KABARBURSA.COM – PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan PT Gesits Technologies Indo dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menunjukan performa saham yang cukup baik di tengah kemerosotan penjualan di sektor otomotif, terutama untuk penjualan motor listrik.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Sepeda Motor Listrik (Aismoli) Budi Setyadi mengungkapkan, kelesuan penjualan motor listrik terjadi sejak kuota subsidi motor listrik tahun 2024 habis. Menurutnya subsidi menjadi salah satu alasan konsumen menahan pembelian motor listrik.
“Konsumen menunggu pemerintah kembali memberikan subsidi motor listrik. Saat ini kami sedang mengusahakan agar pemerintah kembali mengucurkan subsidi motor listrik,” kata Budi kepada kabarbursa.com, beberapa waktu lalu. Jakarta, Senin 21 Oktober 2024.
Sejak awal motor listrik masuk hingga kini, populasi motor listrik yang terdaftar di Kementerian Perhubungan sebanyak 180 ribu unit. Sementara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan hingga akhir tahun 2024, populasi motor listrik, termasuk motor konversi mencapai 200 ribu unit.
Sementara itu, Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo menuturkan bahwa kedua emiten ini memiliki prospek yang baik di tengah masalah
Wahyu menuturkan, meski sektor otomotif sedang kurang bergairah namun TOBA dan WIKA tetap menunjukkan performa yang cukup baik.
“TOBA kinerjanya mantap. PT TBS Energi Utama Tbk melaporkan kinerja keuangan semester I 2024. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, TBS mencatat peningkatan laba yang signifikan,” kata Wahyu ketika dihubungi kabarbursa.com.
Wahyu mengungkapkan bahwa laba bersih TOBA tumbuh 128,8 persen secara tahunan menjadi USD 40,5 juta dolar AS pada semester I 2024. Pertimbuhan ini didukung kenaikan EBITDA, disesuaikan sebesar 67,1 persen menjadi USD 83,7 juta dolar AS.
Wahyu juga mengungkapkan bahwa kinerja WIKA juga membaik usai bangkit dari kerugian yang cukup besar. “PT Wijaya Karya Tbk telah mengumumkan kinerja keuangan semester I 2024 dengan membalikkan rugi menjadi untung Rp401,95 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang rugi Rp1,88 triliun.
Kinerja saham WIKA dan TOBA pada tahun 2024 menghadirkan perbedaan mencolok, baik dari segi performa keuangan maupun prospek investasi jangka menengah dan panjang. Meskipun keduanya menghadapi tantangan, ada beberapa hal yang membedakan arah investasi masing-masing emiten, serta rekomendasi terkait koleksi saham di masa depan.
WIKA sebagai salah satu perusahaan konstruksi BUMN mengalami tekanan signifikan di tahun 2024. Berdasarkan data terbaru hingga kuartal kedua 2024, WIKA mencatat kerugian besar, dengan total kerugian mencapai Rp4,845 miliar secara TTM.
Angka ini meningkat dari kerugian yang terjadi pada 2023 sebesar Rp7,128 miliar. Kerugian yang berkelanjutan ini disebabkan oleh beban operasional yang tinggi serta tantangan dalam penyelesaian proyek konstruksi di tengah tekanan ekonomi global.
Selain itu, rasio laba per saham (EPS) WIKA juga negatif pada angka -121,51 untuk periode TTM, yang berarti bahwa saham ini masih berada dalam zona kerugian. Di sisi lain, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) perusahaan mencapai 2,87, menandakan ketergantungan tinggi terhadap utang. Solvabilitas yang rendah ini menjadi tantangan besar bagi WIKA dalam jangka pendek.
Namun, performa pada kuartal kedua 2024 memberikan secercah harapan, dengan WIKA berhasil mencatat laba sebesar Rp1,535 miliar. Meski demikian, rasio PE TTM negatif (-3,29) menunjukkan bahwa saham ini masih jauh dari stabil. Dengan capital market yang masih fluktuatif, investor jangka pendek mungkin akan ragu untuk masuk ke saham WIKA dalam waktu dekat.
Sementara saham TOBA menunjukkan performa yang lebih stabil di tahun 2024. Hingga kuartal kedua, TOBA mencatatkan laba bersih sebesar Rp427 miliar secara TTM, meskipun mengalami penurunan dibandingkan laba sebesar Rp902 miliar di tahun 2022.
Perusahaan energi yang berfokus pada diversifikasi bisnis di sektor energi terbarukan ini memiliki rasio laba per saham (EPS) yang jauh lebih baik dibandingkan WIKA, yaitu sebesar 52,32 untuk periode TTM.
Secara valuasi, TOBA memiliki rasio PE yang lebih rendah dan menarik bagi investor, yakni 10,89 (TTM). Dengan tingkat leverage yang lebih terkendali, TOBA mencatat rasio utang terhadap ekuitas sebesar 1,04 pada kuartal kedua 2024, jauh lebih rendah dibandingkan WIKA.
Kondisi ini memberikan prospek positif bagi perusahaan untuk melanjutkan kinerja baiknya di masa mendatang, terutama dengan fokus pada energi hijau yang semakin diminati.
Saat ini, saham WIKA tergolong dalam kategori spekulatif untuk jangka menengah. Meskipun ada perbaikan di kuartal kedua 2024, beban utang yang tinggi dan kondisi proyek yang masih menantang membuat risiko investasi cukup tinggi.
Investor jangka menengah disarankan untuk menunggu hingga adanya perbaikan fundamental yang lebih signifikan, seperti penurunan rasio utang dan peningkatan margin laba operasional.
TOBA juga sedang dalam posisi yang lebih stabil dibandingkan WIKA. Dengan diversifikasi bisnis ke sektor energi terbarukan, TOBA memiliki prospek yang cerah untuk jangka menengah.
Rasio keuangan yang solid dan laba per saham yang positif menjadikan TOBA layak untuk dikoleksi oleh investor yang mencari saham dengan fundamental kuat. Potensi pertumbuhan di sektor energi hijau juga menjanjikan untuk investasi jangka menengah.
Sementara untuk jangka investasi panjang, WIKA memiliki potensi besar, terutama karena peran strategisnya sebagai perusahaan BUMN dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Dengan pemulihan ekonomi dan penyelesaian proyek-proyek besar pemerintah, saham WIKA bisa menjadi pilihan menarik. Namun, investor perlu mempertimbangkan volatilitas dan risiko yang terkait dengan kinerja keuangan saat ini.
TOBA merupakan pilihan menarik untuk investasi jangka panjang, terutama karena peralihan perusahaan ke energi hijau yang semakin populer di tengah dorongan global menuju keberlanjutan.
Dengan laba yang konsisten dan manajemen keuangan yang baik, TOBA memiliki potensi untuk tumbuh secara signifikan dalam jangka panjang. Saham ini bisa menjadi pilihan koleksi yang baik bagi investor yang mencari pertumbuhan stabil dengan risiko yang lebih terkendali.
Berdasarkan analisis kinerja, TOBA lebih unggul dalam hal stabilitas keuangan dan prospek bisnis yang lebih cerah. Sementara itu, WIKA menghadapi tantangan besar dan volatilitas yang lebih tinggi, menjadikannya pilihan spekulatif yang lebih berisiko.
Bagi investor yang menginginkan stabilitas dan pertumbuhan, TOBA adalah saham yang lebih disarankan untuk dikoleksi dalam jangka menengah hingga panjang. WIKA, di sisi lain, bisa menjadi pilihan menarik dalam jangka panjang setelah terjadi perbaikan fundamental yang lebih stabil.(*)