KABARBURSA.COM - Pergantian tahun seringkali membawa perubahan di pasar saham, dan tahun 2024 bukan pengecualian. Analis memperkirakan bahwa sejumlah katalis memiliki potensi untuk mengarahkan rotasi sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selama tahun lalu, sektor infrastruktur memimpin pertumbuhan dengan lonjakan signifikan. IDX Infrastructures, sebagai gambaran, meroket 807,5 poin, meninggalkan sektor lain di belakang. Sementara itu, sektor barang baku (basic materials) menempati posisi kedua dengan pertumbuhan sebesar 751 poin, diikuti oleh sektor keuangan yang naik 307 poin. Sebaliknya, sektor teknologi dan kesehatan menjadi yang paling merosot dengan penurunan masing-masing sebesar 140,7 dan 120,7 poin. Sektor energi, yang bersinar pada tahun 2022, mengalami penurunan sebesar 78,4 poin sepanjang 2023.
Meski demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatat kenaikan sebesar 6,16{83d9da1e9ecde61c764441f7e22858ba4cdb50929b12145c6a911727919b2f20}, mencapai level 7.272,79. Praska Putrantyo, CEO Edvisor Profina Visindo, mengamati bahwa kinerja sektoral dan penguatan IHSG tahun 2023 didorong oleh saham-saham baru yang terdaftar di BEI. Saham-saham ini, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), membawa dampak besar pada kapitalisasi pasar, memberikan bobot signifikan bagi pergerakan indeks, terutama dalam sektor infrastruktur.
Praska menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga oleh The Fed, diikuti oleh Bank Indonesia, dan momentum politik dari Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) akan menjadi katalis penting dalam mengatur pergerakan sektoral saham di BEI tahun 2024. Historisnya, Pemilu dan Pilpres cenderung menjadi katalis positif bagi sektor konsumsi primer.
Sementara itu, sektor properti menarik untuk diamati seiring potensi pemangkasan suku bunga acuan dan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditanggung pemerintah. Ratih Mustikoningsih, Financial Expert Ajaib Sekuritas, menyoroti bahwa sektor ini dapat merasakan dampak positif dari harga soft commodity yang stabil.
Ratih juga menambahkan bahwa sektor barang baku, khususnya saham tambang logam (metal mining), memiliki potensi karena pemulihan ekonomi global dan upaya pemerintah dalam hilirisasi pertambangan.
Sebagai bagian dari strategi perdagangan awal tahun 2024, Ratih merekomendasikan pembelian (buy) untuk saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan target harga Rp 2.650, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan target Rp 3.050, dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan target harga Rp 630. Dia juga merekomendasikan buy on weakness untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BBRI) di area Rp 5.550 dengan target harga di Rp 5.900.
Praska menekankan bahwa pelonggaran kebijakan moneter, suku bunga, dan pelaksanaan Pemilu dan Pilpres akan menjadi faktor utama. Dengan proyeksinya, Praska melihat sektor keuangan, barang baku, konsumsi primer dan non-primer, properti, dan perindustrian sebagai pemimpin potensial di tahun 2024. Sementara itu, saham-saham dari sektor energi, pertambangan, dan teknologi masih tergolong netral karena belum ada katalis pendorong yang kuat di tahun 2024.
Rovandi, Equity Analyst Economist KGI Sekuritas Indonesia, memfavoritkan saham-saham di industri nikel dan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Dia menyoroti tiga segmen utama: bahan baku produk EV, baterai, dan sepedamotor listrik. Pilihan saham termasuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), dan PT Indika Energy Tbk (INDY) di sektor energi. Dari sektor teknologi, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) masuk dalam daftar favorit.
Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia melihat sejumlah sektor potensial untuk tahun 2024. Mereka memberikan rating overweight untuk saham-saham di sektor telekomunikasi, infrastruktur, perbankan, keuangan, properti, transportasi dan logistik, serta ritel pada sektor barang konsumsi. Saham-saham pilihan mereka termasuk TLKM, PT XL Axiata Tbk (EXCL), BBRI, BSDE, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), ERAA, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).
Dengan berbagai proyeksi dan rekomendasi ini, pasar saham Indonesia memasuki tahun 2024 dengan berbagai potensi dan tantangan. Para investor harus memperhatikan secara cermat dinamika pergerakan saham serta mengantisipasi perubahan sektoral yang mungkin terjadi sepanjang tahun mendatang.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.