KABARBURSA.COM - Bank Central Asia (BBCA) menunjukkan kinerja yang solid dan mengesankan pada kuartal ketiga tahun 2024 (3Q24). Dengan pertumbuhan laba bersih yang positif dan berbagai indikator keuangan yang solid, Stockbit Sekuritas dalam risetnya yang dipublikasikan Kamis, 24 Oktober 2024, menyoroti berbagai faktor yang mendukung hasil positif ini, termasuk pertumbuhan kredit, peningkatan Net Interest Margin (NIM), serta terjaganya kualitas aset.
Pada 3Q24, laba bersih BBCA tercatat sebesar Rp14,2 triliun, mengalami peningkatan sebesar 1,4 persen secara kuartalan (QoQ) dan 16 persen secara tahunan (YoY). Selama sembilan bulan pertama tahun 2024 (9M24), laba bersih mencapai Rp41 triliun, meningkat 12,8 persen YoY dan melampaui ekspektasi pasar, yang setara dengan sekitar 76 persen dari estimasi konsensus untuk tahun fiskal 2024 (FY24F).
Pertumbuhan laba bersih ini didorong oleh peningkatan PPOP (Pre-Provision Operating Profit) dan pengelolaan yang efisien terhadap biaya operasional.
Meskipun pertumbuhan kredit pada 9M24 melandai menjadi +14,5 persen YoY, BBCA masih menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan guidance awal manajemen yang berada di kisaran +9–10 persen untuk FY24. Dengan kekuatan yang terus berlanjut di segmen korporasi, manajemen BBCA telah meng-upgrade proyeksi pertumbuhan kredit FY24 menjadi +10–12 persen.
Ini menunjukkan optimisme yang kuat terhadap permintaan kredit di berbagai sektor, yang didorong oleh kebutuhan investasi dan pembiayaan yang terus meningkat.
Net Interest Margin (NIM) BBCA mengalami peningkatan yang signifikan, tercatat mencapai 5,8 persem selama 9M24, melampaui target awal manajemen yang berada di kisaran 5,5–5,6 persen. Peningkatan ini dipicu oleh pergeseran komposisi asset mix, di mana BBCA beralih dari penempatan di Bank Indonesia ke obligasi pemerintah yang memberikan yield lebih tinggi.
Dengan adanya likuiditas yang terjaga dan CASA Ratio (Current Account Savings Account) yang baik, manajemen juga meng-upgrade guidance NIM FY24 menjadi 5,7–5,8 persen. Hal ini mencerminkan strategi BBCA yang proaktif dalam mengoptimalkan portofolio asetnya untuk meningkatkan profitabilitas.
Meskipun terjadi sedikit peningkatan dalam credit cost (CoC) menjadi 0,6 persen pada 3Q24, realisasi ini masih sejalan dengan proyeksi manajemen yang berkisar di 0,3–0,4 persen untuk FY24.
Kualitas aset BBCA juga menunjukkan perbaikan, dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross yang turun menjadi 2,1 persen dan Loan at Risk (LAR) yang menurun menjadi 6,1 persen. Kualitas aset yang baik ini mencerminkan efektivitas BBCA dalam mengelola risiko kredit, terutama dalam menghadapi tantangan ekonomi yang mungkin muncul.
Jadi, secara keseluruhan, kinerja Bank Central Asia pada 3Q24 menunjukkan hasil yang sangat positif, didorong oleh pertumbuhan kredit yang kuat, peningkatan NIM, dan terjaganya kualitas aset. Dengan proyeksi yang lebih optimis dari manajemen terhadap pertumbuhan kredit dan NIM, BBCA tampaknya berada di jalur yang tepat untuk mencapai hasil yang lebih baik di tahun 2024.
Langkah-langkah strategis yang diambil untuk mengelola risiko dan mengoptimalkan portofolio aset memberikan sinyal positif bagi para investor dan pemangku kepentingan.
Dengan hasil yang melebihi ekspektasi, Bank Central Asia tetap menjadi salah satu bank yang paling diminati di pasar Indonesia. Kinerja yang solid dan strategi yang bijak dalam menghadapi tantangan ekonomi memberikan kepercayaan lebih kepada investor untuk terus memperhatikan perkembangan bank ini ke depan.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan entitas anak berhasil mencatatkan laba bersih mencapai Rp41,1 triliun hingga September 2024 dengan kenaikan 12,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Hasil triwulan III ini ditopang oleh ekspansi pembiayaan yang berkualitas serta kenaikan volume transaksi dan pendanaan.
Berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit hingga 30 September 2024, BBCA juga membukukan kenaikan total kredit sebesar 14,5 persen yoy, mencapai Rp877 triliun.
“Pertumbuhan kredit yang dicatat hingga September 2024 mencerminkan komitmen BCA untuk mendukung perkembangan perekonomian nasional. Kami juga melihat adanya permintaan kredit konsumer yang kuat, yang terlihat dari penyelenggaraan BCA Expoversary 2024 dan BCA Expo 2024 yang berhasil mengumpulkan lebih dari Rp78 triliun dalam aplikasi KPR dan KKB,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers secara daring, Rabu, 23 Oktober 2024.
Dalam acara lain, Jahja menambahkan bahwa BBCA menyelenggarakan BCA UMKM Fest 2024 yang dihadiri oleh lebih dari 1.700 tenant pengusaha lokal sebagai bagian dari inisiatif BCA Bangga Lokal dan UMKM binaan Bakti BCA, menawarkan berbagai produk seperti makanan, minuman, fesyen, serta kebutuhan lainnya yang diproduksi di Indonesia. Selain itu, BCA Wealth Summit 2024 mencatatkan lebih dari 2 juta pengunjung, baik secara daring maupun luring.
Pada September 2024, penyaluran pembiayaan didominasi oleh kredit korporasi, yang tumbuh 15,9 persen yoy menjadi Rp395,9 triliun. Kredit komersial juga mengalami peningkatan, naik 11,8 persen yoy menjadi Rp135,3 triliun, sedangkan kredit UKM tumbuh 14,2 persen yoy mencapai Rp120,1 triliun.
Adapun total portofolio kredit konsumer meningkat 13,1 persen yoy menjadi Rp216,5 triliun, didorong oleh pertumbuhan kredit perumahan rakyat (KPR) yang mencapai 10,7 persen yoy menjadi Rp130,4 triliun, serta KKB yang tumbuh 17,9 persen yoy menjadi Rp64,1 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lainnya, yang sebagian besar terdiri dari kartu kredit, juga meningkat 15,0 persen yoy, mencapai Rp21,9 triliun.
Sektor-sektor berkelanjutan, sambung Jahja, juga menunjukkan pertumbuhan, dengan penyaluran kredit yang meningkat 10,7 persen yoy, mencapai Rp214 triliun per September 2024, berkontribusi sekitar 24,3 persen dari total portofolio pembiayaan.
“Komitmen BCA untuk menerapkan nilai-nilai Environmental, Social, and Governance (ESG) tercermin dalam gedung Wisma BCA Foresta, yang mendapatkan sertifikat Green Mark Super Low Energy Building dari Building and Construction Authority Singapura, menjadi yang pertama di Indonesia berkat efisiensi operasional yang sangat baik,” ungkap dia.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.