Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Tren Saham Emiten Energi Tetap Positif di Tengah Fluktuasi Ekspor Batu Bara ke China 

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 16 October 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Tren Saham Emiten Energi Tetap Positif di Tengah Fluktuasi Ekspor Batu Bara ke China 

KABARBURSA.COM - Ekspor batu bara Indonesia ke China mencatatkan tren positif pada September 2024. Tren ini secara langsung berkontribusi terhadap kenaikan saham emiten-emiten batu bara. Meski harga komoditas ini sempat mengalami fluktuasi, pasar batu bara tetap mencatatkan pertumbuhan yang signifikan di pasar ekspor utama seperti China, India, dan Taiwan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan laporan sektor batu bara lainnya, China masih menjadi tujuan ekspor utama bagi batu bara Indonesia. Hal ini berdampak langsung pada pergerakan saham perusahaan-perusahaan seperti PT BUMI Resources Tbk, PT Adaro Energy Indonesia Tbk, serta beberapa emiten lainnya.

Ekspor Batu Bara ke China Tetap Dominan

Menurut laporan BPS, ekspor nonmigas Indonesia yang salah satunya adalah batu bara pada September 2024 mencapai USD20,91 juta. China menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan berkontribusi sebesar USD5,35 juta.

"Ekspor nonmigas September 2024 terbesar adalah ke Tiongkok, yaitu USD5,35 juta, disusul Amerika Serikat USD2,22 juta dan Jepang USD1,55 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,57 persen," demikian laporan BPS.

Sementara itu, merujuk pada data Shanxi Coal, ekspor batu bara Indonesia ke China selama September 2024 naik 16,73 persen atau 45,44 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini juga tercatat 7,62 persen lebih tinggi dibanding bulan Agustus 2024.

Selama sembilan bulan pertama tahun ini, total ekspor batu bara ke China mencapai 388 juta ton, naik 6,1 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Laporan The Coal Hub mendukung hal ini. China tercatat mengimpor 41,3 persen batu bara Indonesia pada periode Januari-Agustus 2024, dengan total volume mencapai 142,8 juta ton, naik 5,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Cina terus menjadi importir utama ekspor batu bara laut Indonesia, menyumbang 41,3 persen dari pengiriman pada Januari-Agustus 2024,” tulis The Coal Hub.

Pertumbuhan ini mencerminkan meski pasar global menghadapi ketidakpastian, China tetap menjadi penggerak utama permintaan batu bara Indonesia. Negeri tirai bambu ini masih menggunakan batu bara untuk mengamankan kebutuhan energinya di tengah transisi energi global.

Sementara itu, ekspor nonmigas ke ASEAN juga mencatatkan angka yang positif, dengan total nilai mencapai USD3,91 juta, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pasar utama Indonesia. Ekspor ke ASEAN menyumbang 18,02 persen dari total ekspor nonmigas selama September 2024. Batu bara, sebagai komoditas nonmigas, tetap menjadi andalan ekspor Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi fosil negara-negara ASEAN yang masih bergantung pada komoditas ini.

Dampak Ekspor pada Saham Emiten Batu Bara

Peningkatan ekspor batu bara, khususnya ke China, tercermin dalam lonjakan harga saham emiten batu bara. Berdasarkan data dari Stockbit, saham PT BUMI Resources Tbk (BUMI) mengalami kenaikan signifikan sebesar 73,42 persen dalam tiga bulan terakhir, dari 79 pada Agustus menjadi 137 pada Oktober 2024. Kenaikan ini dipicu oleh optimisme investor terhadap stabilitas produksi dan permintaan ekspor yang kuat.

Emiten lain yang juga mencatatkan kenaikan adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang naik 34,15 persen selama periode yang sama, dari 2.870 menjadi 3.850. Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 21,74 persen, dengan kontribusi besar dari pasar domestik dan ekspor.

Kemudian saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dalam tiga bulan terakhir menunjukkan pergerakan yang cukup dinamis dengan tren penurunan kecil sebesar 0,39 persen, dari posisi sebelumnya di 26.950 hingga berada di angka 25.850 pada Oktober 2024.

Sebaliknya, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mengalami penurunan 19,12 persen dalam tiga bulan terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh ketidakpastian pasar energi terbarukan yang masih dibayangi oleh fluktuasi permintaan batu bara di pasar global.

Kenaikan harga saham beberapa emiten ini berkaitan erat dengan tingginya permintaan batu bara dari China, India, dan Taiwan, yang mengamankan pasokan energi mereka menjelang musim dingin.

Tantangan dan Pengaruh Cuaca terhadap Produksi

Meski ekspor mengalami peningkatan, produksi batu bara Indonesia sempat terkendala oleh kondisi cuaca buruk. Menurut data Mineral One Data Indonesia, produksi batu bara pada September 2024 tercatat sebesar 65,53 juta ton, lebih rendah dari 68,73 juta ton pada Agustus 2024. Cuaca ekstrem, terutama di Kalimantan, menjadi salah satu faktor penghambat produksi yang berlanjut sejak pertengahan tahun.

Penurunan produksi ini berbanding lurus dengan turunnya ekspor batu bara Indonesia selama September 2024. Data yang sama menunjukkan realisasi ekspor batu bara Indonesia sepanjang September hanya sebesar 34,07 juta ton, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 38,72 ton.

Sekretaris Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Siti Sumilah Rita Susilawati, menjelaskan penurunan produksi di 2024 dipengaruhi oleh cuaca hingga rendahnya permintaan batu bara dari China, serta turunnya produksi di tambang-tambang Indonesia karena sebagian besar wilayah di Kalimantan masih curah hujan tinggi. Faktor cuaca ini tetap menjadi tantangan hingga September 2024, meski proyeksi permintaan global yang meningkat menjelang musim dingin di kuartal keempat 2024 ini diperkirakan akan mengimbangi kendala produksi.

"Mengacu pada kondisi pada bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya, maka kondisi harga batubara masih bisa naik kembali saat China dan India memasuki musim dingin," kata Rita kepada wartawan, Kamis, 8 Agustus 2024, lalu.

Selain China, India juga menjadi pasar yang signifikan bagi batu bara Indonesia. Laporan The Coal Hub menyebutkan, "sekitar 21,4 persen dari total ekspor batu bara Indonesia pada Januari-Agustus 2024 dikirim ke India, dengan peningkatan volume sebesar 20,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu." India yang sebelumnya mengalami penurunan permintaan batu bara, kini mencatatkan rebound signifikan, yang berkontribusi besar terhadap peningkatan total volume ekspor Indonesia.

“Sekitar 21,4 persen ekspor, atau 74,0 juta ton pada Januari-Agustus 2024,” tulis laporan tersebut.