KABARBURSA.COM - Harga emas batangan 24 karat produksi Logam Mulia Antam hari ini, Rabu, 16 Oktober 2024, mengalami kenaikan setelah dua hari berturut-turut turun dari rekor tertingginya.
Harga emas naik Rp3.000 per gram, menjadikan harganya saat ini Rp1.491.000 per gram.
Berdasarkan informasi dari situs resmi Logam Mulia Antam, harga terkecil untuk emas 0,5 gram hari ini berada di angka Rp795.500. Sementara itu, emas dengan berat 10 gram dijual seharga Rp14.405.000, dan ukuran terbesar 1.000 gram atau 1 kg dibanderol Rp1.431.600.000.
Dalam sepekan terakhir, pergerakan harga emas Antam tercatat di kisaran Rp1.478.000 hingga Rp1.495.000 per gram. Sedangkan dalam satu bulan terakhir, harga emas bergerak dalam rentang Rp1.429.000 hingga Rp1.495.000, dengan beberapa kali mencatat rekor.
Untuk harga buyback emas Antam, hari ini juga mengalami kenaikan sebesar Rp3.000 per gram, sehingga berada di level Rp1.341.000 per gram. Buyback adalah harga yang ditetapkan Antam jika Anda ingin menjual kembali emas Anda.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34 Tahun 2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,9 persen. Namun, jika pembeli menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tarif pajak akan dipotong menjadi 0,45 persen.
Berikut adalah rincian harga emas Antam untuk berbagai ukuran per Rabu, 16 Oktober 2024:
Inilah rincian harga emas Antam hari ini, mulai dari 1 gram hingga 1.000 gram.
Harga emas dunia bergerak naik pada Selasa, 15 Oktober 2024, seiring dengan penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Sementara itu, pelaku pasar dengan hati-hati menanti data ekonomi AS untuk memperoleh gambaran lebih jelas terkait langkah pelonggaran moneter yang akan diambil The Federal Reserve (The Fed).
Dikutip dari Reuters, Rabu, 16 Oktober 2024, harga emas spot menguat 0,5 persen menjadi USD2.663,83 per ons pada pukul 18.00 GMT. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga ditutup naik 0,5 persen di level USD2.678,9 per ons.
Penurunan imbal hasil obligasi AS dengan tenor 10 tahun terjadi setelah laporan aktivitas manufaktur di Negara Bagian New York menunjukkan hasil yang lemah. Kondisi ini mendorong daya tarik emas, yang tidak menghasilkan imbal hasil. Di saat yang sama, indeks dolar AS tetap berada dekat level tertingginya dalam lebih dari dua bulan.
“Kami melihat penurunan imbal hasil karena harga obligasi yang menguat, dan ini memberikan stabilitas serta dukungan kecil bagi pasar emas,” ujar Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, David Meger.
Meger menambahkan, saat ini emas berada dalam fase konsolidasi. “Namun, tren positif masih mungkin berlanjut seiring penurunan imbal hasil dan potensi koreksi pada dolar AS,” jelasnya.
Menurut data dari CME FedWatch tools, pasar memperkirakan sekitar 90 persen kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada November mendatang.
Fokus utama pelaku pasar kini tertuju pada data penjualan ritel, produksi industri, serta klaim pengangguran mingguan AS yang akan dirilis pada akhir pekan ini.
Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, juga cenderung diuntungkan dalam situasi ketidakpastian politik dan ekonomi.
Berdasarkan catatan dari Commerzbank, jika laporan media benar dan Israel tidak menargetkan fasilitas minyak serta nuklir Iran dalam serangan balasan yang diantisipasi, maka risiko geopolitik akan mereda, yang berarti dukungan bagi harga emas dari faktor ini juga akan berkurang.
“Kami melihat adanya risiko penurunan harga emas dan memperkirakan harga emas akan berada di level USD 2.600 pada akhir tahun,” tulis Commerzbank dalam laporannya.
Sementara itu, logam mulia lainnya, seperti perak spot, naik 1 persen menjadi USD31,49 per ons. Di sisi lain, platinum turun 0,5 persen menjadi USD988,45 per ons dan paladium melemah 1,6 persen menjadi USD1.012,98 per ons.
Emas tak mampu bersinar usai harga melandai pada Senin, 14 Oktober 2024 setelah China, konsumen bullion terbesar, gagal menerapkan langkah stimulus ekonomi yang luas. Selain itu, reli dolar Amerika Serikat (AS) menuju level tertinggi dalam dua bulan mampu membatasi momentum kenaikan.
Dikutip dari Reuters, harga emas spot turun 0,2 persen menjadi USD2,649.98 per ons, setelah sebelumnya mencapai titik tertinggi dalam lebih dari seminggu. Kontrak berjangka emas AS juga turun 0,4 persen menjadi USD2,665.6.
Dolar AS naik ke level tertinggi sejak pertengahan Agustus, sementara euro melanjutkan penurunannya menjelang pertemuan bank sentral minggu ini. Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures, mengatakan ada banyak hambatan kecil bagi emas, termasuk stimulus China, dolar yang lebih kuat, euro yang lebih lemah, logam dasar yang lebih lemah, dan pengambilan keuntungan.
Rekor kenaikan harga emas dalam beberapa bulan terakhir telah meredakan sentimen investor dan permintaan bullion di China. Dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Data China memiliki dua sisi. Data China yang lemah dapat mengurangi permintaan emas, tetapi perlambatan yang lebih luas di China dapat mengganggu pasar, meningkatkan daya tarik emas sebagai aset aman, kata Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse oleh OANDA.
“Secara keseluruhan, masih ada lebih banyak faktor yang mendukung harga emas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang membebani,” kata Vawda.
Investor juga akan memantau komentar dari pejabat Federal Reserve (The Fed) minggu ini untuk petunjuk lebih lanjut mengenai pemotongan suku bunga yang akan datang, bersama dengan data penjualan ritel AS.
Trader melihat peluang sekitar 82 persen bahwa Fed akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan November. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk menyimpan bullion.
Namun, ketegangan geopolitik dan penggerak global emas (investor barat) masih aktif mendukung harga emas, kata Joseph Cavatoni, strategi pasar di Dewan Emas Dunia.
Perak spot turun 1,1 persen menjadi USD31.2 per ons, sementara platinum naik 0,9 persen menjadi USD994.03. Palladium turun lebih dari 3,8 persen menjadi USD1,027.16. (*)