Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

PTBA Gandeng CATL, Bersiap Tinggalkan Bisnis Tradisional?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 16 October 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
PTBA Gandeng CATL, Bersiap Tinggalkan Bisnis Tradisional?

KABARBURSA.COM - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) semakin memperkuat posisinya dalam industri energi terbarukan dengan menggandeng raksasa baterai listrik asal China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL), untuk mengembangkan bahan baku baterai Lithium-ion (Li-ion). Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar PTBA dalam mengembangkan hilirisasi batu bara untuk masuk ke industri baterai listrik, yang berperan penting dalam transisi energi global.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo, mengungkapkan bahwa kerja sama dengan CATL berfokus pada penyediaan material cathode untuk baterai. Kerja sama ini penting dalam rangka meningkatkan daya saing Indonesia di sektor baterai listrik yang sedang berkembang pesat.

"Kami sudah join dengan CATL untuk cathode material-nya," kata Dilo di Jakarta, Selasa, 15 Oktober 2024.

Untuk memuluskan rencananya, PTBA juga telah menjalin kolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet, yang merupakan bahan penting untuk baterai Li-ion.

Artificial graphite adalah material utama dalam pembuatan anoda, sedangkan anode sheet berfungsi sebagai elektroda untuk reaksi oksidasi. Namun, menurut Dilo, proyek ini masih dalam tahap pengembangan untuk mencapai standar internasional dalam hal densitas dan konduktivitas bahan baku baterai.

Walau begitu, menurut Dilo, PTBA menargetkan produksi komersial bahan baku baterai ini bisa terealisasi pada tahun 2028. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan terus bekerja meningkatkan kualitas artificial graphite yang dihasilkan dari batu bara.

“Conductivity dan density-nya harus ditingkatkan agar sesuai dengan kelas internasional,” ungkapnya.

Pengembangan teknologi ini bukan hanya menjadi bagian dari upaya hilirisasi, tetapi juga langkah strategis dalam menghadapi perubahan pasar global yang semakin mengarah pada energi bersih dan kendaraan listrik. PTBA melihat potensi besar dalam konversi batu bara menjadi material baterai sebagai alternatif sumber pendapatan baru di luar bisnis tradisional batu bara.

Kerja Sama dengan China 

PTBA sepertinya tidak main-main untuk mendekati China guna memuluskan rencananya 'bermain' di bisnis konversi batu bara ini. Buktinya, selain dengan CATL, PTBA juga sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan China, East China Engineering Science and Technology Co. LTD., dalam program gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).

DME dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan LPG. Program gasifikasi ini sebelumnya terkendala oleh isu teknologi dan keekonomian ketika PTBA bekerja sama dengan Air Products & Chemical Inc. (APCI) dari Amerika Serikat.

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail, menjelaskan bahwa perusahaan China tersebut menjadi calon mitra yang paling serius saat ini dalam melanjutkan proyek gasifikasi batu bara yang sempat terhenti.

"Di China, ada beberapa perusahaan yang memproduksi DME, dan East China Engineering Science and Technology menjadi mitra yang paling serius," ujar Arsal dalam konferensi pers-nya.

Dan untuk mendukung proyek hilirisasi batu bara, PTBA telah menyiapkan lahan seluas 164 hektare yang telah mendapat izin sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Hingga November 2022, PTBA berhasil membebaskan lahan seluas 163,87 hektare atau 99,9 persen dari total kawasan yang direncanakan. Ini menunjukkan komitmen PTBA dalam memfasilitasi pembangunan industri hilirisasi yang bekerja sama dengan mitra potensial.

Penjualan Tumbuh 15 Persen

PT Bukit Asam Tbk (PTBA), anggota dari Holding BUMN Pertambangan MIND ID, berhasil menunjukkan kinerja solid sepanjang Semester I 2024. Di tengah tantangan pasar global, termasuk koreksi harga batu bara, perseroan tetap mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang signifikan.

Selama enam bulan pertama tahun 2024, PTBA berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp19,64 triliun dengan EBITDA mencapai Rp3,63 triliun. Setelah dikurangi biaya operasional, laba bersih yang dibukukan mencapai Rp2,03 triliun.

Kinerja ini didukung oleh peningkatan signifikan pada Triwulan II 2024, di mana pendapatan tercatat sebesar Rp10,23 triliun, naik 9 persen dibandingkan dengan Triwulan I 2024. Laba bersih pada periode yang sama tumbuh pesat, mencapai Rp1,24 triliun, meningkat 57 persen secara triwulanan.

Dari sisi operasional, PTBA berhasil mencatatkan pertumbuhan volume penjualan batu bara. Total penjualan batu bara selama Januari hingga Juni 2024 mencapai 20,05 juta ton, naik 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan ini didorong oleh ekspor yang kuat, dengan total ekspor batu bara sebesar 8,48 juta ton, tumbuh 20 persen secara tahunan. Untuk pasar domestik, PTBA juga mencatatkan realisasi Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 11,57 juta ton, naik 12 persen dari Semester I 2023.

Dari sisi produksi, PTBA menghasilkan 18,76 juta ton batu bara selama Semester I 2024. Perseroan juga mencatatkan realisasi angkutan batu bara menggunakan kereta api mencapai 17,33 juta ton.

PTBA menunjukkan komitmennya untuk terus memperkuat kinerja melalui hilirisasi batu bara dan pengembangan produk bernilai tambah, termasuk proyek-proyek energi baru dan terbarukan.

Di tengah fluktuasi harga dan tantangan pasar global, kemampuan PTBA untuk menjaga kinerja yang stabil dan terus berkembang merupakan bukti kekuatan manajemen dan strategi perseroan. Dengan fokus pada efisiensi, ekspansi pasar, dan inovasi, PTBA optimis dapat terus mencatatkan pertumbuhan positif di tahun-tahun mendatang.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.