Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Analis Beri Rekomendasi Positif Saham WINS, Sejalan dengan Swasembada Energi?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 23 October 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Analis Beri Rekomendasi Positif Saham WINS, Sejalan dengan Swasembada Energi?

KABARBURSA.COM - Saham WINS, PT Wintermar Offshore Marine Tbk, emiten kapal di sektor minyak dan gas (migas), menunjukkan performa yang sangat positif pada sesi I perdagangan Rabu, 23 Oktober 2024. Sejumlah analis menaruh rekomendasi "beli" atau "buy" pada saham WINS hari ini.

Berdasarkan data perdagangan Stockbit, harga saham WINS menguat sebesar 6,86 persen. Data terakhir mencatat WINS diperdagangkan pada level Rp545, meningkat Rp35 dari penutupan sebelumnya.

Pada awal perdagangan, saham WINS dibuka pada harga Rp510, sejalan dengan harga penutupan sebelumnya yang juga tercatat di level yang sama. Namun, saham ini segera mencatatkan pergerakan yang kuat, mencapai titik tertinggi hari ini di Rp550. Artinya, WINS mampu mempertahankan momentum positifnya di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi.

Rita Efendy, Founder Indonesia Investment Education (IIE), mengatakan jika WINS menembus resisten (break resistance) di Rp510 dengan volume besar, maka akan terjadi kenaikan lanjutan. Namun, investor perlu mengambil langkah stoploss jika harga menembus di bawah Rp510.

"Kenaikan lanjutan akan menuju target inverted head and shoulders di 600," jelasnya, Rabu, 23 Oktober 2024.

Volume perdagangan saham WINS pada sesi ini mencapai 27,22 juta lembar, jauh di atas rata-rata volume harian yang tercatat sebesar 7,68 juta lembar. Hal ini menunjukkan adanya minat yang tinggi dari para investor, yang berpotensi dipicu oleh optimisme terhadap prospek perusahaan di sektor maritim.

Meskipun saham WINS mengalami penurunan di level terendah hari ini sebesar Rp505, kekuatan penutupan di atas Rp540 menunjukkan bahwa investor tetap memiliki kepercayaan yang tinggi. Harga rata-rata selama sesi ini tercatat di Rp533, mengindikasikan stabilitas harga di sekitar level ini.

Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi "beli" pada WINS dengan target harga Rp760. Namun risiko utama termasuk penurunan tarif sewa dan tingkat pemanfaatan.

Selain itu, BRI Danareksa Sekuritas mengharapkan kinerja laba yang lebih kuat untuk WINS pada paruh kedua tahun 2024 dan tahun fiskal 2025. "Harapan ini kami taruh setelah kami mengunjungi WM Mentawai PSV yang baru saja diakuisisi oleh WINS, yang saat ini sedang menjalani pengujian kemampuan kapal," jelasnya dalam laporan terbaru.

Yang terpenting, BRI Danareksa Sekuritas menegaskan, kinerja terbaik ini berasal berasal dari tarif sewa yang lebih tinggi dan kapal-kapal baru yang diakuisisi.

Adapun Rita juga menyoroti soal sektor migas yang masih akan menjadi fokus utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, akan ada antisipasi kebijakan pro-investor untuk sektor tersebut.

Soalnya, Prabowo menegaskan komitmennya untuk mencapai swasembada energi dalam lima tahun ke depan. “Kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi,” kata Prabowo dalam pidato perdananya sebagai Presiden Republik Indonesia, di Gedung MPR/DPR, Jakarta Pusat, Minggu, 20 Oktober 2024.

Lebih lanjut, menurut Rita, PT Wintermar Offshore Marine Tbk dan sejumlah emiten sektor tersebut akan mendapatkan katalis positif. "MEDC, ELSA, WINS, dan ENRG memprioritaskan peningkatan tingkat produksi minyak dan melakukan amandemen terhadap undang-undang migas dengan ekspektasi bahwa proses legislasi ini akan berjalan lebih cepat dari perkiraan," ungkap Rita.

Ia menambahkan, peraturan baru ini diharapkan akan mencakup beberapa insentif, seperti menurunkan bagian pendapatan pemerintah dan memberikan keuntungan lebih baik bagi investor.

