KABARBURSA.COM - Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan segera menjalani pelantikan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Mereka sudah merilis program kerja prioritas untuk menggenjot perekonomian. Beberapa program quick win yang dijalankan dalam 100 hari awal kepemimpinan dan menelan anggaran Rp121 triliun, bisa menguntungkan beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Salah satu yang menonjol dari program cepat tersebut adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang memerlukan biaya hingga Rp71 triliun. Program ini dipercaya dapat menjadi sentimen positif bagi emiten produsen susu, seperti PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY).
Tim analis Bareksa memperkirakan saham-saham ini masih punya potential upside 3 hingga 44 persen.
Bagaimana kinerja kedua emiten tersebut?
ULTJ mencatatkan laba bersih di semester I-2024 melesat 23,61 persen menjadi Rp755,1 miliar, seiring penjualan yang naik 7,37 persen, menjadi Rp4,4 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, ULTJ berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp755,1 miliar, tumbuh signifikan sebesar 23,61 persen year-on-year (yoy) dari Rp610,9 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba ini mencerminkan efisiensi operasional yang baik dan kemampuan perusahaan dalam menjaga pangsa pasar di tengah persaingan yang ketat.
Peningkatan laba ULTJ didorong oleh pertumbuhan penjualan yang solid. Penjualan bersih ULTJ mencapai Rp4,4 triliun pada semester I-2024, naik 7,37 persen yoy dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang mencatatkan Rp4,1 triliun.
Kontributor terbesar bagi penjualan ini berasal dari segmen minuman domestik, yang mencatatkan penjualan sebesar Rp4,89 triliun. Angka tersebut menunjukkan bahwa ULTJ mampu mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di industri minuman di Indonesia.
Selain itu, meskipun volume ekspor masih relatif kecil dibandingkan dengan penjualan domestik, ULTJ tetap mencatat penjualan minuman ekspor sebesar Rp6,54 miliar dan makanan ekspor sebesar Rp1,6 miliar. Ini menunjukkan potensi pertumbuhan di pasar internasional yang mungkin lebih dikembangkan ke depannya.
Setelah dikurangi pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp489,32 miliar dan bonus kinerja Rp11,8 miliar, total penjualan bersih ULTJ untuk semester pertama 2024 mencapai Rp4,94 triliun.
Meski mengalami kenaikan penjualan, ULTJ juga menghadapi peningkatan beban pokok penjualan. Beban pokok penjualan tercatat naik menjadi Rp2,94 triliun pada semester I-2024 dari Rp2,79 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, perusahaan berhasil meningkatkan laba bruto sebesar 11,51 persen yoy, dari Rp1,33 triliun pada semester I-2023 menjadi Rp1,49 triliun di periode yang sama tahun ini. Ini menunjukkan bahwa ULTJ mampu menjaga margin keuntungannya meski beban pokok mengalami kenaikan.
Dengan laba bersih yang mencapai Rp755,1 miliar, laba per saham dasar ULTJ melonjak menjadi Rp73 pada semester pertama 2024, naik signifikan dari Rp59 per saham pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham dan memperlihatkan pertumbuhan perusahaan yang kuat dan konsisten.
Dalam hal aset, total aset ULTJ naik menjadi Rp8,34 triliun per 30 Juni 2024, dari Rp7,5 triliun pada 31 Desember 2023. Kenaikan aset ini sebagian besar didukung oleh peningkatan kas dan setara kas yang mencapai Rp2,91 triliun hingga akhir Juni 2024, naik dari Rp2,49 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, liabilitas ULTJ juga mengalami peningkatan, dari Rp836,9 miliar pada akhir 2023 menjadi Rp1,30 triliun di akhir Juni 2024. Namun, jumlah ekuitas perusahaan tetap solid, naik dari Rp6,86 triliun di akhir Desember 2023 menjadi Rp7,02 triliun pada semester pertama 2024, menunjukkan bahwa ULTJ masih memiliki struktur modal yang sehat dan stabil.
Prospek ULTJ di Paruh Kedua 2024
Kinerja keuangan yang kuat pada semester pertama 2024 menandakan bahwa ULTJ berada di jalur yang tepat untuk mencapai target tahunannya. Dengan fokus pada penguatan pasar domestik dan potensi pengembangan ekspor, ULTJ menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan di tengah berbagai tantangan ekonomi.
