Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Catat! Saham ini Berpeluang Untung saat Akhir Tahun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 16 October 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Catat! Saham ini Berpeluang Untung saat Akhir Tahun

KABARBURSA.COM - Saham ritel diproyeksikan bakal menguat pada akhir tahun 2024 karena sejumlah strategi yang ditetapkan perusahaan dalam mendongkrak kinerjanya.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengatakan perusahaan-perusahaan ritel umumnya memberi harga diskon kepada para pelanggannya saat menjelang pergantian tahun.

"Saham-saham retail ini cenderung untuk mengeluarkan diskon pada periode tersebut," ujar dia kepada Kabarbursa.com, kemarin, dikutip Rabu, 16 Oktober 2024.

Menurut Khaer, pemberian diskon tersebut berpotensi membuat emiten-emiten ritel meraih revenue pendapatannya pada akhir tahun mendatang.

Khaer melihat, sejumlah emiten ritel memiliki progres yang bagus. Salah satunya ialah Ramayana Lestari Sentosa (RALS) yang menurutnya memiliki penguatan pada akhir season.

"Jadi memang secara kuartal-kuartal atau  periode, ada kecenderungan saham-saham retail di akhir tahun memiliki potensi penguatan yang cukup besar dibandingkan dengan periode atau sebelumnya," ungkapnya.

Sentimen akhir tahun jelas menjadi kabar baik bagi ritel. Sebab beberapa waktu lalu sektor ini dinilai bakal mengalami dampak signifikan setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya deflasi yang melanda Indonesia pada September 2024.

Laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa penurunan harga secara keseluruhan dapat memengaruhi daya beli konsumen, terutama di sektor ritel.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, mengatakan kondisi deflasi yang terjadi pada bulan September lalu memiliki potensi besar untuk mempengaruhi emiten-emiten ritel, terutama yang berfokus pada segmen menengah ke bawah.

Menurut Azis, ada dua kemungkinan dampak yang akan terjadi. Pertama, emiten yang bergerak di segmen menengah ke bawah berpotensi merasakan penurunan pendapatan akibat melemahnya daya beli konsumen. Deflasi sering kali diikuti oleh perilaku konsumen yang menunda pembelian, mengharapkan harga turun lebih lanjut, yang pada akhirnya mengganggu permintaan di pasar ritel.

“Emiten retail yang cenderung segmen kelas menengah kebawah terkena dampak,” kata dia kepada  KabarBursa.com, dikutip Sabtu, 5 Oktober 2024.

Sedangkan untuk emiten ritel segmen menengah ke atas, lanjut Aziz, cenderung akan lebih stabil menghadapi kondisi deflasi.

BI Rate Dipangkas, Dongkrak Pertumbuhan Sektor Ritel

Namun di satu sisi seperti diberitakan beberapa waktu lalu, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen tak hanya disambut positif oleh sektor perbankan dan properti, tetapi juga diyakini akan mendongkrak pertumbuhan sektor ritel. Penurunan ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan daya beli mereka, terutama di tengah konsumsi domestik yang terus menunjukkan tren positif.

Analis Pasar Modal yang juga Senior Investment Information Mirae Asset, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan sektor ritel, baik cyclicals maupun non-cyclicals, akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan pelonggaran moneter tersebut.

“Semua sektor sebenarnya akan dipengaruhi atau mereka mendapatkan benefit dari reducing it’s borrowing cost (mengurangi biaya pinjaman),” ujarnya kepada  Kabarbursa.com, Jumat, 20 September 2024.

Selain itu, penurunan suku bunga ini diyakini akan memperkuat permintaan di segmen ritel teknologi, mengingat semakin tingginya ketergantungan konsumen pada produk-produk teknologi untuk mendukung aktivitas sehari-hari.

“Tentunya ini akan memberikan katalis positif terhadap emiten-emiten ini,” kata Nafan, merujuk pada peningkatan permintaan di sektor properti dan ritel.

Peningkatan konsumsi domestik dipandang sebagai salah satu pilar utama yang dapat menggerakkan ekonomi di tengah pelonggaran moneter ini.

Menurut Nafan, kebijakan ini tidak hanya mereduksi biaya pinjaman, tetapi juga menciptakan efek domino yang positif di berbagai sektor. “Permintaan di sektor properti baik itu KPR atau KPA akan meningkat signifikan karena dipengaruhi oleh strong domestic consumption yang berkaitan dengan daya beli masyarakat kita,” katanya.

Dari “Kacangan” Menjelma Jadi Industri Besar

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansjah, menceritakan bagaimana perkembangan bisnis sektor ritel di Indonesia. Katanya, dari yang hanya dianggap bisnis sederhana menjadi industri besar.

“Awalnya kami sebagai supplier, ya ke Mal Matahari, Ramayana, dan lainnya yang ada di Indonesia,” kata Budihardjo kepada  Kabar Bursa, Senin, 9 September 2024.

Namun, dalam perjalanannya, para supplier menyadari ada potensi besar yang bisa mereka raih jika terjun langsung ke dunia ritel. Jika sebelumnya menjadi supplier, kini memiliki toko sendiri di pusat perbelanjaan.

“Dulu, kami melihat bagaimana merek-merek seperti Hammer dan Executive yang awalnya hanya supplier, akhirnya membuka toko sendiri di mal-mal,” tuturnya.

Dia contohkan lagi, Restoran Sari Ratu. Sebelum dikenal sebagai kuliner masakan khas Padang yang berada di dalam mal, Sari Ratu memulai perjalanannya dengan nama Grand Melawai.

“Jadi, awalnya restoran Padang masuk ke mal,” ungkap Budihardjo.

Dengan berkembangnya sektor ritel tersebut, berbagai asosiasi mulai berkumpul untuk mendukung ekosistem ini. Asosiasi ponsel, waralaba, garmen, dan lainnya berkumpul di bawah payung HIPPINDO.

“Semua asosiasi terkumpul dan mereka memandang sektor ritel perlu dikembangkan di Indonesia, yang menghidup itu konsumsi,” jelasnya.

Kata dia, HIPPINDO dibentuk dengan lima pilar utama, yaitu peritel, mal, supplier, pemerintah, dan karyawan. Menurut dia, tanpa keberadaan lima pilar tersebut, ekosistem ritel tidak akan berjalan dengan baik.

“Kalau enggak ada lima pilar, ekosistem ritel enggak jalan,” imbuhnya.

Menurut Budihardjo, mayoritas sektor ritel di Indonesia berawal dari pabrik. Dalam perjalanannya, pabrik-pabrik tersebut membuka toko-toko ritel sendiri.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.(*)