Dengan demikian, pergerakan positif saham WINS ini bisa jadi didorong oleh berita baik terkait pengembangan perusahaan dalam industri maritim, termasuk proyeksi pertumbuhan yang optimis dan peningkatan permintaan untuk layanan offshore seiring dengan pemulihan sektor energi global.

Tantangan Swasembada Energi

Pakar Ekonomi Energi Universitas Padjadjaran, Yayan Satyakti, mengatakan pemahaman mengenai swasembada di Indonesia masih mengacu pada konsep pasar domestik. Menurutnya, target swasembada yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pelantikannya merupakan tantangan besar.

Dalam pidatonya kemarin, Prabowo menegaskan komitmennya untuk mencapai swasembada energi dalam lima tahun ke depan. Namun, Yayan berpendapat, konsep swasembada energi di Indonesia saat ini masih didominasi oleh pandangan pasar domestik, yang cenderung fokus pada ketersediaan energi dengan harga terjangkau dan aksesibilitas energi bagi masyarakat.

Yayan mengatakan pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan energi sebagai barang krusial bagi publik. Dengan begitu, dia menilai swasembada energi tidak sekadar menyediakan barang, melainkan juga keterjangkauan harga.

“Kewajiban pemerintah untuk menyediakan energi sebagai barang publik menjadi hal yang sangat krusial. Sehingga tujuan Swasembada Energi ini yaitu pemerintah mampu menyediakan pasokan energi secara mudah dan murah,” kata Yayan saat dihubungi  Kabarbursa.com, Senin, 21 Oktober 2024.

Dalam ilmu ekonomi, tutur Yayan, swasembada energi akan bergantung pada banyaknya supply. Untuk menyiasati hal tersebut, dia berujar pemerintah perlu menyediakan beragam pasokan energi agar harga yang dipatok tidak terlalu tinggi, sebagaimana konsep accessibility.

Yayan menilai upaya tersebut dapat dipacu dengan meningkatkan investasi dalam program Just Energy Transition Partnership (JETP). Salah satunya, menurut dia, adalah dengan memperbaiki kualitas distribusi listrik untuk menurunkan angka System Average Interruption Frequency Index (SAIFI) dan System Average Interruption Duration Index (SAIDI).

“Artinya ketika keandalan distribusi maka industri akan menggunakan listrik dari PLN yang selama ini biasanya dipenuhi dengan IPP. Sesuai dengan konsep JETP, pasokan listrik Indonesia akan lebih hijau,” katanya.

Dengan peningkatan rantai pasok dan aksesibilitas, Yayan melanjutkan, harga energi diharapkan semakin terjangkau. Dalam skenario ini, nilai konsumsi energi nominal meningkat sementara indeks harga energi cenderung menurun.

“Artinya harga listrik semakin menurun karena pasokan yang semakin meningkat (Merit Order of Energy Availability). Ketika diversifikasi energi semakin banyak biaya energi semakin turun. Walaupun isu ini debatable,” jelas Yayan.

Menurut dia, menekan harga energi semurah mungkin adalah langkah penting untuk mengurangi beban subsidi, sekaligus meningkatkan akses masyarakat terhadap energi bersih seiring dengan penurunan emisi di sektor energi. Namun, ia mengingatkan bahwa inovasi dalam teknologi pembangkit harus tetap berfokus pada efisiensi dan produktivitas, meskipun biaya energi menjadi lebih murah.

“Biaya inputnya semakin menurun, sedangkan outputnya at least tetap. Artinya teknologi pembangkit harus kompetitif (Low cost input and high emission reduction) sehingga setidaknya terjadi penghematan sumberdaya input, sehingga menurunkan emisi dan meningkatkan output,” paparnya.

Yayan juga mencatat bahwa teknologi pembangkit yang lebih efisien memang membutuhkan biaya investasi yang lebih besar dibandingkan teknologi konvensional. Walaupun pembiayaan ini termasuk dalam komitmen JETP, pemerintah tetap perlu menambah anggaran untuk mengembangkan sektor energi secara mandiri.

“Jika kita lihat pembiayaan berdasarkan konsep JETP, pembiayaan JETP tidak bersifat one stop solution tetapi berdasarkan project prototipe di mana pemerintah Indonesia dapat mengembangkan energi tersebut secara mandiri. Jadi perlu biaya tambahan lagi,” katanya. (*)