata uang lokal ke dolar AS.

3. Menghemat Biaya Perdagangan

Menurut Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas), Askar Muhammad, dedolarisasi memberikan fleksibilitas lebih besar dalam kebijakan moneter. Selain itu, perdagangan dengan mata uang lokal dapat mengurangi biaya transaksi dan menghindari risiko fluktuasi nilai tukar.

Dedolarisasi juga meminimalkan manipulasi oleh lembaga keuangan besar, menciptakan checks and balances dalam sistem keuangan global. Upaya ini diharapkan menyelaraskan sistem transaksi internasional dan mendorong persaingan yang sehat antarnegara.

Kelemahan Dedolarisasi bagi Indonesia

Dedolarisasi tidak lepas dari tantangan. Pengamat ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai ada kelemahan dalam penggunaan mata uang lokal untuk membayar kapal asing di jalur perdagangan internasional. Sekitar 90 persen kapal ekspor-impor menggunakan bendera asing, dan mereka lebih memilih dibayar dalam dolar ketimbang mata uang lokal seperti rupiah.

Mata Uang yang Bisa Menggantikan Dolar AS

Dengan berkurangnya penggunaan dolar, beberapa mata uang mulai muncul sebagai alternatif dalam transaksi internasional. Berikut adalah beberapa mata uang yang dianggap potensial untuk menggantikan dominasi dolar AS:

  • Yuan
  • Euro
  • Mata uang BRICS
  • Rupee India
  • Mata uang lokal ASEAN

Dedolarisasi bukan hanya sekadar tren, tetapi strategi untuk menyeimbangkan kembali ketergantungan ekonomi global. Upaya ini memberi kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat posisi rupiah di pasar internasional dan mempererat hubungan dagang regional. Meskipun ada tantangan, dedolarisasi menawarkan peluang stabilitas ekonomi yang lebih besar dan efisiensi perdagangan di masa depan.

Peluang Ekonomi Indonesia dalam BRICS

Dengan pertumbuhan PDB sebesar 5,05 persen dan inflasi stabil di angka 1,8 persen pada September 2024, Indonesia siap memperluas jaringannya di pasar global. Bergabung dengan BRICS dapat memperkuat akses Indonesia ke jaringan perdagangan yang lebih luas, sekaligus menarik investasi di sektor-sektor utama seperti manufaktur, energi, dan pertanian.

Peran Indonesia sebagai pusat manufaktur akan mendapat dorongan besar dari investasi Tiongkok, yang mencapai lebih dari USD40 miliar dalam lima tahun terakhir. Jika bergabung dengan BRICS, peluang kerjasama di sektor ini akan semakin meningkat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang lebih besar.

Analis pasar Octa, Kar Yong Ang, mengungkapkan BRICS memberikan peluang strategis bagi Indonesia untuk memperluas pengaruhnya di perdagangan global. “Dengan hubungan yang lebih kuat bersama negara-negara BRICS, Indonesia dapat mempercepat pengembangan infrastruktur dan energi, meningkatkan posisi ekonominya di kawasan,” jelasnya.

Kerjasama Regional dan Peluang Baru

Keikutsertaan Malaysia dan Indonesia dalam BRICS akan memberikan dampak signifikan bagi kerjasama regional di Asia Tenggara. Integrasi antara BRICS dan ASEAN dapat mendorong penyelarasan kebijakan ekonomi dan perdagangan hingga memperkuat pendekatan kolaboratif terhadap pembangunan ekonomi. Melalui sinergi inisiatif BRICS dengan agenda regional ASEAN, kedua negara ini dapat meningkatkan arus perdagangan dan investasi di sektor teknologi, manufaktur, serta energi hijau.

Sebagai contoh, sektor energi terbarukan yang terus berkembang di Indonesia, dengan target 23 persen energi terbarukan pada 2025, bisa mendapatkan dorongan dari kemitraan dengan BRICS. Malaysia juga dapat menarik minat investasi dari negara-negara BRICS yang ingin memperluas pasar teknologi dan energi di Asia Tenggara.(*)