KABARBURSA.COM - Harga emas dunia melonjak lebih dari 1 persen pada Selasa, 22 Oktober 2024, mencapai rekor tertinggi baru. Lonjakan ini dipicu oleh permintaan aset safe haven yang meningkat, seiring ketidakpastian pemilu Presiden Anerika Serikat (AS) dan konflik di Timur Tengah. Selain itu, ekspektasi pelonggaran moneter turut memperkuat kenaikan harga emas.
Emas spot naik 1,08 persen ke level USD2.749,01 per ons, mencatatkan rekor tertinggi terbaru. Sementara, kontrak berjangka emas AS meningkat 0,6 persen menjadi USD2.754,3.
Sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik lebih dari 32 persen dan berkali-kali mencapai puncak tertinggi. Sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, emas semakin diminati. Rendahnya suku bunga turut memperkuat daya tarik logam mulia ini sebagai investasi.
“Ketegangan geopolitik adalah pendorong utama. Dua minggu menjelang pemilu AS, persaingan ketat membuat ketidakpastian politik semakin tinggi, sehingga mendorong minat pada safe haven seperti emas,” kata Peter A Grant, Wakil Presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Grant menambahkan, bila konflik di Timur Tengah terus memanas, harga emas bisa menembus USD3.000 sebelum akhir tahun. Namun, ia lebih memperkirakan kenaikan tersebut terjadi pada kuartal pertama tahun depan. Pelonggaran moneter oleh banyak bank sentral besar juga menjadi faktor pendorong kenaikan harga emas.
Di sisi lain, hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan Wakil Presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, unggul tipis dengan 46 persen suara atas mantan Presiden Donald Trump yang memperoleh 43 persen. Ketidakpastian hasil pemilu Presiden AS, terutama setelah Kamala Harris resmi maju sebagai kandidat dari Demokrat, turut mendukung kenaikan harga emas, menurut analis BNP Paribas.
Secara teknikal, Indeks Kekuatan Relatif (RSI) emas saat ini berada di angka 74, menandakan harga emas telah memasuki area ‘overbought’ atau jenuh beli.
Tak hanya emas, perak juga mengalami lonjakan harga sebesar 2,8 persen, mencapai USD34,72 per ons, yang merupakan level tertinggi sejak akhir 2012. Menurut Han Tan, Kepala Analis Pasar di Exinity Group, perak diperkirakan bisa menembus USD35 sebelum hari pemilu pada 5 November, asalkan situasi positif bagi logam mulia tetap terjaga.
Sementara itu, logam mulia lain juga mencatatkan kenaikan. Platinum naik sekitar 2,6 persen ke USD1.029,10 per ons, dan palladium menguat 2,2 persen, mencapai USD1.074,38 per ons.
Pada perdagangan Senin, 21 Oktober 2024, emas dunia mengambil napas setelah mencatat lonjakan ke rekor tertinggi. Kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS atau Treasury dan penguatan dolar berhasil menahan dorongan yang seharusnya datang dari meningkatnya ketidakpastian seputar pemilihan presiden AS dan konflik di Timur Tengah.
Seperti dikutip dari Reuters, harga emas spot tidak banyak berubah di USD2.723,25 per ons, setelah mencapai rekor USD2.740,37 sebelumnya. Kontrak emas berjangka AS ditutup naik 0,3 persen di USD2.738,9.
“Imbal hasil Treasury 10-tahun bergerak jauh lebih tinggi, indeks dolar juga menguat. Itu menekan harga emas,” kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Imbal hasil Treasury 10-tahun acuan naik ke level tertinggi dalam 12 minggu, sementara indeks dolar menguat, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
Bullion, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian politik dan ekonomi, telah naik lebih dari 32 persen tahun ini, memecahkan beberapa rekor, karena pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, yang dikombinasikan dengan permintaan aset aman, menciptakan kondisi ideal bagi emas.
“Kita semakin mendekati pemilihan AS, tinggal beberapa minggu lagi. Kita juga melihat dinamika geopolitik di Timur Tengah, Israel, Iran, dan berbagai hal lainnya yang mungkin terjadi di balik layar,” kata Pavilonis.
Dengan pemilihan presiden AS yang tinggal lebih dari dua minggu, mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris terlibat dalam persaingan sengit untuk memenangkan beberapa negara bagian yang lebih kompetitif.
Sementara itu, ratusan warga Beirut melarikan diri dari rumah mereka ketika Israel bersiap untuk menyerang situs-situs yang terkait dengan operasi keuangan Hezbollah, yang meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik.
“Kami memperkirakan emas akan mencapai USD2.900 per ons dalam 12 bulan ke depan, didukung oleh pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Fed,” kata analis UBS, Giovanni Staunovo.
Para pedagang sekarang melihat kemungkinan 85 persen bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin pada November.
Harga perak spot naik 0,6 persen menjadi USD33,85 per ons setelah mencapai level tertinggi sejak akhir 2012 pada sesi sebelumnya.
“Kita mungkin akan melihat emas melambat sementara perak mulai meningkat dan mengejar ketertinggalan dengan emas,” tambah Pavilonis.
Platinum turun 0,7 persen menjadi USD1.006,25 per ons. Palladium turun 2,4 persen menjadi USD1.054,07.(*)