Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Minyak Dunia Terus Tertekan, Permintaan Menurun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 25 October 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Minyak Dunia Terus Tertekan, Permintaan Menurun

KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia terus tertekan, permintaan pun tampak mulai menurun. Pada perdagangan Jumat pagi, 25 Oktober 2024, harga minyak dunia kembali melemah sekitar 1 persen. Perkembangan geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian jelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), jadi penyebabnya.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 58 sen, atau 0,8 persen, menjadi USD74,38 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat juga mengalami penurunan sebesar 0,8 persen, menyusut 58 sen, menjadi USD70,19 per barel.

Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pergerakan harga minyak ini adalah ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran. Laporan tentang upaya Amerika Serikat dan Israel untuk memulai kembali perundingan gencatan senjata di Gaza, memberikan sedikit harapan bahwa konflik tidak akan semakin meluas, yang pada gilirannya mengurangi premi risiko geopolitik terkait potensi gangguan pasokan minyak.

Pada awal sesi perdagangan, kedua acuan harga minyak sempat melonjak lebih dari USD1 per barel, didorong oleh kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat mengancam infrastruktur energi di kawasan itu, terutama mengingat Iran adalah salah satu pemain penting dalam pasar minyak global.

Namun, pergerakan harga kemudian berbalik arah seiring dengan optimisme mengenai perundingan damai dan laporan bahwa serangan terhadap infrastruktur minyak di kawasan tersebut kemungkinan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Ketegangan di kawasan ini juga telah memberikan pengaruh besar pada harga minyak sebelumnya. Di  awal Oktober, ketika Iran menembakkan rudal ke Israel, harga minyak mentah Brent sempat melambung sekitar 8 persen karena kekhawatiran adanya serangan balasan terhadap infrastruktur minyak Iran. Namun, harga kembali turun sekitar 8 persen pada pertengahan bulan, setelah Israel dilaporkan tidak berencana menyerang infrastruktur energi Iran.

Produksi dan Ekspor Minyak Iran

Menurut data Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Iran, sebagai anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC), memproduksi sekitar 4 juta barel minyak per hari (bph) pada tahun 2023. Ekspor minyak Iran diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 1,5 juta bph pada 2024, naik dari 1,4 juta bph dari tahun sebelumnya.

Peningkatan ini merupakan faktor penting dalam stabilisasi pasokan minyak global, meskipun hubungan Iran dengan berbagai kelompok militan di Timur Tengah tetap menjadi risiko geopolitik yang mengancam pasokan minyak dari kawasan tersebut.

Selain faktor geopolitik, pasar minyak dunia juga dipengaruhi oleh ketidakpastian terkait pemilihan presiden Amerika Serikat yang akan digelar pada 5 November mendatang.

Presiden petahana, Joe Biden, terus mendorong upaya perdamaian di Timur Tengah, termasuk antara Israel, Hizbullah, dan Hamas. Di sisi lain, mantan Presiden Donald Trump dilaporkan unggul tipis atas Wakil Presiden Kamala Harris dalam beberapa pasar taruhan, meskipun jajak pendapat menunjukkan hasil yang terlalu tipis untuk diprediksi.

Trump, yang selama masa kepresidenannya terdahulu mendorong produksi minyak domestik, telah mengusulkan untuk menjadikan Amerika Serikat sebagai pemasok utama minyak dunia. Jika terpilih kembali, kebijakan ini berpotensi menekan harga minyak global, terutama jika produksi minyak AS meningkat secara signifikan.

Permintaan Global yang Lesu

Di tengah ketidakpastian politik dan geopolitik, permintaan global terhadap minyak juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Di Eropa, aktivitas bisnis di zona euro tetap berada dalam kontraksi, sementara permintaan dari dalam dan luar negeri terus menurun. Hal ini tercermin dalam survei yang dirilis Kamis (24/10), yang menunjukkan bahwa meskipun harga hampir tidak mengalami kenaikan, permintaan yang lesu terus membayangi prospek ekonomi.

Situasi serupa juga terjadi di Inggris, di mana optimisme di antara perusahaan-perusahaan domestik menurun tajam menjelang pengumuman anggaran belanja nasional oleh Menteri Keuangan Rachel Reeves. Kekhawatiran tentang prospek ekonomi membuat pasar minyak semakin berhati-hati terhadap potensi penurunan permintaan dari negara-negara maju.

Sementara itu, di Amerika Serikat, data pasar tenaga kerja menunjukkan adanya penurunan tak terduga dalam aplikasi bantuan pengangguran minggu lalu. Namun, jumlah orang yang mengumpulkan tunjangan pengangguran pada pertengahan Oktober mencapai level tertinggi dalam hampir tiga tahun, menandakan semakin sulitnya mencari pekerjaan baru bagi mereka yang kehilangan posisi.

Kondisi pasar tenaga kerja yang melemah ini menambah tekanan terhadap prospek permintaan minyak domestik di Amerika Serikat, terutama jika konsumen mengurangi pengeluaran di tengah ketidakpastian ekonomi.

Penurunan harga minyak dunia ini mencerminkan kombinasi faktor geopolitik dan ekonomi yang saling bertaut. Konflik di Timur Tengah, ketidakpastian menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat, serta melemahnya permintaan global menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga. Di tengah ketidakpastian ini, pasar minyak diperkirakan akan terus berfluktuasi hingga kondisi geopolitik dan ekonomi global menunjukkan arah yang lebih jelas.(*)