Dalam jangka panjang, ULTJ kemungkinan akan terus berinvestasi pada inovasi produk dan efisiensi operasional, sambil memperkuat ekspansi internasionalnya. Bagi investor, pertumbuhan laba dan ekuitas yang konsisten, ditambah dengan kenaikan laba per saham, memberikan sinyal positif akan potensi keuntungan di masa depan.
Laba bersih CMRY melesai 29 persen menjadi Rp802,39 miliar dan pendapatan meningkat 16,89 persen menjadi Rp4,41 triliun di paruh pertama 2024.
Dalam laporan terbaru, CMRY mencatatkan laba bersih sebesar Rp416 miliar, mengalami peningkatan sebesar 7,8 persen secara kuartalan dan tumbuh signifikan sebesar 28{6fb4e9191d3a368937c8efd0d66239a5ef26a13b97be884ddf8bd2ce9168b1d8} secara tahunan (year-on-year). Pertumbuhan yang konsisten ini mencerminkan posisi CMRY yang semakin solid di industri susu dan produk konsumen di Indonesia.
Menurut laporan, hingga Juni 2024, CMRY berhasil meraih pendapatan sebesar Rp4,4 triliun, naik 17 persen dari periode yang sama tahun lalu. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh strategi harga dan diversifikasi produk yang terus dilakukan oleh perusahaan. Laba bersih juga menunjukkan peningkatan yang mengesankan, naik 29 persen menjadi Rp802 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Analis CGSI Sekuritas Baruna Arkasatyo, menyatakan bahwa kinerja CMRY sejauh ini sejalan dengan proyeksi mereka. Melihat performa semester I-2024, Baruna optimis bahwa CMRY mampu mempertahankan pertumbuhan positifnya hingga akhir tahun dan seterusnya. Dengan melihat tren ini, CGSI menaikkan proyeksi pendapatan dan laba bersih CMRY untuk tahun 2024 hingga 2026 sebesar 1-3 persen dan 4-6 persen masing-masing.
Salah satu faktor kunci di balik keberhasilan CMRY adalah kemampuannya dalam menjaga harga produk susu UHT tetap kompetitif. Meskipun produsen susu utama lainnya, seperti PT Ultra Jaya Milk & Industry Tbk (ULTJ), menaikkan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 3-4 persen, CMRY tetap menawarkan harga yang lebih murah sekitar 10 persen dibandingkan produk serupa dari ULTJ. Strategi ini memungkinkan CMRY mempertahankan daya tarik produknya di pasar, sementara tetap menjaga margin keuntungan.
CMRY juga tidak hanya mengandalkan segmen susu, tetapi terus melakukan inovasi di lini produk makanannya. Salah satu produk baru yang cukup sukses di pasar adalah Kanzler Nugget Pedas, yang diterima dengan baik oleh konsumen, terutama di bulan Juli 2024.
Dengan keberhasilan ini, CGSI meningkatkan proyeksi Compound Annual Growth Rate (CAGR) untuk segmen makanan konsumen menjadi 17 persen untuk 2024 dan 11 persen untuk 2025, mencerminkan potensi pertumbuhan yang kuat di sektor ini.
Baruna Arkasatyo memproyeksikan bahwa pendapatan CMRY di akhir 2024 dapat mencapai Rp8,9 triliun dengan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun. Sementara untuk tahun 2025, pendapatan diperkirakan akan tumbuh hingga Rp10,2 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp1,8 triliun. Proyeksi ini mengindikasikan bahwa CMRY siap untuk terus mencatatkan pertumbuhan yang kuat di tahun-tahun mendatang.
Kenaikan harga saham CMRY menjadi salah satu indikasi positif dari sentimen pasar terhadap emiten ini. Saat ini, harga saham CMRY berada di level Rp5.400, mendekati target harga terbaru dari CGSI Sekuritas yang dinaikkan dari Rp4.800 menjadi Rp5.600. Peningkatan ini sejalan dengan masuknya saham CMRY ke dalam indeks MSCI Small Cap, yang akan memberikan eksposur tambahan bagi investor institusional global.
Atas dasar kinerja positif ini, CGSI Sekuritas menaikkan rekomendasi rating saham CMRY dari “HOLD” menjadi “ADD”. Kenaikan rating ini mencerminkan keyakinan para analis bahwa CMRY memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan, didukung oleh strategi yang kuat dalam penetapan harga, inovasi produk, serta posisinya yang semakin kokoh di pasar.(*)