KABARBURSA.COM - PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), perusahaan publik yang bergerak di bidang pertanian, mengungkapkan rencana untuk mengajukan pinjaman dana sebesar Rp1,25 triliun dari PT Sarana Agro Investama (SAI), pemegang saham utama perusahaan. Ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas dan kelangsungan operasionalnya.
Harli Wijayadi, Sekretaris Perusahaan JAWA, rencana transaksi ini tidak hanya penting bagi JAWA, tetapi juga mencerminkan kepercayaan SAI terhadap potensi bisnis JAWA di masa depan. Pinjaman yang direncanakan akan diberikan tanpa bunga dan tanpa jaminan, memberikan keuntungan finansial yang signifikan bagi JAWA.
"Dengan nilai pinjaman yang mencapai 126,4 persen dari nilai buku ekuitas berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2024, langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi perusahaan di tengah tantangan likuiditas yang dihadapinya," jelas Harli melalui keterbukaan informasi, Kamis, 24 Oktober 2024.
Dalam beberapa tahun terakhir, JAWA menghadapi kesulitan keuangan, termasuk tingkat likuiditas yang rendah. Menurut laporan keuangan terbaru, perusahaan memerlukan tambahan dana untuk mempertahankan kelangsungan operasionalnya.
"Rencana pinjaman dari SAI diharapkan dapat memberikan kepastian sumber pendanaan dan mendukung kegiatan operasional perusahaan, termasuk pembayaran utang berbunga yang jatuh tempo," kata Harli.
Dengan pinjaman tanpa bunga, JAWA tidak hanya akan mengurangi beban keuangan, tetapi juga mendapatkan fleksibilitas dalam pengelolaan arus kas. Rencana ini akan memungkinkan JAWA untuk beroperasi secara optimal, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam situasi yang penuh tantangan, langkah ini dianggap sebagai solusi yang cerdas dan proaktif.
"Rencana transaksi mencakup opsi pembayaran yang menarik, di mana JAWA dapat menyelesaikan pinjaman melalui konversi menjadi saham atau pembayaran tunai. Pilihan ini memberikan keleluasaan bagi perusahaan dalam mengelola keuangannya, terutama dalam menghadapi fluktuasi pasar dan kebutuhan modal kerja yang dinamis," ujar dia.
Dengan rencana ini, JAWA berkomitmen untuk memperbaiki kinerja finansialnya dan menjaga keberlanjutan usahanya. Perusahaan yakin bahwa langkah ini akan mendatangkan manfaat jangka panjang, termasuk meningkatkan daya saing di industri pertanian.
Sementara itu, SAI, sebagai pemegang saham utama, terus menunjukkan dukungan untuk perkembangan JAWA, yang diyakini akan menghasilkan sinergi positif bagi kedua belah pihak.
JAWA kini bersiap untuk memasuki fase baru dalam sejarahnya, dengan harapan untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan dukungan dari SAI dan strategi yang matang, masa depan PT Jaya Agra Wattie Tbk tampak lebih cerah, menciptakan landasan yang kuat untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam laporan keuangan yang tidak diaudit, PT Jaya Agra Wattie Tbk mencatat pendapatan sebesar Rp405,72 miliar untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka ini mencerminkan penurunan sebesar 9,2 persen dibandingkan dengan Rp446,72 miliar pada tahun sebelumnya. Penurunan ini bisa diindikasikan oleh tekanan kompetitif yang meningkat dan fluktuasi dalam permintaan pasar, yang mungkin memerlukan strategi baru untuk meningkatkan penjualan.
Meskipun penjualan menurun, perusahaan berhasil menekan Beban Pokok Penjualan (COGS) menjadi Rp388,99 miliar, turun 17,1 persen dari Rp469,09 miliar tahun lalu. Hal ini berkontribusi pada laba kotor sebesar Rp16,73 miliar, yang menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan dengan kerugian kotor sebesar Rp22,36 miliar pada tahun sebelumnya.
Rugi usaha perusahaan tercatat sebesar Rp10,45 miliar, jauh lebih baik dibandingkan dengan kerugian Rp49,46 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Perbaikan ini menunjukkan efektivitas dalam pengendalian biaya operasional, meskipun perusahaan masih menghadapi kerugian pada tingkat operasi. Selain itu, rugi bersih perusahaan berkurang menjadi Rp122,30 miliar, menandakan adanya pemulihan yang patut dicatat.
Satu area yang perlu menjadi perhatian adalah arus kas dari aktivitas operasi yang mencatatkan kas bersih sebesar Rp94,78 miliar, meningkat dari Rp87,56 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan tantangan dalam menghasilkan arus kas positif dari aktivitas operasional inti, yang dapat berpotensi menimbulkan masalah likuiditas di masa depan.
Saham JAWA mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Kamis, 24 Oktober 2024, ditutup pada harga Rp119 per lembar saham, turun sebesar 5,56 persen atau 7 poin dari harga penutupan sebelumnya di Rp126. Penurunan ini mencerminkan tekanan jual yang cukup besar di tengah sentimen pasar yang kurang mendukung.
Volume perdagangan hari ini tercatat sebesar 4,58 juta lot, lebih rendah dibandingkan volume rata-rata harian sebesar 7,08 juta lot. Penurunan volume ini mengindikasikan minat investor terhadap saham JAWA cenderung menurun, sejalan dengan tekanan harga yang dialami sepanjang hari. Dengan frekuensi perdagangan yang mencapai 490 kali dan total nilai transaksi sebesar Rp554,8 juta, aktivitas perdagangan pada saham ini tetap cukup aktif meski volume perdagangan lebih rendah.
Dalam perdagangan hari ini, saham JAWA dibuka pada harga Rp126, yang juga merupakan harga tertingginya pada hari ini. Namun, aksi jual mendorong harga saham hingga ke level terendah di Rp116 sebelum kembali stabil di Rp119 menjelang penutupan. Harga rata-rata transaksi berada di kisaran Rp121, menunjukkan bahwa fluktuasi harga terjadi dalam rentang yang relatif sempit.
Batas pergerakan harga tertinggi (Auto Reject Atas/ARA) saham JAWA ditetapkan pada Rp170, sementara batas bawah (Auto Reject Bawah/ARB) berada di Rp82. Meskipun harga saham menurun, pergerakan masih jauh dari batas ekstrem tersebut, menunjukkan bahwa volatilitas masih dalam batas wajar. (*)