KABARBURSA.COM - Sejumlah saham diklaim bakal diuntungkan setelah Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia menjadi negara swasembada pangan dalam beberapa tahun ke depan.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta, target swasembada pangan tersebut bisa menjadi sentimen positif terhadap emiten di sektor pertanian.
Menurut dia, ada dua emiten yang bisa saja dilirik investor, yaitu PP London Sumatra Indonesia (LSIP) dan Astra Argo Lestari (AALI). Kedua emiten ini digadang-gadang bakal tersengat program pemerintahan baru mendatang.
"Jadi, memang di situlah katalis positifnya muncul, khususnya ya terkait dengan kebijakan Prabowo ke depan dalam menjalani swasembada pangan," kata Nafan kepada Kabarbursa.com, Senin, 21 Oktober 2024.
Nafan melihat, dua emiten yang disebutkan tersebut memang terbilang liquid. Selain itu, baik saham LSIP dan AALI mengalami kenaikan harga saham yang signifikan.
Hal senada disampaikan NH Korindo Sekuritas. Dalam risetnya, NHKSI melaporkan dua saham di atas akan tersengat sentimen positif dalam kebijakan swasembada pangan.
AALI memang sedang menunjukan kinerja apiknya. Dalam satu bulan terakhir, emiten ini mengalami pertumbuhan sekitar 3,47 persen. Bahkan saham LSIP menunjukan pertumbuhan yang sangat signifikan yakni 20,51 persen dalam satu bulan terakhir.
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau dikenal dengan Lonsum, bergerak dalam industri perkebunan kelapa sawit dan karet. Didirikan pada tahun 1906 di Medan, Sumatera Utara, oleh Harrisons & Crosfield Plc. awalnya tanamannya adalah karet, teh, dan kakao. Perusahaan ini mulai memiliki perkebunan kelapa sawit pada tahun 1980an. Sejak saat itu, kelapa sawit menjadi tanaman utama perusahaan.
Lonsum melakukan IPO pada Juli 1996. Diakuisisi oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk pada tahun 2007 dan menjadi bagian dari Indofood Group. Saat ini, Lonsum mengoperasikan 12 pabrik kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan; memiliki kantor di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Mengutip data Stockbit hari ini dan menganalisisnya dengan menggunakan metode Warren Buffett, LSIP dapat dianggap sebagai investasi yang berpotensi menguntungkan, terutama jika investor mengutamakan nilai fundamental dan kestabilan. Hal ini dapat dilihat dari data fundamental, valuasi, dan pemahaman tentang perusahaan yang biasa digunakan oleh Warren Buffett.
LSIP merupakan perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang sehat. Hal ini terlihat dari earning per share (EPS) sebesar 175,05. Dengan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, yaitu 503,12 persen yoy di kuartal terakhir 2024, LSIP menunjukkan kemampuannya meningkatkan pendapatannya sebesar Rp4.107 triliun meskipun ada penurunan pendapatan tahunan sebesar 5,94 persen.
Sementara itu, dalam catatan Stockbit, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin,d an Net Profit Margin LSIP masing-masing berada di angka 37,53 persen, 37,40 persen, dan 35,71 persen, menunjukkan efisiensi dalam pengelolaan biaya dan kemampuan untuk menghasilkan laba yang substansial.
LSIP juga menunjukkan bahwa saham mungkin undervalued dibandingkan dengan pasar. Hal ini terlihat dari PE Ratio sebesar 6,66 (TTM) yang lebih rendah dibandingkan dengan PE Ratio median IHSG sebesar 6,93. Ditambah saham ini diperdagangkan di bawah nilai buku, yaitu 0,68.
Dengan harga saat ini, perusahaan mungkin memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Perusahaan juga memiliki likuiditas yang sangat baik dan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. LSIP juga tidak memiliki utang jangka panjang dan perusahaan menghasilkan kas yang cukup setelah belanja modal, yang bisa digunakan untuk ekspansi, dividen, atau investasi lebih lanjut.
Terkait dengan imbal hasil yang baik kepada pemegang saham, perusahaan telah memberikan dividen sebesar Rp39 per lembar saham dengan yield dividen 3,35 persen.
Kenaikan harga saham 30,90 persen year-to-date menunjukkan momentum positif, dan kenaikan 19,49 persen dalam sebulan terakhir menunjukkan minat investor yang meningkat.
Sementara, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) adalah perusahaan terkemuka di sektor pertanian Indonesia, yang telah berkembang dari perkebunan singkong menjadi salah satu pengelola kelapa sawit terbesar dan terbaik di negara ini. Dengan luas total perkebunan kelapa sawit yang mencapai 287.604 hektar, AALI memiliki kehadiran yang signifikan di berbagai daerah, termasuk Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Hingga semester I 2024, struktur pemegang saham AALI didominasi oleh PT Astra International Tbk, yang memegang 61,99 persen dari total saham. Sementara itu, masyarakat umum memiliki 19,71 persen dan sisanya, sebesar 17,69 persen, juga dimiliki oleh PT Astra International Tbk.
Berdasarkan data per April 2024, komposisi pemegang saham AALI menunjukkan bahwa investor lokal mendominasi kepemilikan dengan persentase mencapai 74,4 persen. Investor asing juga menunjukkan minat yang signifikan dengan kepemilikan sebesar 25,6 persen.
Sebagian besar pemegang saham AALI terdiri dari kategori investor individu lokal, di samping itu, perusahaan asuransi asing juga berkontribusi dalam kepemilikan saham perusahaan ini. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan dari berbagai kalangan terhadap prospek dan kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk.
Dengan manajemen yang baik dan komitmen terhadap praktik pertanian berkelanjutan, PT Astra Agro Lestari Tbk terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pelopor dalam industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Keberagaman pemegang saham dan dominasi investor lokal juga mencerminkan stabilitas serta kepercayaan pasar terhadap perusahaan ini.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.